PELANGI99 lounge – Semakin meluasnya wabah virus Corona ke berbagai negara di seluruh dunia membuat kewaspadaan masyarakat global. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global pada hari Rabu setelah virus corona menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. WHO menyatakan penyakit Covid-19 yang disebabkan virus corona sebagai pandemi global setelah virus yang pertama kali diketahui di Wuhan, China akhir Desember 2019 lalu itu menyebar cepat ke lebih dari 100 negara dalam waktu tiga bulan.
Ahli ilmuwan dari WHO akhirnya merilis penampakan paru-paru rusak dan tanda-tanda organ dalam penderita virus corona kronis.
Baca juga : Menikmati Wisata Alam Malam Di Tirtosari
Terus menyebarnya virus corona di beberapa negara menjadi ketakutan bagi dunia.
Seperti diketahui beberapa negara seperti Italia, Iran bahkan Indonesia kini mulai bermunculan pasien-pasien baru yang terpapar virus corona.
Sebaliknya, China sebagai negara asal virus corona justru mengabarkan jumlah pasien dan penyebaran virus tersebut sudah mulai menurun.
Meluasnya Wabah Virus Corona Ke Berbagai Negara
Situasi ini membuat para ilmuwan terus meneliti bagaimana virus corona ini dapat terus menyebar hingga membunuh penderitanya.
Baru-baru ini, ahli ilmuwan akhirnya merilis sebuah rekaman yang menunjukkan kondisi organ dalam penderita virus corona kronis.
Seperti diketahui salah satu organ dalam manusia yang diserang virus bernama Covid-19 ini adalah paru-paru.
Dan benar saja, kondisi paru-paru penderita virus corona kronis terlihat begitu memperihatinkan.
Mengutip Daily Star pada Kamis (12/3/2020), sebuah gambar X-Ray yang mengerikan muncul menunjukkan kerusakan paru-paru akibat virus corona.
Penyakit yang telah menewaskan lebih dari 4.000 orang di seluruh dunia ini, ditandai dengan batuk, damam, kesulitan bernapas, hingga kegagalan organ.
Meluasnya Wabah Virus Corona Ke Berbagai Negara
Dokter mengidentifikasi kelainan spesifik yang disebabkan oleh COVID-19 mirip dengan SARS dan MERS.
Merujuk pada gambar X-Ray yang dirilis oleh ilmuwan, menunjukkan tanda bercak putih, di sudut bawah paru-paru.
Mereka didefinisikan sebagai cairan pada ruang-ruang di paru-paru.
Pasien yang diteliti tersebut, adalah seorang pria 54 tahun, yang mengalami batuk, kelelahan, dan dada tersumbat selama seminggu.
Sementara pasien lain, seorang wanita 45 tahun dari provinsi Sichuan di China yang didiagnosis virus corona, setelah kembali dari Jepang mengalami demam, batuk dan nyeri dada.
Setelah dilakukan pemindaian dengan X-Ray, dokter juga temukan hal serupa dengan pasien sebelumnya, dengan tanda bercak putih.
Daily Star, Gambar paru-paru pasien 45 tahun.
Diduga hal itu yang melemahkan pernapasan dan menyebabkan sesak napas.
Sementara sebelum ini seorang peneliti China pernah melakukan otopsi pada jenazah korban virus corona dan hasilnya mengejutkan.
Laporan yang diterbitkan oleh jurnal media Inggris, The Lancet ini berdasarkan otopsi yang dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.
Daily Star, Gambar Paru-paru pasien 54 tahun.
Mereka memperoleh sampel biopsi dan otopsi, dari seorang pria berusia 50 tahun yang meninggal akhir Januari lalu akibat virus corona.
Meluasnya Wabah Virus Corona Ke Berbagai Negara
Hasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.
Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.
Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.
Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.
Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.
Kemudian setelah ilmuwan melakukan penelitin dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.
Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.
Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi “mungkin tidak secara langsung merusak jantung.”
Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.
Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.
Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.
Sumber : Pelangi99 Poker Online