BERITA KESEHATAN BERITA UNIK

Fakta Sunat Perempuan: Pengalaman Traumatis dan Komplikasi Kesehatan

Fakta Sunat Perempuan: Pengalaman Traumatis dan Komplikasi Kesehatan

Pelangi99Lounge – Fakta sunat perempuan (Female Genital Mutilation/FGM) di benak Bishara Sheikh Hamo menjadi kenangan paling traumatis sepanjang hidupnya. Wanita yang merupakan anggota Borana Community asal Kenya Isiolo County mengalami gangguan kesehatan setelah dirinya disunat pada usia 11 tahun. Mau tak mau, ia harus menjalani sunat dengan alasan mengikuti tradisi turun temurun.

“Aku diberitahu oleh nenek bahwa FGM adalah persyaratan mutlak bagi setiap gadis.  Dengan disunat membuat kami (menjadi) suci.”

Baca Juga : Manfaat Tahu Bagi Kesehatan Dan Pahami Cara Memilihnya Yang Baik

Pada saat itu, Bishara tidak tahu dampak buruk sunat perempuan bagi hidupnya rupanya membahayakan kesehatannya. Selepas disunat, Bishara mengalami menstruasi yang tidak teratur, gangguan kandung kemih, dan infeksi berulang. Masa remaja yang seharusnya menyenangkan berganti suram.

Sungguh pengalaman yang sangat menyedihkan, lanjut Bishara. Sunat perempuan yang dilakukan di tempat tinggalnya bisa dibilang salah satu jenis prosedur medis yang paling parah dan sangat tidak higienis. Petugas menggunakan alat pemotong kelamin yang sama pada seluruh anak perempuan.

“Satu-satunya penghilang rasa sakit setelah sunat yang tersedia adalah obat tradisional. Selesai aku menjalani proses itu, mereka (petugas) langsung memanggil anak perempuan lain yang sudah mengantre. ‘Gadis berikutnya, gadis selanjutnya…,” ujarnya. PokerOnline


Gangguan Kesehatan Reproduksi

Fakta sunat perempuan

Sunat perempuan, yang dalam istilah medis Female Genital Mutilation (FGM) menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan mental pada perempuan selama hidup. Bahkan Bishara tidak hanya mengalami gangguan kesehatan saja, ia pun hanya bisa melahirkan anaknya melalui operasi caesar.

Secara medis, sunat perempuan akan berdampak buruk bagi kualitas hidup wanita kelak. Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang, Catharine M Sambo menekankan, sunat perempuan dilihat dari kacamata medis tidak bermanfaat.

“Dari sisi medis, sebenarnya sunat perempuan tidak ada manfaatnya. Berbeda dengan laki-laki, yang mana alasan disunat itu untuk higienitas (kebersihan penis) dan mencegah kanker penis.  Kalau pada wanita kan enggak ada kanker klitoris,” jelas Christine saat ditemui di Jakarta.

Apalagi sunat perempuan dilakukan dalam prosedur salah seperti di negara Bishara serta negara-negara Afrika lain menimbulkan masalah kesehatan. Perempuan akan merasa tidak nyaman selama hidup.

Praktik sunat perempuan masih rutin dilakukan di beberapa negara Afrika, Asia, dan Timur Tengah. Walaupun praktik sunat perempuan dilakukan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau, para profesional kesehatan untuk tidak melakukan prosedur tersebut.

“FGM hampir selalu dilakukan pada anak perempuan di bawah umur (balita) dan ini merupakan pelanggaran terhadap hak-hak anak. Praktik ini juga melanggar hak seseorang untuk mendapatkan kesehatan, keamanan dan integritas fisik, hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang kejam, serta hak untuk hidup, yang mana FGM bisa berujung kematian,” tulis WHO.


Praktik di Indonesia

Fakta Sunat Perempuan
Praktik sunat perempuan di Indonesia

Di Indonesia, pernah ada peraturan resmi sunat perempuan, yakni Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 1636/MENKES/PER/2010 tentang Sunat Perempuan. Dalam Permenkes berisi cara  melindungi perempuan dari praktik sunat yang tidak sehat. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, kalau tidak diatur, dikhawatirkan sunat perempuan yang sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat secara turun temurun akan membahayakan kesehatan perempuan.

