BERITA UNIK

Metode Hukuman Mati yang Masih Digunakan di Era Modern

Pelangi99 Lounge – Metode Hukuman Mati yang Masih Digunakan di Era Modern, Di banyak negara, hukuman mati atau eksekusi mati merupakan bentuk hukuman yang masih banyak digunakan hingga sekarang. Hukuman ini biasanya digunakan untuk menghukum pelaku kejahatan yang amat berat, misalnya karena sudah melakukan pembunuhan berencana atau berkhianat kepada negara. Berikut ini adalah 5 contoh metode hukuman mati yang ternyata masih digunakan di era modern. Pelangi99 Online

Di Penggal Memakai Guillotine

Dipenggal Memakai Guillotine

Guillotine adalah nama dari alat eksekusi yang terdiri dari sebilah pisau besar yang di tempatkan di ketinggian. Saat eksekusi hendak di lakukan, korban eksekusi akan di tempatkan di bawah bilah pisau. Bilah pisau tersebut kemudian akan di jatuhkan sehingga leher korban terpotong dan kepalanya menggelinding terpisah dari badannya.

Guillotine kerap di kaitkan dengan Revolusi Perancis karena alat ini memang pertama kali muncul pada masa Revolusi Perancis, tepatnya pada abad ke-18. Pencetus alat ini adalah seorang dokter bernama Joseph-Ignace Guillotine yang aslinya menentang hukuman mati. 

Karena ia tidak berhasil meyakinkan pemerintah Perancis untuk menghentikan pelaksanaan hukuman mati, ia pun kemudian mengusulkan penggunaan alat guillotine untuk mengeksekusi tahanan tanpa menimbulkan rasa sakit. 

Walaupun guillotine identik dengan alat eksekusi bergaya kuno, alat ini ternyata masih di gunakan hingga era modern. Pasalnya alat ini tidak memerlukan peluru dan terbukti bisa menewaskan korbannya dalam rentang waktu yang amat singkat. 

Sejak tahun 1930-an, Adolf Hitler selaku pemimpin Jerman menetapkan supaya guillotine menjadi alat eksekusi standar untuk menghukum mati tahanan yang di vonis hukuman mati. Sebanyak lebih dari 16.000 orang di laporkan tewas di eksekusi memakai guillotine oleh pemerintah Jerman pada tahun 1933 hingga 1945. 

Saat rezim Hitler berakhir, guillotine masih tetap di gunakan sebagai alat eksekusi di Perancis hingga tahun 1977. Orang terakhir yang di eksekusi memakai guillotine pada tahun tersebut adalah seorang tersangka kasus pembunuhan yang bernama Hamida Djandoubi. 

Suntik Mati

Suntik Mati

Di masa kecil, mungkin ada di antara anda yang pernah menangis saat hendak di suntik. Hal yang cukup wajar karena tidak semua orang bisa menahan rasa sakit yang di sebabkan oleh jarum suntik. Namun kalau suntikan yang satu ini bukan hanya bisa menimbulkan rasa sakit, tetapi juga bisa merenggut nyawa orang yang di suntik.

Suntik mati adalah salah satu metode eksekusi mati yang kini cukup umum di lakukan di berbagai belahan dunia, khususnya di Amerika Serikat (AS). Sesuai dengan namanya, metode eksekusi ini di lakukan dengan cara memasukkan racun ke dalam tubuh korban eksekusi dengan memakai jarum suntik. 

Ada 3 kombinasi obat yang biasanya di gunakan dalam praktik suntik mati. Ketiga obat tersebut adalah midazolam untuk membius korban, vecuronium bromide untuk melemaskan otot, serta potassium klorida yang berfungsi menghentikan denyut jantung sekaligus membunuh korban.

Metode suntik mati banyak di pilih karena metode ini di anggap sebagai metode hukuman mati yang paling manusiawi dan hampir tidak menimbulkan rasa sakit. Namun supaya korban meronta-ronta saat hendak di eksekusi, penyuntikan di lakukan saat korban berada dalam kondisi terikat. Jika segalanya berjalan sesuai rencana, maka biasanya korban akan meninggal hanya dalam rentang waktu 10 menit setelah di suntik.

Di Tembak

hukuman Ditembak mati,Metode Hukuman Mati yang Masih Digunakan di Era Modern

Senjata api merupakan pemandangan yang sangat di jumpai pada petugas-petugas keamanan seperti polisi dan tentara. Pasalnya dengan senjata api, seseorang bisa membunuh atau melumpuhkan sasarannya dari jarak yang aman. Jadi bukan hal yang aneh jika kemudian senjata api juga di gunakan untuk melakukan hukuman mati.

Metode eksekusi mati dengan memakai tembakan senjata api awalnya hanya di lakukan pada masa perang. Namun di masa sekarang, eksekusi memakai senjata api juga di lakukan untuk tahanan dari kalangan sipil. Indonesia adalah salah satu negara yang menggunakan metode ini untuk menjalankan hukuman mati.

Eksekusi memakai senjata api biasanya di lakukan oleh beberapa orang sekaligus. Mereka di kenal dengan sebutan regu tembak. Satu regu tembak beranggotakan 4 orang atau lebih. Selain untuk memastikan agar tidak ada kasus eksekusi tertunda akibat tembakannya meleset, mengutus banyak orang sekaligus untuk menjadi algojo di maksudkan supaya tidak ada orang yang menanggung beban moral kelewat berat akibat harus mencabut nyawa orang lain seorang diri.

Saat eksekusi di lakukan, semua anggota regu tembak akan menembakkan senjatanya ke arah korban eksekusi secara serempak. Sementara orang yang menjadi sasaran tembak akan di ikat sambil mengenakan penutup mata. 

Bagian yang di bidik oleh regu tembak saat melakukan eksekusi adalah bagian jantung. Algojo juga di minta untuk tidak membidik bagian kepala supaya jasad korban tetap nampak berada dalam kondisi utuh. Di Indonesia, eksekusi mati biasanya di lakukan pada tengah malam.

Di lempar ke Hewan Buas

hukuman Dilempar ke Hewan Buas,Metode Hukuman Mati yang Masih Digunakan di Era Modern

Kartel narkoba Meksiko sudah lama di kenal dengan kebuasannya. Mereka tidak segan-segan membunuh siapapun yang berani menghalangi jalan mereka. Entah itu kartel narkoba lain, polisi, atau bahkan tentara. Tidak mengherankan jika kemudian eksekusi merupakan hal yang lumrah di lakukan oleh para anggota kartel.

Satu dari sekian banyak metode eksekusi brutal yang pernah di gunakan oleh geng atau kartel Meksiko adalah dengan memakai hewan buas. Kebetulan selain menjual obat-obatan terlarang, kartel Meksiko juga mendapatkan pemasukan yang tidak sedikit dari perdagangan hewan liar, khususnya hewan langka.

Sebagian dari hewan tersebut ada yang kemudian di jadikan hewan peliharaan pribadi oleh bos-bos kartel narkoba. Hewan-hewan tersebut mencakup singa, harimau, kuda nil, hingga ular berbisa. 

Selain untuk hobi, alasan lain kenapa bos kartel narkoba sampai repot-repot memelihara hewan buas adalah sebagai algojo untuk eksekusi. Bos dari kartel Zetas di kabarkan kerap mengeksekusi anggota kartel saingannya dengan cara melemparkan mereka ke dalam kandang berisi singa dan harimau.

Kartel narkoba di kabarkan juga memanfaatkan hewan liar untuk menyelundupkan narkoba. Pada tahun 1993 misalnya, petugas bandara di Miami, AS, pernah menemukan 312 ekor ular boa yang tubuhnya sudah di isi dengan narkoba yang di bungkus kondom.

Di tembaki Dengan Meriam Anti Pesawat

Ditembaki Dengan Meriam Anti Pesawat,Metode Hukuman Mati yang Masih Digunakan di Era Modern

Korea Utara (Korut) di kenal dengan gaya pemerintahannya yang otoriter. Negara tetangga Korea Selatan tersebut di kenal tidak segan-segan menggunakan metode kekerasan dan pembunuhan untuk menunjukkan supremasi pemimpinnya. Bahkan sesama anggota pejabat Korea Utara pun tetap rentan menjadi korban eksekusi.

Pada tahun 2017, sebanyak 5 orang pejabat Korut di laporkan tewas dengan cara di tembaki memakai meriam anti pesawat. Mereka di kabarkan di hukum mati karena memberikan laporan palsu kepada pemimpin Korut, Kim Jong Un.

Menurut klaim anggota parlemen Korea Selatan yang mengaku mendapatkan informasinya dari badan intelijen Korea Selatan, kelima pejabat Korut yang di eksekusi tersebut berasal dari Departemen Dalam Negeri Korut.

Mereka di ketahui bekerja sebagai bawahan dari seorang pejabat senior yang bernama Kim Won Hong. Begitu Kim Jong Un mengetahui kalau ia menerima laporan yang tidak akurat, ia langsung memerintahkan supaya Kim Won Hong di pecat dan di jatuhi hukuman tahanan rumah. Ia juga memerintahkan supaya 5 orang bawahan Kim Won Hong di hukum mati.

Kelima bawahan Kim Won Hong tersebut di ketahui bukanlah orang pertama yang di hukum mati oleh pemerintah Korut dengan cara yang demikian brutal. Sebelumnya pada bulan Mei 2015, pemerintah Korut pernah menghukum mati Menteri Pertahanannya, Hyon Yong Chol, dengan cara serupa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *