Uncategorized

Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

PELANGI99 – Namaku Robby, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku menyelesiakan kuliah di fakultras kedokteran 3,5 tahun yang lalu, dilanjutkan dengan praktek asisten dokter (koas) selama setahun dan kemudian mengikuti ujian profesi dokter. Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

Kini aku sudah resmi menyandang gelar dokter di depan namaku dan sebagai tahap terakhir, aku kini sedang mengikuti praktek di puskemas di daerah terpencil sebagai bentuk pengabdian sebelum mendapatkan izin praktek umum.

Aku dibesarkan di kota kelahiranku sampai SMU dan kemudian menjutkan kuliah di Jogja. Keluargaku sebenarnya bukan keluarga broken home, namun karena ayahku yang berp0ligami jadi aku agak jarang berinteraksi dengan ayahku, lebih banyak dengan ibuku dan 2 orang adikku.

Di Tengah Poligami

Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

Seperti kebanyakan orang sukses di kotaku, Ayah adalah seorang pengusaha warung makan yang lebih dikenal dengan sebutan Warteg. Sejak aku SMP, ayahku sudah punya 2 warteg di kota asalku, 4 di Jakarta dan 2 gerai di Jogja. Berbekal kesuksesan itulah Ayah yang dulu hanya beristrikan ibuku, mulai buka cabang di Jakarta dan Jogja. Di Tengah Poligami

Alasannya sederhana: butuh tempat singgah waktu memantau jalannya usaha. Pada awalnya, aku sebagai anak sulung, menjadi anaknya yang menentang p0ligami Ayah. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMU dan Ayah pertama kalinya berpoligami dengan menikahi seorang gadis yang usianya hanya terpaut 10 tahun dariku.

Namun justru ibuku yang mendamaikan perselisihanku dengan Ayah dengan alasan klasik yaitu Ayah sudah berjanji untuk tetap membiayai hidup kami dan sebagai jaminannya, 2 warteg di Tegal secara penuh menjadi milik Ibu. Berbekal pendapatan dari usaha warteg itulah, aku bisa kuliah sampai menjadi dokter saat ini, dan tentu saja ibuku sangat bangga karena aku sebagai putra sulungnya berhasil mandiri dan menjadi contoh buat adik-adikku.

Lalu bagaimana dengan perselisihanku dengan Ayah? Wah, sejak Ibu sudah memaklumi Ayah, aku pun sudah tidak pernah mengungkitnya lagi. Hubunganku dengan Ayah, bahkan dengan dua isteri muda Ayah baik-baik saja. Bahkan Ayah menyempatkan diri hadir dalam wisudaku dulu.

Isteri kedua ayah, yang berarti ibu tiriku, bernama Nurlela, tinggal di sebuah perumahan di daerah Bintaro. Dari hasil pernikahan dengan Mama Lela (begitu Ayah menyuruhku memanggilnya), Ayah dikaruniai 2 orang anak. Setelah 5 tahun menikah dengan Nurlela, Ayah kemudian “buka cabang” lagi di Jogja, kali ini dengan seorang janda beranak satu, bernama Windarti, yang kupanggil dengan Mama Winda, usianya bahkan hanya terpaut 6 tahun denganku.

Sebagai seorang lelaki, aku harus jujur untuk mengacungkan jempol buat Ayah dalam memilih isteri muda. Kedua “gendukan”-nya, meskipun tidak terlalu cantik, namun punya kemiripan dalam hal body, yaitu “toge pasar”. Rupanya selera ayah mengikuti tren selera pria masa kini yang cenderung mencari “ss” yang montok dan goyangan pant*t yang bahenol.

Dari dua ibu tiriku itu, tentu saja aku lebih akrab dengan Mama Winda, karena selama aku kuliah di Jogja, setiap akhir bulan aku menyempatkan bermalam di rumahnya yang juga lebih sering ditinggali Ayah. Maklum Mama Winda adalah isteri termuda, meskipun berstatus janda.

Ibu Tiri Ku

Bagiku sebenarnya sangat canggung memanggil Winda dengan sebutan Mama, jauh lebih cocok kalau aku memanggilnya Mbak Winda, karena usianya memang hanya lebih tua 6 tahun dariku. Wajahnya manis selayaknya orang Jogja, dan yang membuatku betah bermalam di rumahnya adalah “toge pasar” yang menjadi keunggulannya.

Suatu saat, ketika aku masih kuliah. Seperti biasa, pada akhir pekan di minggu terakhir, aku membawa sepeda motorku dari kost menuju rumah Ayah dan Mama Winda. Rupanya saat itu Ayah sedang “dinas” ke Jakarta, mengunjungi Mama Nurlela, sehingga hanya ada Mama Winda dan anaknya dari suami pertamanya yang berusia 5 tahun bernama Yoga.

Seperti biasa pula, aku membawakan cokelat buat adik tiriku itu. Saat datang, aku disambut oleh Yoga, sementara ibunya ternyata sedang mandi. Karena belum tahu kalau aku datang, Mama Winda keluar kamar mandi dengan santainya hanya berbalut handuk yang hanya “aspel” asal tempel.

Melihat kehadiranku di ruang tengah, sontak Mama Winda kaget dan salah tingkah.
“Eh!!! ada Mas Robby..”, serunya sedikit menjerit dan melakukan gerakan yang salah sehingga handuknya melorot hingga perut sehingga pay*daranya yang sebesar pepaya tumpah keluar. Di Tengah Poligami

“Glek..”, aku menelan ludah dan menatap nanar pada ibu tiriku yang bertket brutal itu. Sayang sekali pemandangan indah itu hanya berlangsung sebentar karena Mama Winda segera berlari ke kamar. Dadaku berdegup kencang, brahiku langsung naik ke ubun-ubun.

Ingin rasanya aku ikut berlari mengejar Mama Winda ke kamarnya, menubruknya dan meremas buah dd pepayanya. Sayang aku belum berani melakukannya. Aku hanya bisa “manyun” sambil bermain dengan adik tiriku sampai akhirnya sang ibu tiri keluar kamar.

Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

Tidak tangung-tanggung, dia membungkus tubuh montoknya yang baru saja kulihat tket brutalnya dengan pakaian muslim, lengkap dengan jilbabnya. Mama Winda sehari-harinya memang mengenakan jilbab. Brahiku langsung “watering down”!!! layu sebelum berkembang.

Sebagai pelampiasan, pada saat mandi aku menyempatkan diri untuk mastrbasi, kebetulan ada tumpukan pakaian dalam kotor milik Mama Winda di dalam ember. Awalnya aku mengambil br warna hitam dengan tulisan ukuran 36BB yang mulai memudar.

Pantas besar seperti pepaya pikirku membayangkan dua buah dd besar milik Mama Winda yang sempat kulihat beberapa waktu lalu. Sambil membayangkan buah dd Mama Winda, aku mengambil celna dlam hitam Mama Winda dan menc*uminya.

Aroma khas vgina masih tertinggal di sana, mengantarkan mastrbasiku dengan sabun mandi sampai akhirnya menyemprotkan sp*rma di dinding kamar mandi. Sesudah mandi aku menonton TV bersama Mama Winda dan adik tiriku. Kami mengobrol akrab sampai sekitar jam 8 adik tiriku minta ditemani mamanya untuk tidur.

Sebelum menemani anaknya tidur, Mama Winda masuk kamarnya untuk bertukar pakaian tidur baru kemudian masuk kamar anaknya. Setelah anaknya tidur, Mama Winda keluar kamar dengan kostum tidurnya yang sama sekali berbeda dengan kostumnya tadi sore. Di Tengah Poligami

Pakaian muslimnya yang tertutup berganti dengan gaun tidur warna putih yang meskipun tidak tipis tapi memperlihatkan bayangan lekuk tubuh montoknya, termasuk warna br* dan celna dlamnya yang berwarna ungu. Kontan b*rahiku langsung naik kembali.

Berduaan Dengan Ibu Tiri Ku Di Kamar Mandi

“Wow!!! Mbak Winda cantik sekali”, pujiku tulus terhadap ibu tiriku yang memang tampak cantik dengan gaun tidur putih itu. Rambut panjangnya tergerai indah menghiasi wajah manisnya.
“Huss!!! kalau Bapakmu tahu, bisa dimarahin kamu, panggil Mbak segala”, serunya agak ketus namun tetap ramah.

“Bapak lagi nglonin Mama Lela, mana mungkin dia marah”, pancingku. “Ih, apa sih hebatnya si Lela itu? Aku belum pernah ketemu”, sergah Mama Winda. Nadanya mulai agak tinggi. “Hmm!!! menurut saya sih!!! dan Bapak pernah cerita bahwa dia suka buah dd* Mama Lela yang besar”, sadar pancinganku mengena, aku segera melanjutkannya.

Padahal tentu saja aku berbohong kalau bapak pernah cerita, tapi kalau ukuran buah dd, mana kutahu dengan pasti. Yang kutahu buah dd Mama Lela memang besar.
“Oh ya?!!! “, benar saja, emosi Mama Winda semakin meninggi. Ddnya ditarik seakan ingin menunjukkan padaku bahwa buah ddnya juga besar.

“Bapak kalau di rumah Mama Lela suka lupa diri, pernah mereka M* di dapur, padahal waktu itu ada saya”, cerita bohongku berlanjut,”mereka asyik dggy stle dan tidak sadar kalau saya melihat mereka”.
“Gila bener!!! pasti si Lela itu gatelan dan tidak tahu malu ya?”, sergah Mama Winda dengan emosi.

“Apanya yang gatelan Mbak?”, tanyaku.
“Ya mmknya!!!. “, karena emosi, Mama Winda sudah tidak peduli omongan jorok yang keluar dari mulutnya,
“pasti sudah kendor tuh mmknya si Lela!”

Sangat Menggoda

Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

“Kalau punya Mbak pasti masih rapet ya?”, tantangku.
“Pasti dong!!! saya kan baru punya anak satu”, kilahnya,”!!!dan saya kan sering senam kegel, Bapakmu gak akan kuat nahan sampai 5 menit, pasti KO”. Di Tengah Poligami

“Ya lawannya udah tua!!!, pasti Mbak menang KO terus”, aku terus menyerang sambil menghampiri Mama Winda sehingga kami duduk berdekatan.
“Maksudmu apa Robby?”, Mama Winda mulai mengends hsratku. Matanya membalas tatapan b*rahiku pada dirinya.

Sekali-kali Mbak harus uji coba dengan anak muda doong”, jawabku enteng sambil tersenyum.
“Welehh!!! makin berani kamu ya?!!!”, tangannya menepis tanganku yang mulai mencoba menjamah lengannya.
“Enggak berani ya Mbak?”, tantangku semakin berani,”melawan anak muda?”.

“Gendeng kamu!!! aku ini kan ibu tirimu”, katanya berdalih.
“Ibu tiri yang cantik dan seksi”, puji dan rayuku.
“Gombal kamu”, serunya dengan wajah agak merah pertanda rayuanku mengena.

“Mbak Winda!!!”, aku terus berusaha,”coba bayangkan Bapak sedang M* sama Mama Lela sekarang dan sementara Mbak Winda nganggur di sini”.
“Terus?!!!”, pancingnya.

