PELANGI99 LOUNGE – Jangan Sepelekan Retakan Pada Ban Mobil Selain kondisi mesin, ada komponen lain yang harus Anda periksa sebelum mulai berkendara mobil. Komponen itu adalah ban. Ban harus memiliki tekanan yang cukup, tidak kebanyakan angin dan tidak kekurangan angin. Kemudian periksa juga apakah ada retakan. Jangan sepelekan jika ada retakan pada ban mobil.
Sejak awal Juni, pemerintah secara berangsur menerapkan situasi New Normal, yang merupakan adaptasi kehidupan baru di tengah pandemi virus Corona. Ini dilakukan usai pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan New Normal mulai diterapkan di beberapa daerah, seperti Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Bandung, Surabaya, Palembang, dan Makassar yang mulai mengakhiri masa PSBB satu per satu.
Jangan Sepelekan Retakan Pada Ban Mobil
Selama diberlakukannya PSBB, aktivitas dan mobilitas masyarakat boleh dibilang terbatas. Kini sejak masa transisi PSBB diterapkan, masyarakat mulai siap kembali beraktivitas, salah satunya berkendara dengan kendaraan pribadi. Kendaraan yang beristirahat dalam waktu cukup lama di garasi indoor atau di area parkir outdoor, dapat berdampak pada kondisi kendaraan, baik performa mesin sampai bagian terluar kendaraan yaitu ban.
BACA JUGA : Apa Kabar Gunung Prau Yang Mempesona?
President Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin, mengingatkan masyarakat agar melakukan check-up pada ban sebelum mulai berkendara lagi, agar memastikan ban tetap dalam kondisi sehat. Menurut Shin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengecek ban mobil yang sudah lama tidak digunakan.
Pertama, dimulai dari permukaan ban. Jika terdapat kotoran seperti kerikil, cukup cuci ban dengan menyikatnya. Namun, jika terdapat garis-garis halus atau retakan pada permukaan atau dinding ban, maka ban harus segera diganti.
“Pada umumnya, retakan yang terdapat pada permukaan ban menandakan usia ban dan tekanan angin pada ban, jadi ketika karet ban semakin getas, maka ban sebaiknya harus segera diganti,” kata Shin
Retakan Pada Ban Mobil
Shin menambahkan bahwa solusi alternatif seperti penggunaan cairan silikon atau penghitam, ataupun opsi vulkanisasi pada retakan di dinding bagian samping ban, tidak menjadi solusi jangka panjang untuk ban mobil retak.
Selain retakan ban, hal kedua yang perlu diperiksa adalah tingkat keausan ban. “Untuk memudahkan para pengguna dalam mengetahui tingkat keausan ban, pabrikan ban telah memberikan Tread Wear Indicator (TWI) yang diletakkan di setiap ban,” papar Shin.
TWI berbentuk tanda segitiga yang terdapat pada dinding ban. Pada satu ban, biasanya terdapat sekitar enam (6) tanda TWI di dinding ban yang mendekati dasar tapak ban. Jika tanda segitiga TWI sudah menyentuh tapak ban, maka ban harus segera diganti.
Untuk informasi, ban yang aus akan menurunkan kapabilitas pengereman dan berisiko licin, khususnya di jalanan basah, sehingga kendaraan mudah tergelincir. Tentunya, kondisi ini sangat berbahaya bagi keselamatan para pengguna. Jadi, penting untuk memperhatikan tingkat keausan ban. Pada umumnya, ban harus diganti jika telah berjalan sejauh 40.000 hingga 60.000 kilometer.
Langkah ketiga adalah mengecek tekanan angin ban. Tekanan angin pada mobil yang tidak dipakai dalam waktu lama biasanya lebih cepat berkurang dan menjadikan ban mobil kempis. Hal ini disebabkan karena distribusi angin yang tidak merata pada ban yang tidak bergerak. Ditambah lagi, tekanan yang diberikan oleh bobot kendaraan juga mempengaruhi tekanan pada ban yang semakin berkurang.
“Saat hendak mengisi angin ban, tekanan angin perlu disesuaikan dengan jenis mobil dan ukuran velg. Pada umumnya, ban mobil diisi dengan tekanan angin 28-35 Psi. Namun, untuk ban mobil besar seperti Sport Utility Vehicle (SUV) diisi dengan tekanan angin 35-40 Psi,” tukasnya.
SUMBER : PELANGI 99 POKER ONLINE