Pelangi99 Lounge – Fakta Tembok Berlin Yang Tidak Kamu Ketahui, Berlin adalah nama dari sebuah kota yang sekarang menjadi ibukota negara Jerman. Saat Perang Dingin masih berlangsung, kota ini terbelah menjadi wilayah kekuasaan Jerman Barat dan wilayah kekuasaan Jerman Timur. Tembok Berlin yang terbentang di tengahnya menjadi penanda mengenai bagaimana kota tersebut terbelah oleh perbedaan ideologi. Berikut ini adalah 5 fakta menarik mengenai Tembok Berlin. Pelangi99 Online
Tembok Berlin Tidak Memisahkan Jerman Barat dan Timur
Tembok Berlin kerap di anggap sebagai simbol terpisahnya Jerman semasa Perang Dingin. Walaupun pendapat tersebut ada benarnya, pendapat tadi juga tidak sepenuhnya benar. Pasalnya Tembok Berlin hanya memisahkan wilayah Berlin Barat dengan Berlin Timur, sementara kota Berlin sendiri terletak di tengah-tengah Jerman Timur.
Jika Berlin Barat adalah wilayah milik Jerman Barat, maka wilayah Berlin Timur dan sekitarnya adalah wilayah kepunyaan Jerman Timur. Untuk mengetahui kenapa ada secuil wilayah milik Jerman Barat yang terletak di tengah-tengah Jerman Timur, maka kita harus mundur ke masa sesudah berakhirnya Perang Dunia II.
Pasca kekalahan Jerman di Perang Dunia II, negara-negara Sekutu memecah Jerman ke dalam 4 wilayah pendudukan berbeda. Masing-masing wilayah di kelola oleh AS, Inggris, Perancis, dan Uni Soviet. Sementara kota Berlin sendiri juga di pecah ke dalam 4 zona pendudukan yang di kelola oleh keempat negara tadi.
AS, Inggris, dan Perancis nantinya melebur kembali wilayah pendudukan mereka menjadi wilayah Jerman Barat dan Berlin Barat. Sementara akibat masalah perbedaan ideologi dan kepentingan, wilayah sisanya tetap berada di bawah kendali Uni Soviet.
Wilayah tersebut kelak menjadi negara Jerman Timur yang tunduk pada Uni Soviet. Dan supaya warga Jerman Timur di kota Berlin tidak melarikan di ri ke negara tetangganya, Tembok Berlin yang panjangnya mencapai 1.300 km pun di di rikan.
Ada 2 Baris Tembok yang Menyusun Tembok Berlin
Apa yang di sebut sebagai Tembok Berlin aslinya bukan hanya terdiri dari 1 baris tembok, tetapi 2 baris tembok yang berjarak 100 meter satu sama lain. Jika bicara soal Tembok Berlin, maka biasanya yang di maksud adalah barisan tembok yang letaknya paling dekat dengan Jerman Timur.
Pembangunan Tembok Berlin pertama kali di mulai pada tahun 1961. Setahun kemudian, barulah pembangunan baris kedua tembok di laksanakan. Di antara kedua baris tembok tersebut, terdapat kawasan yang menyandang julukan “Jalur Kematian” karena mereka yang nekat menyeberangi kawasan ini bisa tewas di tempat.
Julukan “Jalur Kematian” memang bukan julukan yang sama sekali tak berdasar. Ada banyak petugas bersenjata api dan anjing penjaga yang di siagakan di sepanjang tembok. Saat pembangunan tembok di lakukan, bangunan-bangunan yang ada di Jalur Kematian di robohkan secara massal. Jalur tersebut kemudian di tutupi dengan pasir supaya mereka yang melintasi tembok meninggalkan jejak kaki.
Ada Gereja yang Berdiri di Tengah-Tengah Tembok Berlin
Sudah di singgung sebelumnya kalau semua bangunan yang ada di Jalur Kematian Tembok Berlin di robohkan secara massal. Namun ternyata tidak semua bangunan yang ada di Jalur Kematian benar-benar di buat rata dengan tanah. Ada bangunan yang tetap di biarkan berdiri saat pembangunan Tembok Berlin di langsungkan.
Bangunan tersebut adalah gereja yang di kenal sebagai Gereja Rekonsiliasi. Kendati ada gereja yang berdiri di sana, gereja tersebut tidak bisa di gunakan untuk berdoa oleh warga sekitar akibat letaknya yang berada dalam area terlarang. Namun cerita unik mengenai Gereja Rekonsiliasi masih belum berhenti sampai di sana.
Saat negara-negara Sekutu selesai membagi Berlin, Gereja Rekonsiliasi berada di wilayah pendudukan Uni Soviet, namun orang-orang yang biasa menjadi jemaat di gereja ini berasal dari wilayah pendudukan Perancis. Saat Tembok Berlin selesai di bangun, warga yang selama ini beribadah di gereja tersebut tidak bisa lagi melakukannya.
Situasi tersebut tak pelak menimbulkan kesan negatif di Jerman Barat. Penduduk yang tinggal di sana kini memandang Gereja Rekonsiliasi sebagai simbol penindasan yang di lakukan oleh rezim komunis setempat. Sementara di Jerman Timur sendiri, mereka yang menentang pemerintah kerap mencari perlindungan di sejumlah gereja lokal.
Hal tersebut lantas menimbulkan rasa tidak suka dari pemerintah Jerman Timur. Sebagai bentuk peringatan terhadap gereja-gereja yang berani menampung para penentang pemerintah, pada tahun 1985 Gereja Rekonsiliasi di robohkan oleh pemerintah Jerman Timur. Namun bukannya berhasil meredupkan perlawanan, gambar gereja tersebut kemudian malah menjadi simbol perlawanan terhadap kediktatoran pemerintah Jerman Timur.