Pelangi99 Lounge – Strategi Super App Ala Grab untuk Bertahan Selama Pandemi Grab punya strateginya sendiri untuk bertahan selama pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama setahun, yaitu dengan strategi super app. Begini penjelasannya.
Grab memulai perjalanannya menjadi super app, atau aplikasi yang menyediakan banyak layanan dalam satu aplikasi, sejak 2018, yang kemudian terbukti bisa membantu mereka bisa mengatasi krisis. Dalam strategi ini, di versifikasi bisnis adalah kuncinya.
“Awal tahun 2020 merupakan waktu yang sulit bagi kami, karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di terapkan di banyak kota dan pemerintah meminta semua orang untuk membatasi mobilitas mereka. Saat itulah lini bisnis transportasi kami sangat terdampak,” ujar Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia dalam wawancara dengan Channel News Asia.
“Namun, sejak itu pendapatan kami telah kembali pulih seperti pada saat sebelum pandemi, dan kami melihat peluang besar di sektor pengiriman termasuk makanan, bahan makanan dan logistik. Sektor ini mencakup 50% dari bisnis kami saat ini. Ini juga akan menjadi fokus di masa mendatang, menanggapi permintaan yang sangat tinggi dari konsumen kami akan layanan last mile delivery,” tambahnya.
Selain itu, menurut Neneng, pandemi ini mendorong berbagai bisnis untuk masuk ke ranah online. Karena jika tidak, mereka akan kesulitan mempertahankan bisnisnya. Hal ini jugalah yang membantu pertumbuhan Grab selama pandemi.
“Selama pandemi, ada lebih dari setengah juta mitra baru di seluruh Asia Tenggara yang bergabung dalam platform Grab. Banyak di antaranya merupakan usaha kecil dan tradisional. Kami bersyukur dan bangga menjadi bagian dari proses transformasi digital UMKM Indonesia,” pungkas Neneng.
Strategi Super App Ala Grab
Kemampuan UMKM untuk bertahan sangat penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia karena perannya yang penting sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB). Sepanjang 2019, menurut data yang di kutip oleh Asosiasi UMKM Indonesia (AKUMINDO), UMKM menyumbang 60,34% dari PDB dan 14% terhadap total ekspor nasional. Data lain juga menunjukkan bahwa UMKM menyerap 97% tenaga kerja.
Sektor pengantaran barang yang kini menjadi fokus Grab, bukan hanya pengiriman barang dan pemesanan makanan dari warung atau restoran, tetapi sudah berkembang dengan melayani pasar tradisional atau yang sering di sebut pasar basah dan juga para social seller.
“Kami melihat ada masalah di sektor pasar basah. Saat pembatasan sosial di berlakukan, masyarakat tidak lagi datang ke pasar basah. Kami pun berpikir, bagaimana mereka bisa bertahan menjalankan bisnis mereka? Itulah mengapa kami mengembangkan layanan GrabMart dan GrabAssistant, yang di rancang juga untuk menjangkau pasar tradisional. Ada puluhan ribu pedagang pasar basah yang bisa terus menjual dagangannya berkat dua layanan ini,” ujarnya.
Contohnya, pada April 2020 Grab bekerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk melayani 88 pasar tradisional di DKI Jakarta. Lalu pada Oktober 2020 GrabAssistant juga tersedia dir atusan kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Lewat layanan tersebut, mitra pengemudi Grab bisa menjangkau sekitar 7000 pasar tradisional lewat sistem pemetaan Grab. Hal ini membuat konsumennya bisa membeli barang kebutuhan sehari-hari dari penjual pasar tradisional di sana. Lalu ada juga GrabMart yang dirilis pada Juli 2020, yang kini menjadi platform yang di gunakan — menurut Grab — di ribuan merchant, dari mulai supermarket besar, apotek, sampai toko kelontong.