Uncategorized

Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

DEWASA18++ – Aku sedang menunggu clientku dan mencari tempat yang asyik dimana disana ada sajian live music untuk menghibur pengunjung saat itu yang main band beraliran jazz aku lihat dari penyayinya seorang cewek suaranya enak sekali , wajah manisnya ditambah dengan lesung pipinya membuat dia semakin manis , kira kira umurnya 26 tahun. Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

“Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Della bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request lagu.. silakan”.
Penyanyi yang ternyata bernama Della itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya.

Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Della ternyata bermain keyboard juga. Della bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Kisah Satu

Kisah Satu Malam

Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya. Della ternyata bermain sangat aman. Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Della.

Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut. “The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan tak lama kemudian aku mendengar suara Della.

“The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?” Kisah Satu
Bahasa tubuh Della menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Della bisa melihatku.

Kulihat Della membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Della menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Della tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.

“Della.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Della meresponsku. Segera kutelepon dia.
“Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Della?”
“Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”

“Aku tertarik denganmu. Suaramu sxy.. Sesxy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Della.
“Rayuan ala Boy, nih?”
“Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang s*xy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?” Kisah Satu

“Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
“Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
“Okay.. Aku tunggu ya.”
“Okay.. See you soon, s*xy..”

Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Della yang menyanyi.

Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Della dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya. Dalam perjalanan mengantarkan Della pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Della tampak menggigil.

“Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Della sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu.
Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
“Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.

Aku memang ingin membuat Della kedinginan. Kulihat Della bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Della diam saja.
“Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimulum ringan. Della tersenyum. Dia tidak menolak.
“Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”

“Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.” Kisah Satu
“Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
“Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.

“What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Della tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
“Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Della.
“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.

“Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
Della masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Della memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya.

Benar! Della berdiri hanya dengan br* dan celna dlam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Della akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.
“Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
“Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”

Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Della akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Della.

“Salah tuh mainnya.” komentar Della. Dia ikut bernyanyi.
“Ajarin dong..” kataku. Kisah Satu Dengan segera Della mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Della berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku.

Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Della saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak mem*luk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.

“Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum.
Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
“Oh ya..” aku berdiri.

Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
“Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Della terkejut. Aku tertawa saja.
Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air!

Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Della malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan mencumnya! Della membalas cimanku. Bibr kami saling memgut. Sungguh nikmat bercmbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibr kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya.

Kemudian br* dan celana pendeknya. Sementara Della juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celna dlam. Sambil terus mencmbunya, tangan kananku merba, mermas lembut dan merngsang pyudranya. Sementara tangan kiriku mermas bongkhan panttnya dan sesekali menyelinap ke belhan pant*tnya.

Dari panttnya aku bisa meraih vginnya. Menggosok-gosoknya dengan jariku. “Agh..” kudengar rinthan Della. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sxy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan pensku erksi. “Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Della menggenggam btang pensku dan mermasnya.

Tak lama dia mengcok pensku hingga membuatku makin terngsang. Tubuh Della kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercnta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Della duduk, aku hanya bisa merngsang paydara dan mencmbunya. Sementara pantt dan vginnya tidak bisa kuraih. Della tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan mencumi putng dad*ku! Kisah Satu

Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putngku dicum dan dijlat. Della cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas pensku. Terus dikck dan dirmasnya. Sambil melakukannya, badannya bergyang-gyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik. Merasa terganggu dengan celna dlam, aku melepasnya dan juga melepas celna d*lam Della.

Kami bercmbu kembali. Lidhku menekan lidhnya. Kami saling menjlat dan menghsap. Rinthan kecil dan deshan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik brhi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada senssi yang berbeda bercnta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercmbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ci*man berbeda rasanya dari biasanya. Kisah Satu

Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merngsng. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas. Makin bergirh. Kedua tanganku meraih panttnya dan kurmas agak keras, sementara bibrku melumat makin gnas bibr Della. Sesekali Della mengggit bib*rku.

Perlahan tanganku merayap naik sambil memjat ringan pinggang, punggung dan bahu Della. Dari bahasa tubuhnya, Della sangat menikmati pijtnku. “Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Della mengrang.
Lidhku mulai menjlti telinganya. Della mengglinjng geli. Tangannya ikut mermas panttku. Aku merasakan paydra Della makin tegng.

Paydra dan putngnya terlihat begitu sksi. Menntang dengan putng yang menonjol coklat kemerahan.
“Paydramu s*ksi sekali, Della.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan.
Della memainkan bola matanya dengan genit.

“Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
“Enak lho..” sambungnya sambil menjlat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidhku mendekati putngnya. Aku menjlatnya persis di ujung put*ngnya.

“Ergh..” desah Della. Caraku menjlatnya lah yang membuatnya mengrang.
Mulai dari ujung lidh sampai akhirnya dengan seluruh lidhku, aku menjlatnya. Kemudian aku menghsapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Della kemudian membuka kakinya dan membimbing pensku memasuki vgin*nya.

“Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Della memintaku mulai beraksi.
Pensku perlahan menembus vginnya. Aku mulai mengcknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibr kami saling melmat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Della dengan terampil mengikuti tempo kockanku.

Kami bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vginnya masih rapat sekali. Mirip dengan Reni. Apakah begini rasanya perwan? Entahlah. Aku belum pernah bercnta dengan perwan, kecuali dengan Reni yang selput dranya tembus oleh jari pacarnya. “Agh.. Agh..” Della mengrang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.

Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

“Come on, Boy.. Fck me..” ceracaunya. Rupanya Della adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercnta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghjamkan pensku. Lama-lama tempoku makin cepat.

Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Della mennggng dan aku ‘menyrngnya’ dari belakang. Dggy stle. Kulihat paydra Della sedikit terayun-ayun. Sksi sekali. Dengan usil jariku merba an*snya, kemudian memasukkan jariku.
“Hey.. Perih tau!” teriak Della. Aku tertawa.

“Sorry.. Kupikir enak rasanya..”
Aku menghentikan memasukkan jari ke ansnya tetapi tetap bermain-main di sekitar ansnya hingga membuatnya geli.
Cukup lama kami berpacu dalam brhi. Aku merasakan saat-saat org*smeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku. Kisah Satu

“Aku mau nyampe, Della..”
“crot di dalam aja boy. Udah lama aku tidak merasakan sembran kenkmatan pria” Aku agak terhenti. Gla, keluarin di dalam. Kalau hmil gimana, pikirku.
“Aman, Boy. Aku ada obat anti hmil kok..” Della meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukc*k lagi dengan gencar. Della berteriak makin keras.

“Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy…come on.. come on.. lebih dalam boy.. oh yeah..”
Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf pensku kegirangan. Srr.. Srr.. “Aku orgsme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Della makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan erksiku. Tubuhku terkjang-kjang mengalami puncak kenkmatan.

“Aarrgghh.. Yeeaahh..” Della menyusulku orgsme. Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercmbu lagi. Saatnya after orgsm servce. Tanganku memjat tubuhnya, memjat kepalanya dan mencmbu hidung, pipi, leher, payd*ra dan kemudian perutnya.

Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciman dan raban, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telnjng aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menc*umnya. Della tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.

“Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercnta. Kamu berhasil memuskanku..”
Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercnta. Aku hanya berusaha melyani setiap wanita yang bercnta denganku. Memperhatikan kebutuhannya. Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telnj*ngku.

Kisah Satu Malam dengan Penyanyi Kafe

“Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Della. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Della tertawa.
“Kenalin, dia Meri. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.

“Hi Meri..” sapaku.
Kemudian aku berdiri. Dengan pen*s lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Della dan memakainya. Meri masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi. Aku harus pulang. Kisah Satu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *