Bakteri Dr Shirota – Pusat Penelitian Yakult (Yakult Central Institute) berdiri di Kunitachi. Sebuah lingkungan yang asri. Agak ke pinggir dari pusat Tokyo, Jepang. Tak banyak dikelilingi gedung tinggi. Di sekitarnya justru lebih dominan lahan terbuka yang ditumbuhi aneka tanaman. Sejuk dan nyaman. [ pelangi99 ]
Bakteri Dr Shirota yang Mengalir -Man saat ikut tur di Yakult Central Institute akhir Mei lalu. Pada scene, sang tokoh utama, Peter Parker, digigit laba-laba di laboratorium Perusahaan Oscorp. Lalu akhirnya menjelma menjadi superhero; manusia laba-laba. Versi lain digigit serangga di museum. Versi komik, Peter digigit oleh laba-laba radioaktif dalam sebuah pameran sains. Pikiran saya pun jadi liar. Di luar nalar. Bagaimana kalau ada peserta tur yang digigit serangga yang sudah terkontaminasi aneka zat? Atau terpapar radioaktif? Atau kena cairan kimia? Atau kena sinar ultraviolet. Hal yang mustahil. Tapi terlintas di kepala.
Tentu tak seperti di film Spider-Man dan tayangan fiksi serupa lainnya. Ini juga bukan laboratorium layaknya di film-film itu. Pusat penelitian Yakult ini punya standar keamanan tingkat tinggi. Yang berdiri di lingkungan yang asri. Lebih banyak ruang terbuka dengan aneka pohon yang berdiri.
Tingkat kebersihannya juga level atas. Tak bisa sembarangan keluar masuk di lingkungan ini. Pengunjung yang ingin foto-foto pun hanya boleh di lobi. Di depan patung setengah badannya Dr Minoru Shirota. Selain itu, tak ada toleransi. Ini adalah “garis” tegas yang tak boleh dilanggar.
Meski begitu, peserta tur, yang merupakan jurnalis, tenaga kesehatan, dan akademisi, dari delapan negara, tetap bisa menikmati kunjungan yang penuh ilmu itu. Padat pengetahuan baru. Peserta tur di antaranya datang dari Indonesia, Filipina, Tiongkok, Meksiko, Singapura, India, dan Timur Tengah. Wartawan Kaltim Post jadi satu-satunya peserta asal Kalimantan yang diundang Yakult Indonesia dalam ajang bertajuk 2018 Japan Tour for Journalist from Overseas tersebut.
Bakteri Dr Shirota yang Mengalir di Usus 29 Juta Manusia Terdeksi terkenak virus
Antonius Nababan, director Marketing Communication and Commercial (MCC) PT Yakult Indonesia Persada, jadi pemimpin delegasi Merah Putih yang berjumlah delapan orang. Ajang ini digelar rutin. Tiap tahun. Sejak 2004. Dengan tujuan utama, memberi edukasi seputar prebiotik, hingga dunia kesehatan secara umum di Jepang. Negeri Matahari Terbit ini memang punya kultur ciamik dalam hal kebersihan dan kesehatan. Contoh kecil, saat semingguan di Jepang, saya sulit menemukan pria dewasa berperut buncit. Tubuh mereka proporsional.
Kunjungan ke pusat penelitian Yakult pagi itu diawali seminar pembukaan di hall. Yang mirip studio teater film. Kursinya berjejer memanjang bertangga-tangga. Panggung depan posisinya di bawah. Saat peserta berbicara, kala mikropon meja dinyalakan, kamera di langit-langit otomatis bergerak. Menyorot. Lantas wajah yang berbicara muncul di layar di bagian panggung. Agar dilihat banyak orang.
Sejumlah peneliti terkemuka Yakult yang bekerja di pusat penelitian ini hadir saat pembukaan. Dari berbagai bidang. Spesialisasi makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Mereka memperkenalkan pusat penelitian, yang walaupun terdiri dari lima bangunan megah, ternyata pekerjanya hanya 300-an orang. Di kompleks penelitian ini, gedung bundar yang berdiri paling depan dan paling mencolok adalah bangunan utamanya. Ada tulisan Yakult warna merah di bagian atas. Gedung-gedung didesain tahan gempa. Seperti gedung bundar, terlihat di sekelilingnya ada gorong-gorong kecil. Jadi, bangunan seperti sok raksasa.
Sejumlah peneliti terkemuka Yakult yang bekerja di pusat penelitian ini hadir saat pembukaan. Dari berbagai bidang. Spesialisasi makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Mereka memperkenalkan pusat penelitian, yang walaupun terdiri dari lima bangunan megah, ternyata pekerjanya hanya 300-an orang. Di kompleks penelitian ini, gedung bundar yang berdiri paling depan dan paling mencolok adalah bangunan utamanya. Ada tulisan Yakult warna merah di bagian atas. Gedung-gedung didesain tahan gempa. Seperti gedung bundar, terlihat di sekelilingnya ada gorong-gorong kecil. Jadi, bangunan seperti sok raksasa.
BACA JUGA : Tak Perlu Panik Saat Bayi Selalu Buang Gas