Permenkes mengatur agar sunat dilakukan dengan benar dan hanya oleh tenaga kesehatan tertentu untuk menjamin keamanan dan keselamatan perempuan sesuai ketentuan agama,standar pelayanan dan standar profesi. Permenkes tidak mengharuskan sunat bagi perempuan. Sunat perempuan dapat dilakukan hanya atas permintaan dan atau persetujuan dari orangtua anak perempuan atau wali.

Sunat perempuan berupa tindakan menggores kulit yang menutupi bagian depan klitoris, tanpa melukai klitoris. Prosedur hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, yaitu dokter, bidan dan perawat yang telah memiliki ijin praktik, atau surat izin kerja dan diutamakan yang berjenis kelamin perempuan.

“Dulu pernah ada (aturan) soal sunat perempuan di Indonesia. Tapi itu tidak lagi berlaku. Dari literatur yang saya baca, praktik sunat perempuan lebih banyak karena alasan culture (budaya) and religius (agama). Tapi secara medis enggak ada manfaatnya. Sebaiknya, sunat perempuan sih enggak perlu,” tegas Christine yang juga anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).


Komplikasi Setelah Sunat

Fakta Sunat Perempuan
Komplikasi setelah sunat perempuan.

Dokter Spesialis Konsultan Anak Rosalina Dewi Roeslani pernah menulis WHO dan Persatuan Dokter Obstetri dan Ginekologi Dunia (The International Federation of Gynecology and Obstetrics) menolak seluruh jenis FMG dan menyebut tindakan tersebut sebagai “praktik medis yang tidak diperlukan, yang memiliki risiko komplikasi serius dan mengancam nyawa.”

FMG dianggap mengancam nyawa karena risiko perdarahan yang hebat. Ini dipengaruhi banyak pembuluh darah di daerah kemaluan perempuan.

Adapun komplikasi kesehatan yang terjadi setelah sunat perempuan, menurut WHO sebagai berikut:

Komplikasi sesaat setelah disunat:

  •     sakit parah
  •     perdarahan yang berlebihan
  •     pembengkakan jaringan genital
  •     demam
  •     infeksi (tetanus)
  •     gangguan kemih
  •     pemulihan luka terganggu
  •     cedera pada jaringan genital di sekitarnya
  •     syok
  •     kematian.

Dampak buruk jangka panjang:

  •     masalah kemih (buang air kecil yang menyakitkan, infeksi saluran kemih)
  •     gangguan pada vagina (keputihan, gatal, vaginosis bakteri dan infeksi lainnya)
  •     masalah menstruasi (menstruasi yang menyakitkan, darah menstruasi sulit keluar)
  •     timbul jaringan parut dan keloid
  •     masalah seksual (nyeri selama hubungan intim, penurunan kepuasan)
  •     peningkatan risiko komplikasi persalinan (persalinan sulit, perdarahan berlebihan, operasi caesar) dan kematian bayi baru lahir.

200 Juta Anak Perempuan

Anak Depresi
200 juta anak perempuan punya pengalaman disunat.

Data UNICEF pada Februari 2018 menyebut, setidaknya 200 juta anak perempuan dan wanita yang hidup hari ini dan tinggal di 30 negara punya pengalaman menjalani sunat. Namun, sebagian besar anak perempuan dan wanita berpikir bahwa FGM harus berakhir dan ada penurunan prevalensi praktik secara keseluruhan selama tiga dekade terakhir.

Sayangnya, tidak semua negara setuju. Laju penurunan praktik sunat perempuan tidak merata. Data dari survei representatif skala besar menunjukkan, praktik FGM sangat terkonsentrasi di negara-negara dari pantai Atlantik ke Afrika, negara-negara wilayah Timur Tengah (Irak dan Yaman) dan Asia.

Praktik ini nyaris seluruhnya dilakukan di Somalia, Guinea, dan Djibouti dengan tingkat sekitar 90 persen, sebagaimana dilansir dari laman UNICEF. Di Mali, Sierra Leone, Guinea, Gambia, Somalia, dan Mesir, lebih dari setengah populasi wanita berpikir, praktik fakta sunat perempuan harus dilanjutkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *