PELANGI99 – Tanggal 22 Mei 2024 yang lalu aku pergi ke Surabaya untuk liburan, sambil refreshinglah. Setelah berputar-putar sebentar, sorenya aku menuju rumah temanku yang sudah sangat akrab di kawasan DK. Keluarganya sudah sangat akrab dengan keluargaku, sudah seperti satu keluarga sejak aku lahir. Ketika Pertemuan Terakhir Menyisakan Kenangan
Di rumah ini ada Mas Zani yang umurnya 22 tahun, adiknya (cewek, masih SMU), sepupunya (cewek sudah sekitar 23 tahun), dan tentu saja kedua orang tua mereka. Hari itu biasa saja, tidak ada something spesial yang terjadi. Keesokan harinya, Mas Zani mengajakku pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya. Ketika Pertemuan Terakhir
Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Zani. Namanya Yeni tapi pangglannya Yeyen. Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun. Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan pyud*ranya lebih besar dari rata-rata cewek Indonesia.
So, dengan mobil Panther itu Mas Zani dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.
Lalu setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban yang nongkrong di situ. Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD prn, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Zani dan Yeyen bermesraan berdua, bercuman dan bercmbu.
Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Lenny, yang mondar-mandir keluar masuk kamar. Lenny bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya pyudra dan pant*tnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen.
Cuma yang lebih disayangkan lagi Lenny seorang per*kok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan. Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Zani nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”
Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Lenny sambil mer*kok. kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen.
Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”. Terus terang saja Mas Zani kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok). Kesel juga aku dibilang masih kecil. Ketika Pertemuan Terakhir
Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira. Ketika Pertemuan Terakhir
Mas Zani lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan mencumi wajah Mas Zani, sedangkan Mas Zani cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung Yeyen. Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku mulai terangsng, dan memang benar aku terangs*ng.
Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan cuman-cumannya yang ganas seperti di film *, sepertinya Yeyen ini bukan pertama kalinya makng love. Yeyen mulai mencumi Mas Zani langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat ldah dan terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3 meter.
“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka bercuman sambil mendesh-desh, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas melmat bibir dan ldah Mas Zani, Yeyen mulai bergerak ke bawah, mencumi dagunya, lalu lehernya.
Mas Zani ketika itu mengenakan T-Shrt yang di bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Zani terlalu besar badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu mencumi ddnya yang montok dan putih. Mas Zani ini memang WNI Keturunan Cina.
“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rinthan Mas Zani. Yeyen mencuminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga ddku dic*umin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.
“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Zani terus mendesh sementara Yeyen mulai mencumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Zani berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat terangsng, aku mulai merba-r*ba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..
Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting Mas Zani, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Zani kaget, matanya terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya mengelus-elus rambut Yeyen.
Yeyen langsung memegang-megang kemlun Mas Zani dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar, “Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Zani cuma bisa mendesh. Lalu setelah puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap celna dlam Mas Zani dan tersembullah kemlu*n Mas Zani yang sudah tegang keluar dari sarangnya.
“Nylupp!”, Kemluan Mas Zani langsung diklum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main sksnya. Sementara Mas Zani sibuk mermas-rmas rambut Yeyen saking enaknya, aku yang tidak kuasa menahan nfsu sibuk mermas-rmas kemlunku sendiri sambil tetap bersadar di pintu.
Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali. Dasar.., Yang membuataku nyaris tertawa karena kemlun Mas Zani yang sepertinya keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan celna dlam Mas Zani terlalu ke bawah, jadi seperti tercekik dech.
“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit Yeyen menglum kemlun Mas Zani, ternyata selama itu juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu yach?” Mas Zani cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana panjang dan celna d*lamnya, sedangkan Yeyen sekarang yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata.
Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu. Mas Zani mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke Yeyen sebelumnya.
Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Zani mulai mencum bibir Yeyen, cuma Mas Zani mencumnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style sksnya aku akui lumayan unik. “Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Zani sepertinya tidak profesional, cara mencumnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah.
Yeyen mencoba melepaskan t-shrt Mas Zani, lalu Mas Zani langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya. Mas Zani pun mulai mencumi leher Yeyen. Sementara tangannya merba-rba pyudra Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendes*h keenakan. Ketika Pertemuan Terakhir
Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus menggarahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-shrt yang kupakai dan mengger*yangi tubuhku sendiri. Mas Zani mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.
Tersembullah pyudra Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti pyudra Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas Zani mencopot kancing *-nya yang berwarna krem. Wah.., pyudra Yeyen benar-benar besar dan menggarahkan dengan pting ss*nya yang tebal dan berwarna coklat tua.
“Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas Zani memainkan lidhnya di atas pyudra dan pting ss Yeyen. “Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas melmat pting ss Yeyen bergantian, Mas Zani akhirnya menjil*ti perut Yeyen dan ingin melepaskan roknya.
Yeyen mengangkat panttnya, lalu Mas Zani membuka risleting rknya dan pelan-pelan melepaskan rk yang dipakai Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas Zani berhenti dan langsung mencumi kemlun Yeyen yang masih tertutup celna dlam itu dengan cepat dan g*nas.
“Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengrang dan mendesh keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangsng menjadi semakin terangsng mendengar deshan Yeyen yang sangat menggarahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kemlunku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.
Akhirnya Mas Zani melepaskan celna dlam Yeyen dan langsung mencumi kemlunnya dengan gnas sekali. Rambut di kemlun Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Zani menjiltinya sepuasnya. Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Zani suka sekali menyedot kemlu*n Yeyen.
“Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, des*han Yeyen semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Tidak berapa lama kemudian, Mas Zani berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk.
“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Zani memasukkan pensnya ke dalam kemlun Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Zani sudah mulai asyik menggesek-gesekkan pensnya dalam vgin Yeyen. “Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”,
Mereka berdua saling mendes*h sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi. “Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Zani memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan.
Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan celna dlamku dan kugesek-gesek kemlunku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendesh-desh kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri.
Lalu.., “aahh..”, Aku orgsme, sprmaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sp*rma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.
Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan berstubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar gla..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Lenny dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua. Ketika Pertemuan Terakhir
Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Zani dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, g*la.., lama sekali.
Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen. “Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Zani dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Zani bertanya.
“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Zani dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya. Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Zani hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan. Ketika Pertemuan Terakhir
Ternyata sepupu Mas Zani, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Zani.
Terus akhirnya Mas Zani telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen.
Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta. Aku tanya pada Lenny,
“Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng.
Wah, nekat juga ini anak, pikirku.
Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Lenny, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Zani berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.
Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas Zani soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hub*ngan badan.
Mas Zani baru pertama kali itu bersenggma, sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Zani, Yeyen sudah tidak perwan lagi. Mas Zani juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Lenny masih perwan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Lenny yang masih perwan”.
Aku sempat ngobrol juga sama Lenny, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa, Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra.
Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Zani asyik ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Lenny yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol. Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka rkok, katanya dia juga suka minman k*ras.
Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free s*ks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan, Lenny agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.
Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich.. Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Lenny, saya dan Mas Zani pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan s*ks. Ketika Pertemuan Terakhir
Sekitar jam 20.30, Mas Zani mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.
Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas Zani bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”. Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Lenny, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju. Ketika Pertemuan Terakhir
Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yeyen dan Lenny, lainnya ciban semua, ada 4 orang. Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas Zani langsung bercuman dengan Yeyen lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, gla bener..
Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Lenny, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku. “Ih kamu ganteng dech, kita main sks yuk..”. Agak senang juga aku dipuji tapi main sks dengan mereka, mimpi saja tidak.
Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Lenny,
“Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”
Ketika Pertemuan Terakhir
Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya, “Kamu suka tinggal di sini?”.
Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku. Ketika Pertemuan Terakhir
Di tengah-tengah obrolan, aku tanya,
“Lenny, kamu kan suka nger*kok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.
Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya,
“Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.
“Iya bener lhoh..” Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku. Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kur*mas pelan-pelan.
Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan.
Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kucum lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kucum bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Aku memeluknya, lalu kami saling menglum bibir, lalu memainkan ldah.., Hmm nikmat sekali.
Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bibr itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku mencumi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang. Dia menurut saja, membuatku semakin bern*fsu.
Lalu aku cum dia pelan-pelan sedangkan tanganku merba-rba dan mermas-rmas pyudranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat garahku menjadi semakin naik saja. Segera kusingkapkan T-Shrt yang dipakainya ke atas, lalu kucumi dan kujilti dd*nya yang aduhai itu, Ketika Pertemuan Terakhir
“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat n*fsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing *-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujilti ptingnya dan kuhisp-his*p selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujilti kemlunnya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kemlunnya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya, sedangkan lubng kemlunnya masih sangat rapat.
Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih perwan. Kujilti cltoris vginnya yang sangat menggarahkan itu, dia terengah-engah, “Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggelnjang. Kuhisp-hisp dan kujilti bagian dalam lubngnya. Hmm.., nikmat sekali, cairn yang keluar langsung saja kutelan. Ketika Pertemuan Terakhir
Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjilti vginnya, segera kupelorotkan celana panjang dan celna dlamku lalu pelan-pelan kumasukkan pensku ke dalam lubng senggma Lenny. Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cairnnya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju pensku, sepertinya selput darnya namun kuteruskan saja pelan-pelan.
“Aduh!”, pekiknya. “Lenny, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan. “Lenny, masih sakit..?”. “Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan pensku di dalam vgin*nya.
Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali vginnya, menjepit pensku yang merasa keenakan. “Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku. “Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangsng sekali.
”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau orgsme, akhirnya kupercepat gerakanku dan, “Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum orgsme, lalu kutarik pensku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku. “Ahh..”, akhirnya aku orgsme juga, sp*rmaku bertebaran di perutnya.
Setelah kami membersihkan sp*rmaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran. Tapi sungguHPun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.
Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Zani dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.
Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu