PELANGI99 LOUNGE – Faktor Terbesar Penyebab Perceraian di Dunia. Perceraian adalah ketakutan setiap pasangan yang telah berumah tangga maupun ingin menuju ke jenjang tersebut. Penelitian menyatakan bahwa faktor penyebab terbesar perceraian adalah kondisi ekonomi. Namun sebelum menyentuh masalah di faktor tersebut, ternyata ada beberapa faktor lain yang mampu melatarbelakangi terjadinya perceraian. Faktor Terbesar Penyebab Perceraian di Dunia
Beberapa faktor penyebab perceraian tersebut di ketahui sebagai faktor terbesar yang diambil dari hasil rata-rata di berbagai penjuru dunia. Dilansir dari sciencealert, inilah 7 di antaranya!
1. Menikah di usia remaja ataupun lebih dari 32 tahun, meskipun tidak selalu
Waktu terbaik untuk menikah menurut penelitian ternyata memang saat kamu dan dia merasa sama-sama sudah siap, baik secara fisik maupun batin. Menurut penelitian Nicholas Wolfinger, setelah usia 32 tahun, jika menikah, risiko perceraian meningkat 5 persen setiap tahunnya. Selain itu makin besar jarak usia di antara pasangan, makin tinggi pula risiko perceraiannya
2. Suami di keluarga tersebut gak bekerja full-time atau gak bekerja sama sekali, apalagi jika budaya lingkungannya menuntut sebaliknya
Sebuah penelitian Harvard di tahun 2016 menemukan bahwa suami yang gak bekerja memiliki risiko perceraian lebih tinggi dari kondisi ekonomi keluarga yang di bawah rata-rata. Status bekerja istri di ketahui gak berpengaruh besar pada risiko perceraian. Penelitian menggarisbawahi bahwa stereotip lingkungan yang mengharuskan pria di keluarga untuk bekerja itulah penyebab utama risiko perceraian tersebut.\
3. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin besar risiko perceraian
Sebuah penelitian yang di lakukan sejak tahun 1979 oleh National Longitudinal Survey of Youth menemukan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin kecil risiko perceraiannya ketika ia berumah tangga. Secara gak langsung, rendahnya tingkat pendidikan sering berdampak pada rendahnya pendapatan dan rendahnya perkembangan karakter jika disesuaikan dengan perkembangan zaman. Inilah yang memicu tingginya tingkat perceraian pada para pasangan tersebut.
4. Sering merendahkan atau meremehkan pasanganmu
John Gottman, seorang psikolog dari University of Washington dan founder dari Gottman Institute, menyatakan bahwa ada beberapa kebiasaan dalam hubungan yang disebut “empat penyebab utama bencana hubungan”, antara lain:
- Sering menganggap pasanganmu lebih “rendah” darimu.
- Men-cap kebiasaan pasanganmu sebagai karakter dirinya.
- Playing victim atau selalu merasa sebagai korban dalam situasi yang sulit.
- Selalu menyetop percakapan atau menghindari diskusi.
5. Terlalu gegap gempita berlebihan sebagai pasangan baru menikah
Kalau kamu gak berpelukan dan berciuman sebagai pasangan baru menikah, itu tanda bermasalah. Namun kalau kamu juga harus terus selalu bersama, itu juga bisa jadi masalah. Psikolog Ted Huston menyatakan dalam penelitiannya di tahun 2001 bahwa pasangan yang bercerai setelah 7 tahun atau lebih, mayoritas sangat susah “di pisahkan” di tahun-tahun pertamanya, bahkan oleh kondisi yang mendesak.
Aviva Patz juga meneliti bahwa pasangan yang intensitas kebersamaannya terlalu berlebihan di awal, akan lebih susah mempertahankannya seiring berjalannya waktu. Karena begitu intensitasnya sedikit saja berkurang, akan menimbulkan banyak asumsi, yang menimbulkan konflik hingga berujung cerai. Jadi, jalani dengan santai dan senang secukupnya.
Temukan intensitas kesibukan positif yang sebanding, yang bisa membangun diri masing-masing. Sehingga ketika ada waktu bersama, kalian akan sangat menghargainya, bukan sekadar sebagai sesuatu yang biasa di jalani. Ini salah satu kunci hubungan sehat bisa bertahan lama
6. Terlalu sering kabur dalam perdebatan atau konflik
Ketika pasanganmu mencoba membicarakan sesuatu denganmu, apakah kamu diam dan gak mau mendengarkan atau kabur begitu saja? Kalau iya, itu tanda hubungan yang gak sehat.
Penelitian yang di publikasi dalam Journal of Marriage and Family tahun 2013 menyebutkan bahwa kebiasaan “kabur dari konflik” akan meningkatkan risiko perceraian jadi sangat tinggi. Menurut penelitian Communication Monographs tahun 2014, gak ada pasangan yang bahagia dengan adanya kebiasaan ini.
7. Sering mendeskripsikan hubunganmu dalam sudut pandang yang negatif
Sejak tahun 1992, penelitian dari University of Washington mengembangkan prosedur analisis risiko putusnya pasangan melalui pembicaraan yang di lakukan oleh tiap mereka. Mereka yang suka menjelek-jelekkan hubungan mereka sendiri ternyata besar sekali risiko perceraiannya. Para peneliti menggunakan 6 parameter berikut untuk menilai tiap pasangan:
- Kedekatan satu sama lain.
- Rasa kebersamaan sebagai satu pasangan dalam rumah tangga.
- Seberapa sering mereka sebagai pasangan saling melengkapi satu sama lain.
- Tingkat negativitas (dalam pembicaraan maupun perilaku).
- Tingkat kekecewaan pada rumah tangganya.
- Bagaimana mereka mendeskripsikan masalah dalam rumah tangga mereka.
Jadi, itulah 7 faktor terbesar penyebab perceraian dari seluruh dunia. Ingat bahwa ini diambil dari data rata-rata, bukan berarti tiap faktor mutlak menyebabkan perceraian.
Namun setidaknya ada poin-poin yang bisa dijadikan pelajaran agar hubungan pernikahanmu lebih sehat. Minimal mengusahakan diri agar selalu bersikap dan bertutur kata positif.