BERITA UNIK

Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan

Pelangi99 Lounge – Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan, Perpustakaan ibarat surga bagi mereka yang memiliki kegemaran membaca. Banyaknya koleksi buku yang terpajang di perpustakaan menyebabkan mereka yang gemar membaca tidak akan kehabisan sesuatu untuk dilahap. Namun perpustakaan tidak melulu berupa bangunan besar dengan rak-rak buku yang berjejer di dalamnya. Pelangi99 Online

Ada juga perpustakaan yang sama sekali tidak menggunakan material bangunan dan bahkan bisa di pindahkan ke mana-mana. Berkat keunikannya tersebut, perpustakaan macam ini bisa di akses oleh mereka yang lokasi tinggalnya terpencar-pencar. Berikut ini adalah contoh-contoh perpustakaan unik yang lokasinya bukan berada di gedung:

Perpustakaan Gajah

Perpustakaan Gajah

Gajah merupakan hewan darat terbesar di dunia. Berdasarkan ciri fisik dan habitatnya, gajah bisa di bedakan menjadi gajah Asia dan gajah Afrika. Walaupun gajah Asia berukuran lebih kecil di bandingkan gajah Afrika, gajah Asia tetaplah merupakan salah satu hewan terkuat di dunia. Berkat kekuatannya itulah, gajah Asia pun sengaja di jinakkan oleh penduduk setempat untuk menjalankan aneka tugas.

Di kawasan pegunungan Omkoi di Thailand, gajah di manfaatkan untuk melakukan tugas yang benar-benar unik. Gajah di kawasan tersebut di manfaatkan untuk mengangkut buku-buku ke pelosok desa bak perpustakaan berjalan. Alasan mengapa gajah yang di gunakan adalah karena banyak dari desa tersebut masih belum di lengkapi dengan akses jalan yang memadai dan hanya bisa di capai dengan berjalan kaki.

Dengan nama program Books-by-Elephant, gajah di manfaatkan untuk mengangkut buku beserta perlengkapan pendukungnya ke pedesaan. Sesampainya di sana, buku-buku tadi kemudian di gunakan oleh penduduk setempat sebagai alat belajar dan sumber informasi. Ada 20 ekor gajah yang di gunakan dalam program ini.

Supaya masing-masing desa mendapatkan pasokan buku dan tenaga didik yang sepadan, mereka yang menjalankan program ini di pecah menjadi beberapa tim yang di tempatkan di desa-desa berbeda. Masing-masing tim terdiri dari 2 ekor gajah, 2 orang guru atau lebih, serta beberapa orang pawang gajah.

Penggunaan gajah sebagai perpustakaan berjalan sekaligus kian menambah daftar manfaat yang di miliki gajah bagi penduduk Thailand. Sebelum ini, penduduk Thailand sudah lama memanfaatkan gajah sebagai hewan tunggangan, pengangkut kayu, dan pembajak sawah. Saking identiknya gajah dengan Thailand, negara kerajaan tersebut sampai-sampai memiliki sebutan “Negeri Gajah Putih”.

Perpustakaan Unta

Perpustakaan Unta

Bagi mereka yang tinggal di kawasan padang pasir, unta merupakan hewan yang sudah sangat akrab bagi mereka. Pasalnya hewan berpunuk ini benar-benar teradaptasi untuk hidup di kawasan gurun. Telapak kakinya yang lebar menyebabkan unta bisa berjalan melintasi gurun tanpa khawatir bakal terbenam di timbunan pasir. Unta juga bisa hidup tanpa makan dan minum dalam jangka waktu yang amat lama.

Kelebihan-kelebihan yang di miliki oleh unta tersebut lantas di manfaatkan oleh Jambyn Dashdondog untuk mengoperasikan perpustakaan berjalan versinya. Pria asal Mongolia tersebut akan pergi ke desa-desa sambil membawa buku-buku bersamanya. Setibanya di desa tujuannya, Dashdondog akan menginap selama beberapa hari di sana supaya penduduk setempat memiliki cukup waktu untuk membaca buku-buku yang di bawanya.

Alasan Dashdondog bersedia repot-repot berkunjung dari desa ke desa bersama unta dan koleksi bukunya adalah karena ia merasa prihatin akan kondisi yang menimpa di negaranya. Sejak permulaan tahun 1990-an yang juga merupakan tahun berakhirnya Perang Dingin, perpustakaan-perpustakaan di Mongolia berada dalam kondisi kurang terurus akibat terhentinya pendanaan.

Situasi tersebut lantas mendorong Dashdondog untuk mendirikan perpustakaan berjalan supaya mereka yang tinggal di pelosok juga memperoleh kesempatan untuk membaca. Sayang Dashdondog tidak bisa lagi menjalankan tugas mulianya karena ia meninggal dunia di tahun 2017. Meskipun Dashdondog sudah tiada, jasanya tidak akan di lupakan oleh anak-anak yang desanya pernah ia kunjungi.

