Pelangi99 Lounge – Tradisi Unik Khas Indonesia yang Menggunakan Hewan, Sepanjang perjalanan sejarahnya, manusia di ketahui menjinakkan hewan untuk beragam keperluan. Selain untuk dijadikan sumber makanan dan sarana transportasi, manusia juga menjinakkan hewan untuk keperluan acara-acara tradisional. Berikut ini adalah 5 tradisi khas Indonesia yang menjadi ajang untuk mengadu keterampilan hewan-hewan pesertanya. Pelangi99 Online
Karapan Sapi
Pulau Madura adalah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa. Selain di kenal sebagai penghasil garam, Pulau Madura juga terkenal karena di pulau inilah, terdapat tradisi karapan sapi yang sudah terkenal di seantero Indonesia. Termahsyurnya tradisi ini tidak lepas dari fakta bahwa gambar karapan sapi dapat di temukan pada uang logam pecahan 100 rupiah.
Karapan sapi sendiri pada dasarnya praktik balapan antar sapi. Ada 2 versi mengenai asal-usul kata karapan. Menurut versi pertama, kata “karapan” berasal dari kata “kirap” yang berarti “di lepas secara bersama-sama”.
Kalau menurut versi kedua, kata “karapan” aslinya berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”.
Tradisi karapan sapi biasanya di gelar setiap bulan Agustus hingga Oktober. Dalam tradisi karapan sapi, masing-masing peserta akan menaiki sejenis kereta kecil yang terbuat dari kayu. Kereta tersebut terpasang ada 2 ekor sapi di hadapannya.
Saat perlombaan di mulai, peserta bertugas memacu sapinya supaya berlari secepat mungkin. Peserta yang sapinya berhasil mencapai garis akhir paling awal akan keluar sebagai pemenang. Lintasan balap karapan sapi biasanya memiliki panjang 100 meter.
Supaya sapi yang mengikuti karapan sapi bisa keluar sebagai pemenang, pemilik masing-masing sapi pun berupaya memberikan perawatan terbaik pada sapinya. Setiap harinya, sapi-sapi tersebut di beri jamu dan puluhan butir telur ayam yang bergizi tinggi.
Adu Kuda
Kuda bukan hanya bisa di adu kecepatannya. Di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, kuda juga bisa di lombakan dengan cara berkelahi satu sama lain. Dalam bahasa lokal, tradisi adu kuda ini di kenal dengan nama “kapogiraha adhara”.
Seperti halnya praktik adu ayam, praktik adu kuda menggunakan hewan yang berjenis kelamin jantan. Supaya pertarungannya tidak berat sebelah, kuda jantan yang hendak di adu satu sama lain harus memiliki ukuran yang sama.
Sebelum pertandingan di mulai, kuda betina akan di paradekan di depan kuda-kuda yang hendak bertarung. Tujuannya untuk merangsang kuda-kuda jantan tadi supaya menjadi lebih bersemangat dan siap berduel dengan lawannya.
Adu kuda sendiri memiliki peraturan dasar yang sederhana. Selama berlangsungnya, masing-masing kuda akan menyerang lawannya satu sama lain. Namun supaya pertarungannya tidak berjalan di luar kendali, tetap ada peraturan-peraturan yang harus di patuhi oleh kedua belah pihak.
Selama berlangsungnya pertarungan, masing-masing kuda akan mencoba mengalahkan lawannya dengan cara mengangkat kaki depannya ke udara sambil mendorong lawannya. Namun jika kuda mulai mencoba menggigit lawannya, pemilik masing-masing kuda harus menarik tali kekang supaya kuda lawannya tidak terluka terlalu parah.
Tradisi adu kuda di gelar setiap bulan sebagai hiburan bagi warga lokal sekaligus wisatawan. Meskipun terlihat menarik, mereka yang hendak menonton juga harus berhati-hati. Pasalnya saking terlalu bersemangatnya saat bertarung, kuda kadang-kadang malah mencederai penonton secara tidak sengaja.
Adu Kerbau
Satu lagi tradisi unik bertema hewan dari Sulawesi. Adu kerbau adalah tradisi yang berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa lokal, tradisi adu kerbau di kenal dengan nama “mapasilaga tedong”.
Sesuai dengan namanya, tradisi ini memang menampilkan 2 ekor kerbau yang bertarung satu sama lain di arena khusus. Tradisi ini pada awalnya di gelar untuk menghibur keluarga yang sedang berkabung. Namun dalam perkembangannya, tradisi ini menjadi tontonan yang di minati oleh begitu banyak orang.
Tingginya minat warga setempat dalam menyaksikan tradisi adu kerbau menyebabkan sebagian di antara penonton ada yang terdorong untuk berjudi dan mempertaruhkan uangnya untuk mendukung kerbau jagoannya. Namun di lain pihak, praktik perjudian tersebut tidak di sukai oleh pihak penyelenggara karena di anggap merusak kesakralan acara.
Besarnya antusias yang di tunjukkan oleh penonton tidak lepas dari fakta bahwa kerbau-kerbau yang di adu dalam tradisi ini bukanlah kerbau biasa, melainkan kerbau-kerbau yang di rawat secara khusus supaya bisa bertarung sebaik mungkin.
Tradisi Unik Khas Indonesia, Menjelang di mulainya pertarungan, kerbau-kerbau tersebut di beri aneka macam makanan bergizi, jamu, hingga obat kuat. Tidak mengherankan jika kemudian kerbau-kerbau yang mengikuti tradisi ini harganya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Pasola
Namun waktu di gelarnya pasola tidak bisa di lakukan secara sembarangan. Untuk menentukan waktu pelaksanaan pasola, warga setempat harus meminta bantuan rato terlebih dahulu.
Rato adalah tetua adat sekaligus pemuka agama Marapu, agama lokal penduduk asli Pulau Sumba. Terkait pasola sendiri, tugas rato adalah melihat tanda-tanda fenomena alam semisal peredaran bulan. Setelah menganalisa fenomena alam tersebut, rato kemudian akan menentukan waktu paling tepat untuk melaksanakan pasola.
Saat hari pelaksanaan pasola sudah tiba, para peserta akan di bagi ke dalam 2 kelompok. Kedua kelompok tersebut kemudian akan saling memacu kudanya ke arah kelompok lawannya. Saat sudah mencapai jarak tertentu, mereka kemudian beramai-ramai melemparkan lembing yang di bawanya.
Di masa lampau, para peserta pasola konon bisa meninggal akibat terjatuh dari kuda atau terkena lembing lawan. Di masa kini selama puluhan terakhir, tidak ada lagi orang yang meninggal akibat mengikuti pasola. Namun peserta harus tetap berhati-hati karena jika mereka sampai terkena lembing di daerah vital, mereka tetap bisa mengalami cedera parah.
Tradisi Unik Khas Indonesia, Bagi warga lokal, pasola bukan hanya soal menunggang kuda sambil melempar lembing. Momen penyelenggaran pasola juga kerap di manfaatkan oleh warga dari desa tetangga untuk mengunjungi desa tempat penyelenggaraan pasola dan bersilaturahmi dengan kerabat di desa tersebut.