PELANGI 99 LOUNGE Tentu kita percaya bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sama persis bentuk dan struktur tubuhnya. Terdapat perbedaan pada struktur dan jumlah tulang pada manusia, terutama pada orang dewasa dan bayi. 7 Suku dengan Bentuk Tengkorak Tak Lazim
Pada bayi misalnya, memiliki lebih banyak tulang di banding manusia dewasa karena rangka bayi di dominasi oleh tulang rawan. Seiring pertumbuhan, tulang-tulang rawan tersebut akan menyatu, sehingga jumlah tulang akan berkurang. Hal ini juga berlaku pada tulang tengkorak.
Tengkorak merupakan bagian rangka manusia yang berfungsi melindungi organ di bagian kepala. Ketika bayi, tulang tengkorak masih berupa tulang rawan dan terdapat rongga antar tulang yang lebih lebar. Hal ini memungkinkan di lakukannya perubahan atau deformasi pada bentuk kepala ketika manusia masih bayi.
Beberapa kali arkeolog menemukan tengkorak kepala manusia dengan bentuk yang tak biasa. Tengkorak berbentuk tak lazim di dapati pada orang-orang dari peradaban kuno, dan pada beberapa suku di pedalaman. Suku dan peradaban apa saja yang melakukan deformasi tengkorak? Simak daftar berikut ini.
1. Nazca
Peradaban Nazca tinggal di pantai selatan Peru, dan di perkirakan hidup sekitar tahun 200 sebelum Masehi — 600 Masehi. Orang-orang Nazca sangat terkenal dengan peninggalan-peninggalan berupa tembikar bermotif khas, geoglyph besar di permukaan gurun yang di sebut sebagai garis Nazca, dan produk tekstil. Selain itu, peninggalan berupa kerangka orang Nazca juga di temukan dengan bentuk tengkorak yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Bentuk tengkorak orang-orang Nazca terlihat memanjang ke belakang. Bentuk tersebut di buat dengan sengaja, ketika mereka masih bayi. Kepala bayi di letakkan di antara bantal di dahi dan papan di bagian belakang kepala, lalu di ikatkan.
Di lansir Lumen Learning, arkeolog memprediksi hal ini di lakukan sebagai identitas etnis atau status sosial. Mereka juga melakukan operasi tengkorak kepala secara primitif yang disebut trepanation.
2. Paracas
Paracas merupakan salah satu kebudayaan kuno yang juga berasal dari Peru. Kebudayaan Paracas terkenal karena penemuan kerangka manusia dengan bentuk tulang tengkorak yang memanjang ke atas dan berukuran besar.
Tengkorak tersebut di temukan oleh arkeolog asal Peru, Julio Tello, tahun 1928. Tengkorak yang di perkirakan berusia 3.000 tahun tersebut memiliki bentuk yang sangat tidak lazim, sehingga sempat di anggap sebagai kerangka ‘alien’ yang datang ke Bumi.
Tengkorak-tengkorak Paracas merupakan tengkorak memanjang paling besar yang pernah di temukan. Tengkorak tersebut berukuran 25 persen lebih besar dan di perkirakan 60 persen lebih berat dari rata-rata tengkorak manusia biasa.
Umumnya tengkorak tersebut di bentuk secara sengaja, dengan cara mengikat kepala bayi. Tetapi tengkorak Paracas, di lansir Hidden Inca Tours, memiliki karakteristik khusus yang membuatnya terlihat seakan-akan memang terlahir seperti itu.
3. Collagua
Collagua adalah orang-orang yang tinggal di lembah Colca, sebelah tenggara Peru, sekitar tahun 1100 — 1450 Masehi. Mereka memelihara alpaca untuk membuat wol dari bulunya.
Bentuk kepala yang memanjang dan mengerucut merupakan penunjuk status sosial bagi masyarakat pada saat itu. Sekitar 300 tahun sebelum kedatangan bangsa Inca, orang-orang penting etnis Collagua membentuk kepala mereka dengan bentuk yang memanjang. Bangsa Inca datang dan menindas orang-orang Collagua sekitar tahun 1450.
Matthew Velasco, bioarkeolog dari Universitas Cornell mempelajari tulang belulang peninggalan rakyat Collagua. Ia menyatakan adanya peningkatan jumlah tengkorak dengan bentuk kepala lonjong termasuk pada kalangan kelas bawah, saat orang Collagua ada di bawah tekanan bangsa Inca.
Hal ini menunjukkan adanya rasa kebersamaan dan keterikatan antar kaum elit lokal, sehingga mereka dapat bekerja sama dan meningkatkan koordinasi dalam berbagai bidang untuk melawan tekanan dari luar, termasuk bangsa Inca.
4. Maya
Suku Maya merupakan salah satu kelompok orang-orang yang melakukan deformasi kepala dengan sengaja. Banyak peninggalan tengkorak suku Maya yang di temukan dengan bentuk tak lazim. Tetapi, kepala mereka – tidak seperti orang-orang dari peradaban kuno di Amerika Selatan lainnya – memiliki bentuk yang beragam.
Di lansir Journal of Neurosurgery, bangsa Maya mulai mengubah bentuk kepala anak mereka saat berusia 4 — 5 hari. Bayi di baringkan di atas tempat tidur yang terbuat dari alang-alang atau bahan lain. Kemudian dua buah papan di letakkan, masing-masing di depan dan di belakang kepala bayi. Kedua papan tersebut kemudian di tekan dan di ikatkan ke kepala bayi tersebut. Mengutip Archaeology Mysteries, orang Maya melakukan deformasi kepala untuk membuat anak mereka lebih cantik. Alasan lain adalah karena dewa memberitahu nenek moyang mereka bahwa jika kepala mereka berbentuk sedemikian, mereka akan terlihat seperti bangsawan.
Ada dua jenis bentuk deformasi tengkorak yang umum di temukan pada bangsa Maya. Anak-anak yang di tentukan memiliki posisi yang tinggi, akan di beri ‘deformasi miring’, yaitu bentuk kepala yang tinggi dan runcing. Orang-orang awam akan memakai ‘deformasi tegak’, yaitu bentuk tengkorak bulat dengan sisi-sisi yang rata.
5. Alcon Hun
Alcon Hun atau orang Hun adalah kelompok bangsa pengembara yang di kenal dengan kepala berbentuk panjang. Mereka tinggal di Eropa Timur dan Asia, antara abad ke-1 dan ke-7 Masehi. Deformasi tengkorak mereka merupakan kesengajaan, yang di lakukan sebagai bentuk identitas. Bentuk kepala memanjang banyak terlihat pada gambar-gambar penguasa di mata uang mereka. Hal ini mengindikasikan kebanggaan mereka atas bentuk kepala yang tak sama dengan kelompok bangsa lain. POKER ONLINE
Kelompok Hun melakukan deformasi tengkorak pada anak-anak mereka, segera setelah anak tersebut lahir. Di lansir National Geographic, mereka di duga berasal dari Asia Timur, dan bermigrasi ke Eropa.
Berdasarkan hasil uji DNA pada kerangka orang-orang Hun, di temukan adanya keragaman latar belakang. Hal ini menimbulkan perdebatan di antara arkeolog mengenai asal muasal pasti orang-orang Hun. Mereka juga diduga memperkenalkan tradisi deformasi kepala ke Eropa Tengah.
6. Mangbetu
Mangbetu adalah sekumpulan orang-orang di Afrika, tepatnya Republik Kongo, yang terkait budaya dan bahasanya. Mereka pertama kali di kenal oleh ahli botani Jerman, Georg Schweinfurth, tahun 1870. Orang-orang Mangbetu juga dikenal dengan deformasi tengkorak kepala mereka yang khas.
Tradisi mengubah bentuk kepala tersebut dikenal dengan nama Lipombo. Tradisi ini dianggap sebagai simbol status di antara kelas penguasa Mangbetu, yang melambangkan keagungan, kekuatan, keindahan dan kecerdasan yang lebih tinggi.
Mereka membungkus rapat kepala bayi dengan kain ketika lahir, agar kepala mereka terlihat memanjang. Kepala bayi biasanya akan mulai berubah bentuk sebulan setelah kelahiran, hingga beberapa tahun berikutnya. Hal ini akan terus dilakukan sampai bentuk yang diinginkan tercapai atau anak sudah tidak mau memakai kain tersebut.
Pada awal abad ke-20, Belgia mulai mengkolonisasi Mangbetu. Kedatangan Belgia mengubah kehidupan masyarakat Mangbetu berubah secara drastis. Salah satu perubahan tersebut adalah larangan praktik tradisi Lipombo. Dilansir History Daily, praktik ini pun mulai hilang di tahun 1950-an, ketika orang Eropa mulai banyak berdatangan.
7. Chinookan
Orang-orang Chinookan tinggal di sungai Columbia, daerah yang sekarang merupakan negara bagian Washington dan Oregon, Amerika Serikat. Dilansir Mental Floss, masyarakat Chinookan memiliki struktur sosial yang bertingkat dan ditemukan adanya perbudakan. Tidak diketahui pasti kapan mereka mulai melakukan deformasi tengkorak kepala, tetapi pada tahun 1805, praktik tersebut sudah mendarah daging dalam masyarakat Chinookan.
Deformasi tengkorak bagi masyarakat Chinookan bukan sekadar simbol status. Bentuk kepala mereka yang pipih juga dianggap sebagai garis pemisah kasta. Anak-anak yatim piatu dan anak-anak dari keluarga yang ‘buruk’, tidak mengalami perubahan bentuk kepala, dan diperlakukan dengan hina.
Itu sebabnya mengapa bangsa Chinookan mengikat bayi mereka pada papan buaian, hingga bentuk kepalanya menjadi rata, agar anak tersebut dianggap berasal dari keluarga yang ‘baik’, sehingga tidak akan diperbudak ketika dewasa. Bahkan ibu dari bayi-bayi tersebut lebih memilih untuk membunuh anak mereka, daripada melihat anaknya tumbuh menjadi budak.
Keragaman budaya dan tradisi menunjukkan kemampuan manusia untuk mencipta dan beradaptasi. Tradisi yang ada dalam setiap budaya umumnya memiliki tujuan dan makna tersendiri. Tidak terlepas kemungkinan adanya kemiripan antar budaya di berbagai penjuru dunia, dikarenakan migrasi manusia di zaman kuno dan faktor lainnya. 7 Suku dengan Bentuk Tengkorak Tak Lazim