Perpustakaan Tank

Perpustakaan Tank

Tank dan kendaraan bermeriam bukan hanya dapat di temukan di medan perang. Di jalanan kota Buenos Aires, Argentina, tank juga kadang-kadang terlihat berlalu lalang di sana sambil mengangkut buku. Tank yang di maksud di sini bukanlah kendaraan lapis baja sungguhan, melainkan mobil yang sudah di modifikasi sedemikian rupa supaya terlihat menyerupai tank.

“Tank” pengangkut buku ini merupakan buah karya dari seniman Raul Lemesoff. Jika tank yang sesungguhnya berfungsi sebagai senjata untuk mengalahkan musuh, maka tank buatan Lemesoff ini di fungsikan sebagai senjata melawan kebodohan dan budaya malas membaca. Supaya terlihat semakin mirip dengan tank yang sesungguhnya, Lemesoff juga memodifikasi bagian atas tank supaya bisa berputar layaknya turet tank sungguhan.

Saat mobil tank buatan Lemesoff ini melaju di jalan umum, keberadaannya tak pelak menarik perhatian orang-orang yang kebetulan sedang ada di dekat tank tersebut. Dan memang itulah kemauan Lemesoff. Ia berharap bisa menarik perhatian orang sebanyak mungkin dengan harapan orang-orang akan tertarik dan bersedia membaca buku yang di angkut oleh mobil tank ini.

Mobil tank yang di buat oleh Lemesoff memiliki kapasitas angkut 900 buah buku. Buku yang di angkutnya bermacam-macam, namun Lemesoff menjadikan anak-anak dan remaja sebagai sasaran utamanya. Lemesoff beralasan karena mereka masih muda, mereka berpotensi menjadi pembaca jangka panjang buku-buku yang di bawanya.

Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan, Yang lebih menakjubkan lagi adalah Lemesoff mengaku melakukan ini bukan karena ia ingin mencari popularitas atau uang, tetapi semata-mata karena ia ingin mempopulerkan gerakan gemar membaca melalui cara yang tidak biasa. Sambil bercanda, ia menyebut mobil tank buatannya sebagai “weapon of mass instruction”, ungkapan hasil plesetan dari “weapon of mass destruction” (senjata pemusnah massal).

Perpustakaan Kapal

Perpustakaan Kapal , Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan

Membaca bisa dilakukan di mana saja, termasuk di atas laut sekalipun. Prinsip itulah yang diemban oleh pemerintah Norwegia saat meluncurkan Epos, kapal sepanjang 24 meter yang dialihfungsikan sebagai perpustakaan terapung. Di dalam kapal ini, terdapat 6.000 buku bekas yang bisa dibaca oleh siapa saja tanpa dipungut biaya.

Alasan kenapa kapal yang digunakan untuk menampung buku-buku tersebut adalah supaya kapal yang bersangkutan bisa mengunjungi banyak tempat sekaligus. Selama bulan April hingga September, kapal Epos akan singgah di lebih dari 150 desa yang terletak di tepi laut dan sulit dicapai lewat jalur darat.

Setiap kali Epos sudah mampir di suatu lokasi, Epos akan berlabuh di sana selama 2 jam. Selama berlabuh, warga setempat bisa masuk ke dalam kapal untuk membaca atau meminjam buku-buku yang disediakan di dalamnya. Menurut pustakawan Joep Aarts, mereka yang mampir ke kapal ini umumnya adalah anak-anak dan orang lanjut usia.

Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan, Jika 2 jam sudah berlalu, Epos akan segera pergi menuju persinggahan berikutnya. Namun mereka yang masih ingin membaca koleksi buku milik Epos tidak perlu berkecil hati. Pasalnya selain membiarkan buku-buku yang di milikinya di pinjam, Epos juga akan menitipkan sebagian bukunya di desa yang baru di singgahinya.

Mesin Penjaja Buku

Mesin Penjaja Buku , Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan

Kemajuan teknologi menyebabkan banyak hal kini bisa di lakukan dengan bantuan mesin. Sebagai contoh, ketika anda ingin membeli minuman, anda tinggal pergi menuju mesin penjaja minuman, memasukkan uang ke dalamnya, dan minuman akan keluar secara otomatis.

Bukan hanya minuman yang memiliki mesin penjajanya sendiri. Perpustakaan pun sekarang sudah ada dalam wujud mesin otomatis. Mereka yang ingin membaca sesuatu tinggal pergi ke mesin perpustakaan otomatis terdekat dan kemudian meminjam buku yang di sediakan oleh mesin tersebut.
Contra Costa yang terletak di California, AS, menjadi lokasi pertama munculnya mesin perpustakaan otomatis. Sesudah itu mesin-mesin serupa mulai bermunculan di wilayah lain di AS. Sejumlah mesin perpustakaan otomatis bahkan turut di lengkapi dengan pemancar sinyal Wi-Fi.

Perpustakaan Ini Lokasinya Bukan Berada di Bangunan, Tidak sedikit yang pesimis kalau mesin perpustakaan otomatis tidak akan berumur panjang seiring dengan kian menjamurnya e-book. Namun dengan melihat fakta bahwa masih banyak orang yang lebih nyaman membaca buku fisik ketimbang membacanya di layar monitor, mesin ini bakal tetap memiliki peminatnya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *