Fakta Buah Apel: Nutrisi, Manfaat, dan Potensi Dampak Buruknya. Apel adalah salah satu buah tropis yang banyak digemari. Selain rasa, khasiat yang terkandung dalam apel juga menjadi alasan kenapa buah ini menjadi buah favorit.
Ternyata, banyak informasi yang bisa dikulik tentang buah yang satu ini. Nutrisi apel dan manfaat sehatnya mungkin sudah banyak diketahui. Namun, tahukah kamu bahwa beberapa bagian apel bisa membahayakan kesehatan?
Agar kita bisa tetap waspada dan memastikan hanya mendapat manfaatnya saja, yuk, ketahui beberapa fakta seputar buah apel berikut ini!
1. Apel adalah buah yang tinggi serat
Berdasarkan data dari oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), apel berukuran sedang dengan diameter 3 inci (atau setara dengan 182 gram), mengandung 25 gram karbohidrat, 4,4 gram serat, dan 19 gram gula alami.
Kandungan serat tersebut mewakili sekitar 13-20 persen kebutuhan harian serat orang dewasa, tergantung usia dan jenis kelamin. Serat berfungsi untuk memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat, sehingga dapat mengontrol kadar gula darah dan menurunkan berat badan.
Sebuah ulasan dalam Journal of Chiropractic Medicine tahun 2017 menemukan bahwa konsumsi banyak serat memungkinkan penurunan risiko terkena penyakit kardiovaskular, jantung koroner, dan stroke.
Tak hanya kandungan seratnya yang tinggi, apel juga merupakan sumber kalium dan beta-karoten yang baik. Apel juga menyediakan sekitar 9-11 persen vitamin C harian yang dibutuhkan tubuh.
Meski demikian, apel bukanlah sumber lemak dan protein yang baik. Dalam 182 gram apel segar hanya mengandung 0,3 gram lemak dan 0,5 gram protein.
2. Bagaimana dengan nutrisi jus apel?
Meski sama-sama produk apel, buah segar dan jus apel memiliki kandungan nutrisi yang jauh berbeda. Jus apel mengandung kalori lebih tinggi dan mikronutrien yang sangat rendah jika dibandingkan dengan versi buah segar.
Dalam secangkir jus apel (setara dengan 240 ml) mengandung kalori sebanyak 114 kalori. Sementara itu, satu buah apel berukuran sedang hanya mengandung sekitar 95 kalori. Jumlah serat jus apel, baik bening maupun keruh, juga lebih rendah ketimbang dalam bentuk buah, yaitu hanya 0,5 gram.
Melansir Healthline, jus apel bahkan tidak menyuplai mikronutrien, baik vitamin maupun mineral, apa pun untuk tubuh. Artinya, jus apel tidak memasok mikronutrien setidaknya 10 persen dari asupan harian yang disarankan.
Berbeda dengan buah segar, rendahnya serat dan adanya penambahan gula pada jus apel justru dapat memicu masalah kesehatan. Seperti meningkatkan kadar gula darah, penambahan berat badan, serta menyebabkan kerusakan gigi.
3. Apakah apel baik untuk dikonsumsi penderita diabetes?
unsplash/Tijana Drndarski
Melansir Verywell Fit, buah apel memiliki indeks glikemik yang rendah, yaitu 34-38. Artinya, konsumsinya hanya menyebabkan sedikit peningkatan gula darah. Selain itu, kandungan seratnya yang tinggi juga dapat melindungi dari diabetes tipe 2 serta meningkatkan kontrol gula darah, seperti tertulis di sebuah laporan dalam Endocrine Practice dan The Journal of Nutrition.
Sebuah penelitian dalam International Journal of Molecular Sciences menyebut bahwa polifenol, yang banyak ditemukan pada kulit apel, dapat merangsang pankreas untuk melepaskan insulin dan mengurangi resistansi insulin.
Konsumsi apel memang dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi. Namun, kamu tetap harus memperhatikan asupan karbohidrat dan memantau kadar gula darah setelah makan apel. Sebaiknya hindari jus apel dan batasi porsinya, ya!
4. Apel mengandung kuersetin, antioksidan kuat yang kaya akan manfaat
Pixabay/PublicDomainPictures
Berdasarkan sebuah penelitian dalam Nutrition Journal tahun 2004, apel mengandung banyak senyawa antioksidan seperti kuersetin, katekin, phloridzin, dan chlorogenic acid yang semuanya merupakan antioksidan kuat.
Kuersetin secara efektif membunuh sel-sel abnormal, menyebabkan apoptosis (kematian sel secara terprogram) pada beberapa jenis tumor, serta bermanfaat untuk pencegahan kanker dan penderita asma. Tak hanya itu, asupan kuersetin yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2.
Antioksidan kuersetin ini lebih banyak ditemukan pada kulit buah daripada daging buahnya. Jadi, baiknya kamu makan apel beserta kulitnya, ya, dan pastinya mencucinya dulu hingga bersih.
5. Biji apel yang dikunyah dapat melepaskan senyawa sianida
Pernahkah kamu memakan apel beserta kulitnya? Melansir Medical News Today, biji apel mengandung senyawa amygdalin yang memiliki efek racun saat berkontak dengan enzim pencernaan.
Biji apel memiliki lapisan luar yang kuat dan tahan terhadap enzim pencernaan. Namun, ketika dikunyah atau dihancurkan, amygdalin dalam biji bisa terlepas ke tubuh dan menghasilkan senyawa sianida yang beracun, bahkan bisa menyebabkan kematian dalam dosis tinggi.
Menurut sebuah ulasan tahun 2015 oleh University of Leeds, Inggris, sebanyak 1 gram biji apel mengandung sekitar 1-4 miligram amygdalin, tergantung jenis apelnya. Namun, jumlah sianida yang berasal dari bijinya jauh lebih rendah. Dosis mematikan sianida mungkin sekitar 50-300 miligram.
Tidak perlu khawatir, tidak sengaja menelan atau makan biji apel dalam jumlah kecil tidak akan menyebabkan gejala apa pun, kok! Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), setidaknya dibutuhkan 200 biji apel untuk mendapatkan efek fatal sianida.
Meski demikian, Badan Zat Beracun dan Registrasi Penyakit (ATSDR), menyebutkan bahwa sianida dalam jumlah kecil juga bisa membahayakan jantung dan otak, serta menyebabkan koma hingga kematian. Oleh karena itu, sebaiknya hindari konsumsi biji apel, ya.
6. Alergi apel dan dampak buruk lain yang mungkin timbul
Meski apel segar bermanfaat bagi penderita asma, kandungan sulfit yang mungkin ditemukan pada apel kering justru berpotensi memperburuk gejala asma, melansir Verywell Fit. Apel juga bisa menimbulkan alergi pada beberapa orang.
Alergi apel bisa terjadi karena reaksi terhadap protein apel yang juga ditemukan dalam buah persik, atau karena memiliki reaksi alergi terhadap serbuk sari pohon birch.
Gejala yang ditimbulkan juga bervariasi, seperti gatal pada mulut dan tenggorokan, bengkak pada bibir dan kelopak mata, diare, atau mengalami ruam kulit. Bahkan, pada kasus yang parah, bisa menyebabkan gejala anafilaksis, yaitu syok, tekanan darah menurun, dan gangguan pernapasan.