“Ya!!! saya bisa memberikan sentuhan dan kepuasan yang lebih buat Mbak daripada yang diberikan Bapak!!!”, kataku persuatif.
“Kamu sudah gila Robby”, ibu tiriku masih nyerocos, namun tangannya kini tidak menolak ketika kupegang dan kuarahkan ke p*nisku yang sudah mengeras. Di Tengah Poligami

“Mungkin saya memang gila Mbak, tapi Bapak lebih gila, mungkin dia sekarang sedang nydot ssnya Mama Lela yang besar!!! atau mungkin sedang jlat-jlat mmknya”, aku terus membakar Mama Winda. “Huh!!! Bapakmu enggak pernah jlat mmk, ngarang kamu..”, sergahnya.

“Oh ya?!!! tapi dia pernah cerita kalau dia hobby sekali menjlat mmk Mama Lela..”, aku terus berbohong sementara tanganku sudah aktif menarik rok Mama Winda ke atas sehingga kini phanya yang montok dan putih sudah terlihat dan kubelai-belai.

Semakin Menggoda Ibu Tiru Ku

“Kamu bohong!!!”, katanya pelan, suaranya sudah bercampur brahi. “Ih!!! bener Mbak, Bapak suka cerita yang begitu pada saya sejak saya kuliah di kedokteran”, ceritaku. “Awalnya Bapak ingin tahu apakah kltoris Mama Lela itu normal atau tidak, karena menurut Bapak, kl*toris Mama Lela sebesar jari telunjuk”.

Tanganku semakin jauh menjmah, sampai di selngkngannya yang ditutup celna d*lam ungu. Mama Winda sedikitpun tidak memberi penolakan, bahkan matanya semakin sayu.
“Stop Robby, jangan ceritakan lagi si Lela sialan itu!!!,” pintanya,”Kalau tentang aku, Bapakmu cerita apa?”

“Eh!!! maaf ya Mbak!!! kata Bapak, mmk Mbak agak becek!!!”, kataku bohong,”Pernah Bapak bertanya pada saya apakah perlu dibawa ke dokter”.
“Sialan Bapakmu itu!!! waktu itu kan cuma keputihan biasa”, sergah Mama Winda.

Bagian bahwa gaun tidur putihnya sudah tersingkap semua, memperlihatkan phanya yang montok dan putih serta gundukan selngkngannya yang tertutup kain segitiga ungu. Sungguh pemandangan indah, terlebih beberapa helai pubis (jembut) yang menyeruak di pinggiran celna d*lamnya.

“Hmm!!! coba saya cek ya Mbak!!!”, kataku sembari menurunkan wajah ke selngkngannya.
“Crup!!!”, kukecup mesra celna dlam ungu tepat di tengah gundukannya yang sudah tampak sedikit basah. Tersibak aroma khas vgina Mama Winda yang semakin membakar brahiku.

Dengan sedikit tergesa aku menyibak pinggiran celna dlam ungu itu sehingga terlihatlah bibir surgawi Mama Winda yang sudah basah!!! dikelilingi oleh pbis yang tumbuh agak liar. “slrupp!!!. slrupp..”, tanpa menunggu lama aku sudah menjulurkan ldahku pada kltoris Mama Winda dan menjlatnya penuh n*fsu.

Mama Winda menggelinjang dan meremas kepalaku,”Kamu!!!kamu bandel banget Robby!!!.okh!!! okh!!!”.
“Kenapa saya bandel Mbak!!! slruppp!!!”, tanyaku disela serangan orlku pada vgina Mama Winda.
“Okh!!!kamu!!! kamu menjlat mmk ibu tirimu!!!Okhhh!!!.edannn!!!, kamu apakan itlku Robby!!!??”, teriaknya ketika aku menglum dan menydot kl*torisnya.

Cantik Bangat Di Tengah Poligami

Kini 100% aku sudah menguasai Mama Winda. Wanita itu sudah pasrah padaku, bahkan dia membantuku melucuti celna dlamnya sehingga aku semakin mudah melakukan orl sks.
Sambil terus menjlat, aku memasukkan jari telunjukku ke liang vginanya yang sudah terbuka dan basah.

“Oooohh!!!. edannn!!!. enak Robby!!!”, jeritnya sambil menggelinjang, menikmati jariku yang mulai keluar masuk lang vginanya.
Bahasa tubuh Mama Winda semakin menggila tatkala jri tenghku ikut nimbrung masuk lang kenikmatannya bersama jari telunjuk. Maka tak sampai 5 menit, aku berhasil membuat ibu tiriku berteriak melepas orgsmenya.

“Okh!!!.. edannn!!!.aku puassss!!!.okh!!!..”, tubuh Mama Winda melejat-lejat seirama pijatan dinding vginanya pada dua jariku yang berada di dalamnya. Setelah selesai menggapai orgsmenya, bahasa tubuh Mama Winda memberi sinyal padaku untuk dipeluk. Akupun memeluk dan mencum bibirnya dengan mesra. Dia membalas cumanku dengan penuh semangat. Di Tengah Poligami

“Enak kan Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“Heeh!!!”, dia mengangguk dan terus menc*umiku.
“Tapi saya belum selesai periksanya lho Mbak!!!,” kataku manja.

“He3x!!! kamu benar-benar calon dokter yang bandel Robby!!!,” dia terkekeh senang,
“Kamu mau periksa apa lagi heh?”
“Periksa yang ini Mbak!!!”, kataku seraya meremas buah pepaya yang masih terbungkus gaun tidur dan br*.
“Ohh!!! iya tuh!!! sering nyeri Dok!!!”, candanya,”minta diremas-remas!!! he3x!!!”.

Sejenak kemudian Mama Winda sudah melucuti gaun tidurnya dan mempersilahkanku untuk membuka br* ungunya yang tampak tak sanggup menahan besar buah ddnya.
“Hmmm!!! slrupp!!! “, dengan penuh nfsu aku segera mencumi buah dd besar itu dan menglum ptingnya yang juga besar.

Warna putingnya sudah gelap menghiasi buah ddnya yang masih lumayan kencang. Pantas Bapak ketagihan pikirku sambil terus menikmati buah dd impianku itu.
“Robby!!!.”, panggil Mama Winda mesra,”Mana kntlmu?!!! ayo kasih lihat ibu tirimu ini, hi3x!!!”.

Aku segera menurut dan menanggalkan celana panjang dan sekaligus celna dlamku, memperlihatkan batang pnisku yang dari tadi sudah mengeras dan mengcung ke atas.
“woww!!! lebih besar punya kamu Mal!!! daripada punya Bapakmu”, puji Mama Winda seraya menggenggam p*nisku.

Sejenak kemudian ibu tiriku sudah mengmut pnisku penuh nfsu. “Weleh!!!. udah kedut-kedut kntlnya!!! minta mmk ya?”candanya,” Sini!!! masuk mm*k Mama!!!”

Di Tengah Poligami Ayah Bersama Dua Ibu Tiri

Mama Winda mengngkng, membuka phanya lebar-lebar di sofa tengah, membuka jalan pnisku memasuki lang surgawinya yang sudah becek. Setelah pnisku melakukan pentrasi, kedua kakinya dirapatkan dan diangkat sehingga liang vginanya terasa sempit, membuat p*nisku semakin betah keluar masuk. Di Tengah Poligami

Seperti promosinya di awal, Mama Winda mengerahkan kemampuannya melakukan kontrksi dinding vgina (kegel) sehingga pnisku terasa terjepit dan terhsap, namun seperti sudah kuduga, aku bukan tipe yang mudah dikalahkan. Aku bahkan balik menyerang dengan mengusap dan memijit kltorisnya sambil terus memompa vginanya.

“Okh!!! kamu sudah ahli ya Robby?!!!. kamu sering ngntt ya!!!?”, Mama Winda mulai mengelinjang-gelinjang lagi, menikmati permainan pnis dan pijatan pada kltorisnya. Semakin lama aku rasakan dinding-dinding vginanya semakin mengeras pertanda dia sudah dengan dekat orgsme keduanya.

