Hutan Ajang Bunuh Diri Di Jepang
BERITA UNIK

Hutan Ajang Bunuh Diri Di Jepang

Pelangi99 Lounge – Hutan Ajang Bunuh Diri Di Jepang, Jepang di kenal sebagai salah satu negara termaju dan termakmur di dunia. Namun kelebihan tersebut di sisi lain juga menimbulkan sisi gelap yang tidak di harapkan. Negara tersebut juga menyandang reputasi yang tak menyenangkan sebagai salah satu negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Tingginya tekanan dan standar hidup harian yang sangat tinggi di Jepang menjadi penyebab utamanya. Pelangi99 Online

Hutan Aokigahara menjadi saksi bisu mengenai ironi tingginya angka bunuh diri di Jepang. Pasalnya ada banyak orang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya di dalam hutan ini. Berikut adalah fakta-fakta menakutkan mengenai Hutan Aokigahara.

Aokigahara Terletak di Dekat Gunung Fuji

Aokigahara Terletak di Dekat Gunung Fuji

Bagi mereka yang baru pertama kali mengunjungi Hutan Aokigahara, maka hutan tersebut nampak tidak ada bedanya dengan hutan pada umumnya. Banyaknya pepohonan yang berdiri di hutan ini menyebabkan Aokigahara menjadi tempat yang terkesan rindang dan menyejukkan.

Bagi para petualang, Aokigahara bisa menjadi jalan bagi untuk menuju Gunung Fuji sambil menikmati kerimbunan hutan di sepanjang jalan. Rombongan anak-anak sekolah Jepang terkadang juga menyambangi hutan ini supaya mereka bisa menuju gua es yang ada di sana.

Kesunyian yang menyelimuti Hutan Aokigahara sedikit banyak di pengaruhi oleh kondisi hutan itu sendiri. Sebagai akibat dari lokasinya yang berada di dekat Gunung Fuji, lantai hutan tersebut terbuat dari timbunan lahar dingin hasil akumulasi dari letusan-letusan terdahulu.

Sebelum menjadi gunung yang tenang seperti sekarang, Gunung Fuji di ketahui pernah meletus sebanyak 864 kali. Lahar yang keluar dari kawah tersebut sebagiannya ada yang kemudian menjadi penyusun lantai Hutan Aokigahara. Bebatuan yang ada di lantai hutan penuh dengan pori-pori kecil sehingga suara yang timbul di hutan ini akan langsung teredam.

Namun Hutan Aokigahara sendiri bukanlah hutan yang benar-benar sunyi. Suara gemerisik akibat ranting jatuh dan daun yang bergesekan merupakan suara yang cukup sering terdengar dari dalam hutan ini. Kemudian jika seseorang menghembuskan nafas, hembusannya konon bakal terdengar lebih keras.

Aokigahara Dulunya Konon Di gunakan untuk Membuang Orang Tua

Aokigahara Dulunya Konon Digunakan untuk Membuang Orang Tua

Di masa kini, Aokigahara di kenal sebagai tempat di mana orang-orang kerap mengakhiri nyawanya sendiri. Namun reputasi angker yang di miliki oleh Aokigahara ternyata sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.

Menurut legenda, masyarakat Jepang pada masa lampau memiliki tradisi khusus yang di kenal sebagai ubasute. Ketika makanan semakin langka dan situasi menjadi kian tidak menguntungkan, maka keluarga Jepang pada masa tersebut akan membawa anggota keluarganya yang sudah tua ke kawasan terpencil.

Anggota keluarga yang sudah renta tersebut kemudian akan di tinggalkan di sana dan di biarkan meninggal dalam kondisi sendirian. Hutan Aokigahara di percaya menjadi salah satu tempat di mana tradisi macam itu jamak di lakukan.

Ilmuwan di masa kini sendiri tidak sepenuhnya kalau percaya kalau ubasute benar-benar pernah di lakukan secara luas oleh penduduk Jepang di masa lampau. Meskipun begitu, ubasute sendiri kemudian banyak di bahas dalam puisi dan karya sastra klasik Jepang.

Arwah dari korban ubasute yang meninggal di Aokigahara konon masih bergentayangan hingga sekarang dalam wujud hantu (yurei). Mereka di ceritakan memendam amarah kepada orang-orang yang masih hidup karena saat mereka dulunya masih hidup, mereka justru di kucilkan dan di paksa meninggal dalam kesendirian.

Popularitas Angker Aokigahara Di picu oleh Novel

Seicho Matsumoto Kuro Jurai , Hutan Ajang Bunuh Diri

Status Aokigahara sebagai tempat yang lazim di gunakan oleh orang-orang untuk bunuh diri di percaya mulai timbul sejak tahun 1960-an. Pada awalnya, novelis terkenal Seicho Matsumoto menulis hasil karyanya yang berjudul Kuro Jurai (Lautan Hitam Pepohonan). Di dalam novelnya, ada adegan di mana sepasang kekasih melakukan bunuh diri Hutan Aokigahara.

Perilisan novel tersebut lantas di sebut-sebut menjadi penyebab mengapa sejak itu kian banyak mayat korban bunuh diri yang di temukan di Aokigahara. Namun sebelum novel tadi di rilis, Aokigahara sebenarnya sudah lama di gunakan sebaga tempat bunuh diri. Pada tahun 1950-an, para turis yang kebetulan melintasi Hutan Aokigahara mengaku kalau mereka pernah melihat mayat-mayat yang sudah membusuk di dalam hutan.

Sekitar 100 orang di laporkan melakukan bunuh diri di Hutan Aokigahara setiap tahunnya. Banyaknya orang yang melakukan bunuh diri di Aokigahara lantas menjadikan hutan ini sebagai tempat yang paling sering di jadikan bunuh diri di seluruh dunia.

Penyisiran yang mereka lakukan hampir tidak pernah berakhir dengan tangan kosong. Semakin lama, semakin banyak mayat yang di temukan di dalam Hutan Aokigahara. Puncaknya adalah ketika pada tahun 2004, sebanyak 108 mayat manusia di temukan di dalam hutan.

Hutan Ajang Bunuh Diri, Temuan di tahun tersebut sekaligus menjadi temuan mayat terbanyak dalam satu tahun di Hutan Aokigahara. Jumlah asli mayat yang ada di Aokigahara sendiri di perkirakan masih lebih tinggi karena tidak sedikit dari mayat-mayat tersebut yang tidak pernah di temukan akibat tersembunyi di antara kerimbunan tanaman atau karena di makan oleh hewan liar.

Ada Petugas yang Rutin Berpatroli di Hutan Aokigahara

Ada Petugas yang Rutin Berpatroli di Hutan Aokigahara , Hutan Ajang Bunuh Diri

Untuk mencegah jumlah pelaku bunuh diri yang memasuki hutan tersebut kian bertambah, otoritas setempat pun memasang aneka tulisan seperti “tolong di pikirkan kembali” atau “ tolong pikirkan anak-anak anda, keluarga anda”. Harapannya sesudah membaca tulisan tersebut, mereka yang hendak melakukan bunuh diri akan membatalkan niatnya.

Petugas keamanan juga berpatroli di dalam hutan secara berkala. Jika berpapasan dengan orang yang hendak melakukan bunuh diri, petugas akan berbicara dengan orang tersebut dan mencoba meyakinkannya supaya tidak melanjutkan niatnya.

Upaya petugas sendiri sedikit banyak membuahkan hasil. Pada tahun 2010, ada 247 orang yang memasuki hutan tersebut dengan niat melakukan bunuh diri, namun hanya 54 di antaranya yang benar-benar berhasil mengakhiri nyawanya sendiri.

, Bunuh diri dengan cara gantung diri di dahan pohon menjadi metode yang paling sering di gunakan oleh pelaku bunuh diri di Aokigahara. Metode terbanyak kedua yang paling sering di gunakan adalah dengan meminum obat-obatan hingga overdosis.Hutan Ajang Bunuh DiriBunuh diri dengan cara gantung diri di dahan pohon menjadi metode yang paling sering di gunakan oleh pelaku bunuh diri di Aokigahara. Metode terbanyak kedua yang paling sering di gunakan adalah dengan meminum obat-obatan hingga overdosis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *