Di Jepang Dulunya Memakan Daging Adalah Hal Terlarang
BERITA UNIK

Di Jepang Dulunya Memakan Daging Adalah Hal Terlarang

Pelangi99 Lounge – Di Jepang Dulunya Memakan Daging Adalah Hal Terlarang, Bagi banyak orang, hidangan yang terbuat dari daging merupakan hidangan yang amat lezat. Entah itu rendang, gulai, sate, daging goreng, dan sebagainya. Karena hidangan berbahan daging banyak penggemarnya, hidangan ini pun amat mudah di temukan di rumah-rumah makan. Pelangi99 Online

Hal serupa juga berlaku di Jepang. Makanan hasil olahan daging merupakan makanan yang banyak di gemari. Namun lain halnya jika kita mundur hingga beberapa abad sebelumya. Pasalnya pada masa tersebut, memakan hidangan berbahan daging di anggap sebagai hal yang tabu. Apa penyebabnya?

Di Larang

Daging Tabu Di jepang

Jika ada penganut Buddha yang sampai mengkonsumsi daging, maka orang tersebut di haruskan berpuasa selama 100 hari untuk menebus kesalahannya. Secara perlahan tapi pasti, praktik mengkonsumsi daging pun mulai banyak di tinggalkan oleh orang Jepang seiring dengan semakin mengakarnya agama Buddha dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Bukan cuma penganut agama Buddha yang menghindari konsumsi daging. Penganut agama Shinto yang isi ajarannya banyak terpengaruh Buddha juga turut mengadopsi pandangan serupa. Memasuki tahun 675, Kaisar Tenmu bahkan sampai mengeluarkan perintah resmi supaya tidak ada penduduk Jepang yang memakan daging sapi, kuda, anjing, dan ayam.

Hukuman bagi mereka yang memakan daging bervariasi tergantung dari daging hewan apa yang mereka makan. Jika yang dimakan adalah daging serigala, kambing, kelinci, atau rakun, maka orang tersebut di haruskan melakukan pertobatan selama 5 hari sebelum kemudian berkunjung ke kuil.

Jika yang di makan adalah daging babi, maka hukumannya menjadi lebih berat dan orang tersebut di haruskan melakukan pertobatan selama 2 bulan penuh. Namun jika yang di makan adalah daging sapi dan kuda, hukumannya menjadi 5 bulan.

Bukan hanya kaisar Jepang yang kerap menerima kiriman upeti dalam wujud daging. Pada abad ke-18, klan Hikone di ketahui kerap mengirimkan upeti kepada shogun – semacam gelar untuk panglima militer tertinggi Jepang – dalam wujud daging sapi yang di sertai dengan minuman sake.

Daging juga di konsumsi oleh rakyat biasa dalam kondisi-kondisi tertentu. Sebagai contoh, ketika seseorang jatuh sakit, tidak jarang dokter menganjurkan pasiennya mengkonsumsi daging sebagai bagian dari metode pengobatan.

Meskipun masyarakat Jepang pada masa itu memang memandang konsumsi daging merah sebagai hal yang tabu dan bahkan terlarang, mereka cenderung bersifat lebih toleran terhadap makanan berbahan daging unggas. Daging yang terbuat dari ikan dan mamalia laut semisal lumba-lumba juga masih tetap di konsumsi secara luas.

Faktor Agama

metropolitan art

Namun apakah faktor agama menjadi satu-satunya alasan mengapa kaisar sampai melarang rakyatnya mengkonsumsi daging hewan ternak? Kalau menurut sejarawan Naomishi Ishige, faktor lingkungan dan budaya menjadi penyebab lain di keluarkannya larangan tersebut.

Sebelum agama Buddha masuk ke Jepang, masyarakat Jepang memang sudah mengkonsumsi daging merah. Namun daging hanyalah menu sampingan karena menu utama mereka sehari-hari adalah nasi dengan lauk ikan. Fenomena yang muncul sebagai akibat dari kondisi Jepang yang berbentuk negara kepulauan dan lahannya terbatas.

Meskipun begitu, saat orang-orang Portugal memperkenalkan hidangan khas negara mereka yang terbuat dari daging, tetap ada orang Jepang yang menunjukkan ketertarikan. Tempura contohnya. Makanan tersebut metode penyajiannya banyak terpengaruh oleh metode pengolahan daging bangsa Portugal.

Pada bulan Februari 1872, sejumlah biksu Jepang nekat menerobos masuk ke dalam istana untuk memprotes kebijakan kaisar yang membolehkan konsumsi daging. Dalam peristiwa tersebut, banyak biksu yang tewas akibat terlibat pergumulan dengan prajurit istana. Namun kaisar tetap kukuh pada pendiriannya. Praktik mengkonsumsi daging merah tetap di biarkan berjalan.

Di Jepang Dulunya Memakan Daging, Seiring berjalannya waktu, cara pandang masyarakat Jepang terhadap praktik mengkonsumsi daging merah pun secara berangsur-angsur berubah. Rumah-rumah makan yang menghidangkan daging terus bermunculan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *