DEWASA18++ Dessi adalah sosok guru yang paling cantik dan paling terkenal dengan kesksiannya ketika mengajar. Setiap murid-muridnya pasti akan terpana memandang kecantikan dan kesksian ibu gurunya yang satu itu. umurnya masih muda 28 tahunan, dengan rambut panjang, tubuh langsing, dan buah dd yang menonjol besar 36B dan bongkhan kedua panttnya yang naik turun secara beraturan ketika berjalan selalu menghiasi hari-hari murid laki-lakinya. Bahkan tak jarang Dessi genit menggoda murid yang memang disukainya, seperti yang satu ini. Ruang Tamu Siasat Guru Cantik Kepada Muridnya
Ruang Tamu
Agung adalah murid yang paling menjadi pusat perhatian cewek-cewek disekolahan, karena tubuhnya yang tinggi kekar dan penampilannya yang keren dan stay cooll membuat para teman-teman wanitanya banyak yang menyukainya. Namun tanpa diduga ibu gurunya yang terkenal cantik dan s*ksi itu juga menaruk rasa suka kepadanya.
Hingga akhirnya muncullah pikiran kotor Dessi untuk megundang Agung kerumahnya agar Dessi bisa menggodanya secara leluasa tanpa diketahui murid-murid yang lainya. Saat pelajaran Agung yang memang terkenal kurang cerdas sengaja diberikan soal yang sangat sulit oleh Dessi agar supaya Dessi bisa mencari alasan untuk menyuruh Agung kerumahnya.
Setelah 2 jam semua murid mengerjakan soal hanya Agung yang paling mendapatkan nilai yang paling jelek. Sesuai dengan rencana, Dessi kemudian memanggil Agung sendirian setelah para murid-murid keluar.
“Agung nilai kamu dikelas paling jelek, kamu nanti siang harus kerumah ibu untuk mendapatkan pelajaran kusus dari ibu”. Ruang Tamu
“Iyha Bu, sulit banget soal yang ibu berikan tadi” jawab Agung.
“Nanti ibu tunggu kamu dirumah, kalau gak datang kerumah ibu, ibu akan memberikan nilai jelek padamu Agung” ucap Dessi.
“Iyha Bu, Agung pasti datang kerumah bu Dessi”jawab Agung.
Tepat seperti janji Agung, siang itu Agung menepati janjianya untuk datang kerumah Dessi. Setelah diketok pintu bu gurunya itu, dibukalah dan Agung bengong melihat apa yang dilihatnya, Karena siang itu bu gurunya menggunakan pakaian yang sangat s*ksi dan super mini, sehingga membuat Agung melotot melihat tubuh bu gurunya itu.
“Heey, kamu bengong ngelihatin apa Agung” ujar Dessi.
“Eeenngg…Engggak papa kok bu” jawab Agung dengan tergagap.
“Ayoo masuk” ajak Dessi.
Kemudian Dessi mengajak Agung kesebuah ruangan. Dan memberikan Agung selembar kertas berupa soal-soal dan menyuruh Agung untuk mengerjakannya lalu meninggalkannya pergi keruang tengah.
Sudah selesai Agung?”, Dessi masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Agung selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..
””Iya..”
”Bu Dessi, Saya sudah selesai”, Agung masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.
”Ibu dimana?”
”Ada di kamar.., Agung sebentar ya”,
Dessi berusaha membetulkan t-sh*rtnya. Ia sengaja mencopot *-nya untuk merangsng muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk paydaranya terlihat jelas, terlebih lagi putng sus*nya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Agung nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Dessi membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..
”Muka Agung merah karena malu, karena Dessi tersenyum saat pandangannya terarah ke buah ddnya.
”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
”Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
”oo…, begitu to?””Agung kamu mau menolong saya?”, Dessi merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
”Apa Ibu?”, tubuh Agung bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Dessi yang satu mengusap-uasap daerah ‘v*tal’ nya.
”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
”Tapi tapi…, Saya”.
”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”. Ruang Tamu
Muka Agung langsung saja merah mendengar perkataan Dessi
”Iya”
”Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Dessi kemudian duduk di pangkuan Agung. Bibr keduanya kemudian saling berpgutan, Dessi yang agrsif karena haus akan kehangatan dan Agung yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dd*nya.
Ia bisa merasakan putng sus Dessi yang mengeras. Ldah Dessi menjelajahi mulut Agung, mencari ldahnya untuk kemudian saling berp*gutan bagai ular. Setelah puas, Dessi kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai.
Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
”Lepaskan pakaiannmu Agung”, Dessi berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
”Ahh cepat Agung”, Dessi mendes*h tidak sabar.
Agung kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang sks hanya di dapatnya dari buku dan video saja. ”Agung…, letakkan tanganmu di dd* Ibu”,Dengan gemetar Agung meletakkan tangannya di dd Dessi yang turun naik.
Tangannya kemudian dibimbing untuk mermas-rmas paydara Dessi yang montok itu. ”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, rmas pelan-pelan, rasakan put*ngnya menegang..”
Dengan semangat Agung melakukan apa yang gurunya katakan.
”Ibu…, Boleh saya hsap sus Ibu?”.
Dessi tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Dessi mengang ketika merasakan jiltan dan hsapan mulut pemuda itu di susnya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
”Oohh…, jilt terus sayang…, ohh”, Tangan Dessi mendekap erat kepala Agung ke paydaranya.
Agung semakin buas menjilti putng sus* gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hsapan Agung makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia ggit-ggit ringan putng gurunya tersebut.
”mm…, nakal kamu”, Dessi tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah p*sar Ibu”.
Agung menurut saja. Dessi kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.
”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Agung memasuki vginnya.
”Hangat Bu..
”Bisa kamu rasakan ada semacam pent*l…?”
”Iya..” Ruang Tamu
”Itu yang dinamakan kelentt, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok” Pelan-pelan jari Agung mengusap-usap cltoris yang mulai menyembul itu.
”Terus…, oohh…, ya…, gosok…
”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Agung tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
”Oohh…, Agung…, mm”, tubuh Dessi telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merntih-rntih keenakan.
Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol. ”Ooaahh…, Aguuung”, Tangan Dessi mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewnit*annya menegang.
”Hmm…, kamu lihai Agung…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Agung menurut saja. Pen*snya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya
”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Dessi segera mengusap-usap pens yang telah mengeras tersebut. Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Dessi. Ia segera menjilti pen*s muridnya itu dengan penuh semangat.
Kepala pens muridnya itu dihsapnya keras-keras, sehingga Agung merntih keenakan. ”Ahh…, enakk…,enakk”, Agung tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan pensnya makin ke dalam k*luman Dessi.
Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hsapan Dessi. ”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mni Agung di dalam mulut Dessi, yang segera menjilti cairan itu hingga tuntas. ”Hmm…, mnis rasanya Agung”, Dessi masih tetap menjilti pens muridnya yang masih tegak.
”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Dessi sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
”Agung…, biar Ibu minum dulu”.
”Tidak…, nikmati saja ini”, Agung yang masih teg*ng berat mendorong Dessi ke kulkas.
Tangan Dessi kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
”Ibu…, sekarang!”
”Ahhkk”, Dessi berteriak, saat Agung menyodokkan pensnya dengan keras ke lang vginnya dari belakang.
Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi lar. ”Agung…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Dessi bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Agung satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain mermas pay*daranya. Ruang Tamu
Dan pensnya yang keras melmat lang vginnya. ”Ibu menikmati ini khan”, bisik Agung di telinganya, ”Ahh…, hh”, Dessi hanya merntih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
”Jawab…, Ibu”, dengan keras Agung mengulangi sodokannya.
”Ahh…,iyaa””Agung…, Agung jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Dessi telah merasakan cairan hangat di lang vgin*nya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
”Uuhgghh”, pens Agung yang berlepotan mni itupun amblas lagi ke dalam l*ang Dessi.”Ahh”. Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan. Setelah kejadian dengan Agung, Dessi masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Dessi adalah jika Agung kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya. Ruang Tamu