Pelangi99 Lounge – Metode Hukuman dan Siksaan Paling Sadis dari Masa Romawi Kuno, Bagi penguasa, menerapkan hukuman yang sadis bisa menjadi cara untuk menjaga ketertiban dan meredam pembangkangan dari rakyatnya. Hal tersebut juga berlaku di masa Romawi Kuno. Negara penguasa Eropa di masa silam tersebut di ketahui pernah menerapkan aneka macam hukuman dan penyiksaan sadis kepada para korbannya. Berikut ini adalah 5 contoh di antaranya. Pelangi99 Online
Di kubur Hidup-Hidup
Romawi merupakan negara yang sejarahnya di penuhi oleh peperangan dan intrik. Hal tersebut lantas turut berdampak pada seringnya Romawi di perintah oleh kaisar yang bengis. Dari sekian banyak kaisar kejam Romawi yang tercatat dalam sejarah, Nero adalah salah satu yang paling terkenal.
Salah satu contoh kekejaman Nero dapat di lihat pada metode eksekusi yang di pilihnya. Jika ada wanita penjaga kuil yang sampai ketahuan melanggar sumpah untuk menjaga keperawanannya, wanita tersebut di kurung di dalam sebuah gua dan di biarkan mati kelaparan.
Dalam kasus lain, korban akan di paksa melakukan penggalian. Saat lubang yang di gali sudah cukup dalam, bagian dalam lubang kemudian akan di pasangi dengan duri. Korban sesudah itu akan di dorong masuk ke dalam liang hingga tertancap.
Jika korban adalah pelaku kejahatan ringan, korban akan di dorong hingga durinya menembus dada. Namun jika korban merupakan pelaku kejahatan berat, korban akan di tancapkan sedemikian rupa supaya ia tewas saat tertancap.
Saat tubuh korban masih tertancap, liang tersebut kemudian akan di isi kembali memakai serpihan tanah. Jadi kalau korban masih hidup saat sedang tertancap, korban cepat atau lambat bakal tewas akibat terkubur hidup-hidup.
Di jahit dalam Perut Keledai
Keledai bukan hanya bisa di berdayakan sebagai hewan pengangkut barang. Di masa Romawi Kuno, keledai juga memiliki peran tambahan. Hewan kerabat kuda tersebut juga bisa di gunakan sebagai sarana penyiksaan.
Untuk melakukan penyiksaan, mula-mula keledai yang bersangkutan akan di bunuh terlebih dahulu. Perut keledai yang sudah tak bernyawa tersebut lalu di belah dan isi perutnya di keluarkan.
Tahanan yang hendak di hukum mati selanjutnya akan di telanjangi dan di masukkan ke dalam perut keledai. Padahal keledai bukanlah hewan yang berukuran besar sehingga orang yang di masukkan ke dalam rongga perut keledai harus berada dalam posisi meringkuk.
Perut keledai tersebut lalu di jahit supaya tubuh orang tadi terjebak dalam perut keledai. Namun bagian kepala orang yang sama di biarkan tersembul keluar dari perut keledai supaya ia tetap bisa bernapas.
Jika orang tersebut mengira kalau penderitaannya sudah sampai di sana, maka ia salah besar. Bangkai keledai tadi beserta orang di dalam perutnya akan di tempatkan di bawah sinar matahari terik.
Akibat terpapar oleh sinar matahari, orang tadi secara otomatis akan merasa kepanasan dan mulai melepuh. Sementara tubuh keledai tempatnya terjebak bakal mulai mengalami pembusukan. Setelah beberapa lama, lalat akan mulai mengerubungi tubuh keduanya.
Belatung sesudah itu akan mulai bermunculan pada tubuh keledai dan orang tadi. Namun karena ia terjebak dalam tubuh keledai, ia hanya bisa merintih kesakitan saat belatungnya mulai menggerogoti tubuhnya. Penderitaannya baru berakhir saat ia tewas akibat kelaparan, kehausan, atau di makan oleh burung bangkai.
Di salib
Inilah metode eksekusi di masa Romawi Kuno yang paling terkenal. Pasalnya menurut keyakinan umat Kristen, Yesus dulu pernah di salib hingga meninggal sebelum kemudian bangkit kembali. Bagi bangsa Romawi Kuno sendiri, penyaliban merupakan metode yang banyak di pilih jika ingin menyiksa korbannya hingga tewas.
Penyaliban biasanya di gunakan untuk menghukum kalangan budak. Berbeda dengan anggapan umum, detail penyaliban bisa di lakukan secara berbeda-beda karena bergantung pada kemauan sang algojo.
Sebagai contoh, orang yang di salib tangannya tidak selalu di paku hingga menancap pada kayu salib. Ada pula kasus di mana korban hanya di ikat pada kayu salib, namun kepalanya di tutupi. Korban sesudah itu di cambuki hingga tewas saat masih terikat pada kayu salib.
Jika sang algojo ingin menambah penderitaan korban atau mempercepat kematiannya, barulah tangan dan kaki korban di paku pada kayu salib supaya korban meninggal akibat kehabisan darah. Kadang-kadang algojo juga melukai korban lebih jauh lagi supaya kematiannya menjadi semakin cepat.
Metode Hukuman dan Siksaan, Penyaliban tidak selalu di lakukan dalam posisi kayu salib yang tegak. Ada pula orang di salib dalam posisi terbalik alias dengan posisi kepala menghadap ke bawah. Karena metode penyaliban yang di lakukan oleh antar algojo kerap berbeda satu sama lain, penyaliban pun menjadi salah satu metode eksekusi kuno dengan prosedur pelaksanaan yang paling bervariasi.
Di lubangi Tikus
Tikus merupakan hewan yang banyak di benci oleh manusia. Pasalnya hewan kecil ini memiliki kebiasaan merusak perabotan dan mencuri makanan yang di simpan oleh manusia. Jika itu masih belum cukup, tikus juga bisa menjadi perantara penyakit berbahaya semisal pes.
Kalau bagi mereka yang tinggal di masa Romawi Kuno, tikus juga di takuti karena hewan ini bisa membawa kematian bagi korbannya. Prosesnya pun bisa di bilang mengerikan karena saat korban sudah tewas, mayat korban bakal terlihat memiliki lubang besar tubuhnya.
Untuk melaksanakan penyiksaan memakai tikus, mula-mula korban akan di baringkan di atas meja dengan tangan dan kaki yang terikat. Sangkar logam kecil yang berisi tikus kemudian di tempatkan di atas perut korban.
Algojo sesudah itu akan menginterogasi korban. Jika korban menolak untuk buka mulut, kandang tikus yang ada di atas tubuhnya tadi akan dipanaskan. Akibatnya, tikus yang ada di dalam kandang pun mulai berlarian karena kepanasan.
Karena tikus tersebut tidak bisa melarikan diri melalui terali kandang, tikus tersebut lantas akan menggerogoti perut korban supaya bisa lolos dari panas. Kelanjutannya sudah bisa kita duga. Korban bakal berteriak-teriak kesakitan saat tikus tersebut menggeliat masuk ke dalam tubuhnya.
Metode Hukuman dan Siksaan, Metode penyiksaan memakai tikus sendiri ternyata masih di gunakan hingga berabad-abad kemudian. Pada abad ke-20, rezim di ktator Argentina di ketahui pernah menggunakan metode ini menyiksa lawan-lawan politiknya.