COTO4D – Hukuman mati adalah suatu hukuman di mana korbannya dibunuh supaya tidak bisa lagi mengulangi aksinya di masa depan. Namun dalam sejumlah kasus, membunuh korban dengan metode biasa dianggap tidak cukup. Korban dianggap harus disiksa dulu sesadis mungkin sebelum dibunuh karena sebelum dieksekusi, aksi kejahatan yang dilakukan korban dianggap sudah terlalu melampaui batas. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus tersebut. Hukuman Mati Paling Sadis Dalam Sejarah
Gyorgy Dozsa
Gyorgy Dozsa adalah panglima berkuda yang berasal dari Beograd (sekarang termasuk dalam wilayah negara Serbia). Pada waktu itu, Beograd termasuk dalam wilayah negara Hongaria.
Tahun 1514, kanselir Hongaria baru saja kembali dari Roma, kota yang juga menjadi tempat tinggal Paus. Ia kembali ke Hongaria sambil membawa surat perintah dari Paus supaya pasukan Hongaria segera memerangi Ottoman.
Menanggapi perintah tersebut, Dozsa berhasil mengumpulkan 40 ribu orang tentara dari kalangan petani. Namun masalah timbul karena kaum bangsawan Hongaria menolak menyediakan perbekalan untuk para tentara tersebut.
Para petani tadi merasa geram dan kemudian memberontak. Dozsa yang memiliki hubungan dekat dengan mereka memutuskan untuk ikut membantu mereka.
Pemberontakan tersebut dengan cepat membesar dan kini mengancam kelangsungan tahta raja Hongaria, Vladislaus. Melihat hal tersebut, Vladislaus kemudian meminta bantuan para bangsawan dan mengumpulkan pasukan tentara bayaran.
Bulan Juli 151, pasukan Hongaria berhasil mengalahkan pasukan Dozsa. Sebagai hukuman sekaligus sindiran karena Dozsa berani mencoba menggulingkan raja Hongaria, Dozsa dipaksa duduk di atas kursi logam yang sudah dipanasi dalam kondisi telanjang bulat.
Jika itu belum cukup, saudara Dozsa juga dicincang di hadapan Dozsa. Kulit Dozsa kemudian dicabik-cabik dengan memakai tang.
Tidak lama sesudah itu, sebanyak 9 anak buah Dozsa dipaksa memakan daging Dozsa hidup-hidup. Dozsa pun meninggal tak lama kemudian dalam kondisi tercabik-cabik dan terpanggang hidup-hidup.
Bessus
Bessus adalah satrap atau gubernur provinsi Baktria, suatu wilayah yang sekarang terletak di Asia Tengah. Pada masa itu, Baktria berstatus sebagai provinsi bawahan Persia.
Persia atau Achaemenid sendiri pada waktu itu sedang terlibat perang melawan pasukan Makedonia yang dipimpin oleh Aleksander Agung. Dalam salah satu pertempuran, pasukan Persia yang dipimpin oleh raja Darius berhasil dikalahkan oleh pasukan Makedonia.
Darius kemudian melarikan diri ke Baktria. Di sana, Darius meminta kepada Bessus supaya ia segera menyiapkan pasukannya untuk menghadang pasukan Makedonia. Bessus lantas mengajukan syarat bahwa ia baru akan menurunkan pasukannya jika dirinya diperbolehkan menjadi pemimpin baru militer Persia.
Saat Darius menolak, Bessus lantas menusuk Darius hingga tewas. Mayat Darius kemudian ditemukan oleh pasukan Makedonia yang kebetulan memang sedang mencari-cari Darius.
Bak mendapat karma, Bessus sendiri kemudian dikhianati oleh anak buahnya sendiri. Anak buah Bessus tersebut kemudian menyerahkan Bessus kepada Makedonia.
Aleksander merupakan orang yang menjunjung tinggi kehormatan di medan perang. Oleh sebab itulah, begitu ia mengetahui kalau Darius meninggal akibat dikhianati oleh bawahannya sendiri, Aleksander memandang Bessus dengan penuh rasa jijik dan menjatuhkan hukuman berat padanya.
Bessus lantas diarak ke sebuah desa dan kemudian dipecut sambil disaksikan oleh orang banyak. Sesudah itu, mata dan hidung Bessus dipenggal.
Saat Bessus dibawa kembali ke hadapan Aleksander, Aleksander memerintahkan supaya Bessus diikat di antara 2 pohon yang sedang diikat supaya agak merunduk ke bawah tanah.
Setiap harinya, ikatan pohon ke tanah sedikit dilonggarkan supaya pohonnya semakin tegak dan tubuh Bessus ikut tertarik oleh pohon tadi. Sesudah beberapa hari, Bessus akhirnya meninggal dunia pada tahun 329 Sebelum Masehi dengan tubuh yang nyaris tercerai berai.
Melec Hukuman Mati
Melec adalah alcaid atau gubernur di wilayah Kesultanan Maroko. Tahun 1705, Melec yang dibantu oleh putra sultan Maroko melakukan pemberontakan untuk menggulingkan sultan Maroko, Moulay Ismail ben Sharif.
Pemberontakan tersebut pada akhirnya berhasil ditumpas. Karena Melec dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pemberontakan ini, sultan pun memerintahkan supaya Melec dijatuhi hukuman seberat mungkin.
Sebelum eksekusi dilakukan, sultan bertanya kepada tukang kayunya perihal apakah gergaji kayu bisa digunakan untuk memotong manusia. Saat tukang kayu tersebut menjawab “bisa”, sultan kemudian menunjuk tukang kayu tersebut sebagai algojo hukuman mati Melec.
Prosesi hukuman mati Melec dilakukan di lapangan terbuka yang ditonton oleh sekitar 4.000 orang. Pada awalnya, si tukang kayu ingin mengeksekusi Melec dengan cara menggergaji kepala Melec.
Namun keponakan sultan meminta supaya Melec digergaji dari arah selangkangan menuju arah kepala supaya Melec tidak langsung meninggal. Sang keponakan ingin supaya Melec menderita karena ayah sang keponakan tewas akibat dibunh Melec.
Permintaan sang keponakan tersebut disetujui. Melec pun diikat dalam posisi terbalik, lalu badannya digergaji menjadi dua dari arah selangkangan menuju kepala. Yang lebih membuat ngeri, Melec diketahui masih hidup dan berteriak-teriak kesakitan saat gergajinya sudah mencapai bagian perut.
Mithridates Hukuman Mati
Madu dan susu kerap dikaitkan dengan hal-hal yang membahagiakan karena keduanya memiliki rasa yang manis dan disukai oleh manusia. Namun bagi Mithridates, madu dan susu justru menjadi 2 hal yang membuatnya tersiksa di akhir hayatnya.
Mithridates adalah seorang jenderal Persia sekaligus anak buah Artaxerxes. Saat Persia dilanda perang saudara pada tahun 404 SM, Mithridates berhasil menewaskan Cyrus sehingga Artaxerxes kini bisa menjadi raja Persia yang baru.
Artaxerxes kemudian memberikan hadiah yang sangat mewah kepada Mithridates. Namun di saat yang bersamaan, Artaxerxes juga meminta supaya Mithridates tetap bungkam supaya Artaxerxes bisa mengklaim dirinya sebagai orang yang sudah membunuh Cyrus.
Mithridates pada awalnya bisa menjaga rahasia tersebut. Hingga kemudian pada tahun 401 SM, ia diundang ke sebuah pesta. Saat sedang berada dalam kondisi mabuk, Mithridates kelepasan bicara dan mengaku kalau dialah orang yang aslinya membunuh Cyrus.
Artaxerxes merasa begitu murka atas tindakan Mithridates. Maka, Artaxerxes pun memerintahkan supaya Mithridates dieksekusi dengan cara diikat pada perahu yang diapungkan di tengah danau.
Sebelum perahunya dihanyutkan, badan Mithridates dilumuri dengan susu dan madu. Dalam kondisi tersebut, tubuh Mithridates mulai dihinggapi oleh gerombolan lalat yang kemudian bertelur pada tubuh Mithridates.
Setiap beberapa hari sekali, anak buah Artaxerxes akan menghampiri Mithridates dan melumuri kembali Mithridates dengan susu dan madu. Lama kelamaan, tubuh Mithridates kini mulai digerogoti dari luar dan oleh kawanan serangga terbang dan belatung. Sesudah menahan siksaan selama 17 hari, Mithridates akhirnya meninggal dalam kubangan susu dan madu.
Hukuman Mati Paling Sadis Dalam Sejarah
Pada abad ke-16, daratan Jerman sempat diteror oleh kawanan penyamun yang dipimpin oleh Peter Niers. Selama beraksi, Niers dan anak buahnya tidak segan-segan menghabisi para korbannya. Warga lokal juga merasa begitu takut dengan Niers karena Niers dipercaya menguasai ilmu sihir dan mempraktikkan kanibalisme.
Niers sempat berhasil ditangkap pada tahun 1577, namun ia kemudian berhasil melarikan diri kembali. Empat tahun berlalu, Niers akhirnya berhasil ditangkap kembali saat ia dan sejumlah anak buahnya sedang bermalam di penginapan desa Neumarkt.
Setelah diinterogasi dan disiksa selama 3 hari, Niers akhirnya mengaku kalau ia sudah membunuh lebih dari 500 orang dan memakan daging mereka.
Di hari pertama, kulit Niers dicabuti memakai tang, lalu kulitnya disiram dengan minyak panas. Memasuki hari kedua, kaki Niers direndam dalam bara panas hingga tulangnya terlihat.
Pada hari ketiga, Nies diikat di atas sebuah roda raksasa dengan posisi tangan dan kaki menghadap ke atas. Kemudian di atas roda tempat Niers terikat, ada roda baja lain yang dipasang.
Setiap kali roda tempat Niers terikat diputar, tangan dan kaki Niers akan menghantam roda baja yang terpasang di atasnya secara berulang-ulang.
Akibat penyiksaan tersebut, tangan dan kaki Niers kini berada dalam kondisi patah. Niers akhirnya menemui ajalnya setelah tubuhnya dipotong-potong. Niers meninggal pada tanggal 16 September 1581.