Aku semakin mempercepat kocokan pnisku pada vginanya, berupaya meraih orgsme bersamaan. “Mbak!!! saya semprot di dalam ya?..” tanyaku basa-basi. “Semprot Robby!!!okh!!! semprot aja yang banyak!!!okh!!!.” Mama Winda terus mendsah-dsah, wajahnya semakin msum. Akhirnya dia kembali berteriak.

“Okhhh!!!.. ayo!!!. okh!!!. semprot Robby!!! semprot mmk Mama!!!.”, jeritan jorok, wajah mesmnya dan sedtan vginanya membuatku juga tidak tahan lagi. “Yesss!!!..yess!!!.”, akupun menjerit kecil menikmati orgsmeku dengan semprotan mni yang menurutku cukup banyak ke dalam rhim Mama Winda, ibu tiriku.

Ayah Tidak Cemburu Di Tengah Poligami

Orgsme yang spektakuler itu berlangsung hampir menit dan disudahi lagi dengan pelukan dan cuman mesra.
“Terima kasih Robby!!!,” katanya mesra,”Enak banget, hi3x!!!.”
“Sama-sama Mbak, nanti saya kasih obat anti hamil!!!”, jawabku sambil melihat lelehan mniku di vginanya.

“Hi3x!!! enggak apa lagi!!! tapi pju kami memang banyak banget nihhh!!!hi3x!!!” Mama Winda terkekeh girang melihat lelehan mni putihku di vginanya. “Kapan-kapan pakai kndm ya!!!. mahasiswa kedokteran kok enggak siap knd*m, hi3x!!!.” candanya.

“Yaa!!! saya kan alim Mbak!!! he3x!!!”
“Ha3x!!!. bohong banget, kamu jago gitu!!! pasti udah sering ngntt ya?!!!”, tanyanya penuh keingintahuan.
“Pernah sih sekali dua kali!!! waktu main di Jakarta!!!” kataku jujur sambil mengingat P*K di panti pijat yang pernah kudatangi di Jakarta.

“Jakarta?!!! heeee!!!. jangan2x!!! kamu!!!. main sama Lela sialan itu, iya???” sorot matanya berubah, agak emosi,”pantes kamu cerita buah dd Lela besar, kl*torisnya juga besar!!! jangan2x kamu sudah main sama Lela juga ya?!!!.”
“Enggak Mbak!!!. bukan sama Mama Lela!!! sumpah!” seruku berkilah.

“Awas kamu kalau main sama Lela!!!” serunya dengan nada cemburu. Wajahnya yang mesm tampak manja. “Saya janji tidak akan main sama Mama Lela kalau Mbak rutin kasih jatah saya!!!he3x!!!.”, pintaku manja. Mama Winda memeluk dan mencumku mesra,”Baik!!! kalau Bapak enggak ada, aku SMS aku ya!!!.”
“Siip!!! saya bawa kndm deh!!!he3x!!!.” kataku girang.

Kami bermesraan sampai akhirnya “on” kembali dan melanjutkan satu ronde pertempuran sebelum pergi tidur. Itu adalah pengalaman pertamaku dengan ibu tiriku, dan tentu saja bukan yang terakhir. Setiap ada waktu, Mama Winda dengan semangat mengirim SMS dan aku segera datang memenuhi hsrat bnal ibu tiriku.

Bahkan saking ngebetnya, pernah Mama Winda mengajak aku bertemu di luar rumah karena ada Bapak di rumah. Bagaimana kisahnya? Nantikan edisi berikutnya. Petualanganku juga tak berhenti pada Mama Winda, karena aku masih punya satu ibu tiri di Jakarta, Mama Lela, yang juga tak kalah montok dengan Mama Winda. Di Tengah Poligami

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *