Legenda Asal Sumatera Utara
BERITA UNIK

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

Pelangi99 , Legenda Asal Sumatera Utara Indonesia memiliki ragam suku dan budaya. Dari Sabang sampai Merauke, , termasuk di antaranya cerita rakyat. Legenda Asal Sumatera Utara :

Legenda atau cerita rakyat kerap kita dapati saat kanak-kanak, baik melalui orang tua maupun pelajaran di sekolah.

Meski terkadang kebenaran kisahnya perlu pembuktian, tapi legenda lebih dalam dari kisah fiksi. Apalagi, ada banyak pesan moral yang didapat dari sana.

Sumatera Utara juga memiliki legeda yang terkenal. Apa saja, yuk kita simak.

1. Asal Mula Danau Toba

Dahulu kala di wilayah Sumatera Utara, ada seorang pemuda bernama Toba yang kesehariannya bekerja sebagai petani. Selain bertani, Toba juga senang memancing. Satu hari, ia pergi memancing ke sungai dan merasa kegirangan ketika dirinya mendapat seekor ikan mas berukuran besar yang kemudian dibawanya pulang. BandarQ

Ketika hendak menyalakan api, hendak memasak ikan itu, Toba terkejut karena ikan sudah tidak ada di dalam ember, melainkan koin emas.

Singkat cerita, diketahui bahwa ikan mas yang ditangkap Toba merupakan seorang bidadari cantik. Toba lalu menikahi bidadari cantik itu, dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Samosir.

Suatu hari, Samosir disuruh ibunya untuk mengantarkan makanan pada Toba. Ditengah jalan, Samosir kelaparan, ia memakan sebagian makanan Toba. Toba terkejut sekali, dan berkata “Dasar kau anak ikan!” lalu Samosir dipukul oleh Toba.

Ia mengadukan kejadian itu pada ibunya. Wanita itu sangat marah dan menyuruh Samosir unuk pergi ke puncak sebuah gunung. Tiba tiba, air dari sungai meluap. Air sungai berkumpul dan menjadi Danau. Ikan yang berwujud bidadari pun kembali kesungai. Sementara Toba tak berhasil menyelamatkan diri. Genangan air itu diberi nama Danau Toba, sedangkan daratan tempat Samosir berlindung dinamakan Pulau Samosir.

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

2. Legenda Lau Kawar

Dahulu kala, sebuah ada sebuah desa di tanah Karo yang bernama desa Lau Kawar. Desa ini sangat subur dan dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah. Suatu hari, penduduk desa itu mengadakan acara adat sebagai bentuk rasa syukur karena hasil panen penduduk yang melimpah. Semua penduduk desa menghadiri acara itu, tetapi hanya ada seorang nenek yang tidak ikut datang ke acara itu.

Nenek ini tidak menghadiri acara karena kondisi tubuhnya yang melemah. Ia rupanya belum makan seharian, dan tidak memiliki tenaga. Nenek melihat ke arah jendelanya dan ia terkejut ketika melihat anak lelakinya beserta keluarganya berjalan ke acara adat itu.

Si nenek berharap bahwa anaknya akan mampir ke rumahnya dan mengajaknya ke acara itu. Namun, anak serta cucunya tidak mampir, dan terus berjalan menuju acara adat. Nenek merasa sedih dan ia pun berbaring sambil menangis karena tidak ada yang memperhatikan dirinya. Poker Online

Ketika acara adat itu selesai, si anak baru ingat kepada ibunya. Ia pun meminta cucunya untuk membungkus makanan agar diberikan kepada nenek.

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

Sang nenek pun terkejut sekaligus senang ketika cucunya datang membawakan makanan. Tetapi rasa senang itu tidak bertahan lama ketika sang nenek mengetahui bahwa isi bungkusan itu adalah sisa-sisa makanan dari acara adat. Nenek itu pun memanjatkan doa kepada Tuhan. Ia berharap bahwa Tuhan membalas kedurhakaaan anaknya agar anaknya mendapat pelajaran.

Beberapa hari kemudian terjadilah gempa bumi, petir menyambar ke tanah, dan hujan turun tak henti-henti. Hujan turun begitu deras sehingga dalam waktu sekejap desa Lau Kawar sudah terendam dan menjadi sebuah kawah. Kawah itu yang kemudian dinamakan sebagai Danau Lau Kawar.

3. Legenda Batu Gantung

Konon, jaman dahulu kala di sebuah desa kecil di tepi Danau Toba hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya, Seruni.

Seruni sedih karena ayahnya menjodohkannya dengan seorang pemuda yang masih sepupunya sendiri. Ia telah menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda di desanya. Putus asa karena tidak tahu harus berbuat apa, ia ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menceburkan diri ke Danau Toba dengan membawa anjing peliharaannya, Toki. DominoQQ

Saat berjalan ke arah tebing di tepi Danau Toba, tiba-tiba ia terperosok ke dalam sebuah lubang batu besar hingga masuk ke dasarnya. Sudah sangat putus asa tidak bisa minta tolong pada siapapun. Seruni lebih memilih mati di dalam lubang, katanya dalam hati. Tiba-tiba dinding-dinding lubang tersebut mulai merapat.

Baca Juga : Tiga Alasan Nyamuk Suka Terbang Di Area Telinga

“Parapat…! Parapat batu!” seru Seruni agar dinding batu semakin merapat dan menghimpit tubuhnya.

Melihat kejadian itu Si Toki langsung berlari ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampainya di rumah Si Toki segera menghampiri orang tua Seruni dengan menggonggong, mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir di sekitar majikannya, Si Toki berusaha memberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si anjing, orang tua Seruni segera beranjak menuju ladang. Keduanya berlari mengikuti Si Toki yang diikuti juga rombongan penduduk desa hingga sampai ke tepi lubang tempat anak gadis mereka terperosok.
Legenda Asal Sumatera Utara

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

Penduduk hanya mendengar sayup-sayup suara dari lubang “parapat, parapat batu…”. Namun, tidak ada yang bisa menjangkau agau turun ke lubang tersebuh hingga akhirnya goncangan dahsyat terjadi dan membuat lubang secara perlahan merapat dan tertutup dengan sendirinya. Seruni yang berada di dalam lubang akhirnya terhimpit dan tidak dapat diselamatkan.

Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”.

Dan, karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga hanyalah “parapat, parapat, dan parapat”, maka daerah di sekitar Batu Gantung kemudian diberi nama Parapat. Kini Parapat telah menjelma menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

4. Asal Mula Nama Simalungun

Dahulu, di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana.

Suatu hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan datang menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja Tanah Djawo segera meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya. Namun sayangnya, bantuan itu tidak sanggup menangkal dan mengusir pasukan Majapahit.

Suatu ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang ketiga kerajaan tersebut secara bergantian. Meskipun sudah saling membantu, ketiga kerajaan tersebut akhirnya takluk juga. Raja dan rakyat masing-masing terpaksa menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan wilayah itu secara berkelompok. Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran musuh.
Sakong

Legenda Asal Sumatera Utara yang Perlu Anda Ketahui

Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili Misir yang kini dikenal pulau Samosir, dan menetap di pulau itu dalam waktu lama. Suatu ketika, mereka merasa rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya mengadakan musyawarah.

Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur. Setibanya di sana, beberapa warga terlihat menangis, teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka dahulu. “Sima-sima nalungun,” kata mereka.

Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun.

Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili Misir yang kini dikenal pulau Samosir, dan menetap di pulau itu dalam waktu lama. Suatu ketika, mereka merasa rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya mengadakan musyawarah.

Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur. Setibanya di sana, beberapa warga terlihat menangis, teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka dahulu. “Sima-sima nalungun,” kata mereka.

Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *