Pelangi99 Lounge – Mengenal Nemo’s Garden, Tempat Budidaya Tanaman Darat di Bawah Laut, Pertanian merupakan salah satu bidang paling penting bagi kehidupan manusia. Berkat pertanian, manusia bisa mencukupi kebutuhan sandang dan pangannya. Meskipun peran pertanian amat vital bagi manusia, pertanian justru menghadapi masa depan yang cukup suram. Pelangi99 Online
Semakin terbatasnya lahan pertanian karena harus bersaing dengan pemukiman penduduk dan cagar alam adalah penyebab utamanya. Padahal dengan bertambahnya jumlah penduduk, lahan pertanian juga harus bertambah luas supaya bisa mencukupi kebutuhan penduduk. Kalaupun ada lahan subur yang bisa di manfaatkan, masalah tidak langsung selesai karena lahan tersebut haruslah bebas dari limbah dan bencana alam.
Hal itu pulalah yang di pikirkan oleh Sergio Gamberini, seorang penyelam profesional asal Liguria, Italia utara. Awalnya ia membayangkan mengenai bagaimana jadinya jika ladang di di rikan di bawah laut. Supaya tanaman di ladangnya tidak terendam oleh air laut, Gamberini membayangkan kalau ladangnya tersebut di bangun di dalam rumah kaca yang bentuknya menyerupai balon raksasa.
Mengenal Nemo’s Garden Tempat, Saat Gamberini menceritakan ide tersebut kepada teman-temannya, awalnya mereka merasa pesimis kalau ide Gamberini bisa terwujud. Namun Gamberini tidak mau ikut merasa putus asa. Dengan bermodalkan pengalamannya sebagai pengelola perusahaan Ocean Reef yang bergerak di bidang alat-alat selam, Gamberini berupaya mencari cara untuk menunjukkan kalau idenya bisa di lakukan.
Eksperimen yang Berkali-Kali Tersandung Masalah
Gamberini mulai bereksperimen dengan idenya pada tahun 2013. Mula-mula, ia menaruh pot berisi bibit tanaman kemangi di dasar laut berkedalaman 6 meter. Ia juga menyelubungi pot tersebut dengan perangkat selamnya. Sesudah beberapa hari, benih yang ada di dalam pot mulai mekar menjadi tanaman.
Setahun kemudian, Gamberini mengalokasikan sebagian dana milik perusahaan selam keluarganya untuk membiayain proyek ladang bawah lautnya. Gamberini sendiri memiliki rencana bahwa jika proyeknya ini berhasil, praktik ladang bawah lautnya bakal menjadi sumber pendapatan alternatifnya. Oleh karena itulah, ia juga berencana mendapatkan hak paten atas praktik ladang bawah laut jika proyeknya ini berhasil terwujud.
Kendala akan proyek ambisius Gamberini ini bukan hanya soal bagaimana cara menumbuhkan tanaman darat di bawah air. Ia juga harus berurusan dengan regulasi setempat. Peraturan yang berlaku di Italia melarang siapapun mengubah dasar laut secara permanen. Jadi jika Gamberini benar-benar ingin membangun tiruan rumah kaca di bawah laut, rumah kaca tersebut haruslah bersifat portabel alias bisa di pindah-pindah.
Hal berikutnya yang di pikirkan oleh tim konstruksi adalah mengenai cahaya matahari. Dalam kondisi biasa, tanaman yang ada di dalam konstruksi akuarium memang bisa mendapat pasokan cahaya matahari secara normal.
Namun saat musim dingin dan cuaca buruk, pasokan sinar matahari yang bisa di dapat oleh tanaman menjadi jauh lebih rendah. Untuk mengatasinya, tim konstruksi pun memasang lampu LED di dalam akuarium supaya tanamannya tetap mendapat pasokan sinar yang cukup untuk berfotosintesis.
Mengenal Nemo’s Garden Tempat, Justru hewan-hewan laut yang tinggal di sekitar lokasi kini malah memanfaatkan konstruksi tersebut sebagai tempat tinggal barunya. Gamberini menjelaskan bahwa dalam satu kesempatan, penyelam yang di tugaskan mengelola ladang bawah laut ini sempat melihat seekor cumi-cumi menaruh telurnya pada pipa.
Saat Nemo’s Garden Mulai Membuahkan Hasil
Beberapa tahun berlalu, ide Gamberini tersebut mulai membuahkan hasil. Ladang bawah laut buatan Gamberini dan rekan-rekannya nampak seperti rumah panggung kecil dengan kubah transparan di atasnya. Di dalam kubah tersebut, terdapat pot-pot hidroponik berisi tanaman yang di taruh di atas meja melingkar.
Gamberini memberikan nama “Nemo’s Garden” (Taman Nemo) untuk ladang bawah lautnya ini.
Meskipun begitu, aktivitas pemupukan dan penyiraman tanaman masih di lakukan secara manual. Bagian bawah kubah di lengkapi dengan lubang supaya penyelam bisa keluar masuk.
Gamberini sendiri berharap bahwa suatu hari nanti, Nemo’s Garden bisa mencukupi kebutuhan airnya dari laut. Bukan dengan menyiramkan air laut ke dalam pot tanaman secara langsung, tentu saja. Tetapi dengan memanfaatkan prinsip penguapan dan pengembunan.
Karena suhu yang ada dalam kubah cenderung lebih hangat di bandingkan lautan di sekitarnya, air laut yang ada di bagian bawah kubah akan menguap dan kemudian mengembun di dinding bagian dalam kubah. Air hasil pengembunan tersebut bisa di gunakan untuk mengairi tanaman karena sudah tidak mengandung garam.
Dampak positif lain dari suksesnya proyek Nemo’s Garden adalah bertambahnya objek wisata baru di Italia utara. Gamberini sendiri memberi saran kepada mereka yang ingin berkunjung ke ladangnya untuk melakukannya pada bulan September. Pasalnya di bulan itulah, biasanya Nemo’s Garden melakukan panen raya. Setelah melakukan panen, tanaman hasil panennya kemudian bisa di olah untuk di nikmati sebagai hidangan di atas darat bersama-sama.
Proyek Nemo’s Garden sendiri sempat nyaris di tutup di tengah jalan akibat timbulnya badai pada bulan Oktober 2019 yang menghancurkan sejumlah kubah. Munculnya wabah Covid-19 dan kebijakan lockdown di Italia kian mempersulit situasi. Untungnya pada bulan Juni 2020, pengelola Nemo’s Garden menyatakan kalau mereka sudah berhasil membangun ulang kubah-kubah yang rusak.