PELANGI99 Lounge – Meski telah dilahirkan sebagai seorang manusia, bayi baru lahir masih belum memiliki “dirinya” sendiri. Ia belum punya rasa yang menganggap dirinya sebagai entitas yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari sang Mama.
Seiring berjalannya waktu, ketika bayi bertumbuh, secara bertahap ia mulai memahami bahwa dirinya adalah makhluk yang terpisah tubuh, pikiran, dan perasaannya dari orangtuanya. Dirinya adalah pribadi yang unik dan mandiri. Lantas, kapankah bayi mulai mengembangkan kemandiriannya, dan seperti apakah wujudnya?
Berikut PELANGI99 Lounge merangkum serba-serbinya, dilansir dari newbornsplanet.com:
Peralihan Fokus Kebutuhan dari Bayi Baru Lahir Menuju Kemandirian
Ketika bayi lahir, fokus utamanya adalah memenuhi kebutuhan dasarnya dengan segera, seperti makanan, kehangatan dan kasih sayang. Perlahan-lahan, ia mengalihkan kebutuhannya ke tubuhnya dan belajar mengendalikan anggota tubuhnya. Pada tahap ini ia mulai bisa mengidentifikasi keberadaan orang yang mengasuhnya, yang biasanya adalah sang Mama.
Kemandirian bayi biasanya muncul menjelang usia 6-7 bulan. Dalam banyak kasus, awal kemunculan kemandirian ini menyebabkan kecemasan akan perpisahan, yang mencapai puncaknya saat bayi berusia 10-12 bulan dan akan berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya.
Usia 7-12 Bulan: Kecemasan terhadap Perpisahan
Bayi usia tujuh bulan dapat memahami bahwa ia bukan lagi bagian utuh dari sang Mama, melainkan individu yang terpisah. Untuk pertama kalinya, ia merasakan “aku vs Mamaku.” Bagi bayi, hal ini menjadi pemikiran yang menakutkan karena ia mungkin saja tiba-tiba sendirian.
Di fase ini, bayi masih terlalu muda untuk mengerti gagasan yang dinamakan oleh para psikolog sebagai obyek permanen. Pemahaman tersebut adalah obyek (Mama) masih ada meskipun tidak terlihat, terdengar atau dirasakan. Inilah yang mengakibatkan setiap kali Mama menghilang dari pandangan si Kecil, ia dilanda ketakutan bahwa Mama mungkin tidak akan kembali. Sebagian bayi bahkan mengamuk sebagai pelampiasan akan perasaan cemasnya terhadap perpisahan.
Usia 13-24 Bulan: Mulai Memahami Obyek Permanen
Menjalani tahun pertama ke tahun keduanya, proses pengenalan identitas diri anak berjalan begitu cepatnya. Mendekati usia dua tahun, anak mulai mengerti bahwa pantulan yang dilihatnya di cermin adalah dirinya sendiri. Sebelumnya ia menganggapnya adalah orang lain. Ia mungkin menangis beberapa saat ketika ditinggalkan sendiri, tetapi lambat laun ia bisa mengatasi ketakutannya dan menjadi lebih santai.
Pengalaman dan ingatannya telah berkembang. Ia belajar bahwa orangtuanya tetap ada di sana dan akan kembali padanya. Ini menandai kemampuan mandirinya, di mana ia telah memiliki pemahaman tentang obyek permanen.
Usia 25-36 Bulan: Inilah Aku!
Pada tahap ini si Kecil telah melewati proses memperoleh kemandirian dan kemerdekaannya secara penuh. Pada balita yang lebih besar dan anak-anak, mereka akan secara naluriah berani menjauh dari orangtua mereka saat berada di luar ruangan, seperti bermain petak umpet. Mereka juga akan mencoba melampaui batas yang ada untuk menantang otoritas orangtua. Ini adalah cara mereka untuk meneguhkan, “Ini aku!”, aku adalah orang yang sudah berani dan mandiri.
Penting untuk mendorong kemandirian anak sejak dini sebagai bekal keterampilan hidupnya di masa mendatang. Mungkin ada perasaan tak tega tatkala harus meninggalkan anak tidur sendirian di kamarnya, membiarkan anak bermain sendiri, memintanya bisa makan sendiri, dan lain-lain. Tetapi ingatlah, Ma, akan selalu ada yang pertama kali dan ketika itu dijalani, percayalah, tidak seburuk yang dibayangkan. Semoga berhasil ya, Ma!