Uncategorized

Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

COTO4D – Minggu kemarin aku mempunyai tetangga baru yang tinggal disamping rumahku. Setelah aku tanya-tanya ternyata yang pindah disamping rumahku tersebut adalah pasangan suami istri yang baru saja menikah. Yang laki-laki namanya Nisfi umurnya sekitar 35 tahunan dan yang wanita namanya Diah umurnya sekitar 24 tahunan. Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

Ketika aku pertama melihat mereka berdua aku sudah mengetahui kalau jarak umur antara mereka berdua sangat jauh, terlihat dari wajah laki-lakinya yang sudah menua. Namun aku sangat tertarik sekali dengan wanitanya yang bernama Diah tersebut.

Dia masih muda, cantik, dan juga memiliki tubuh yang sangat aduhai dengan postur tinggi sekitar 167cm, berat badan 57kg, dan tubuhnya dihiasi dengan buah dd yang lumayan besar sekitar 36B dan juga pnttnya yang sangat menggoda, tidak terlalu besar namun terlihat sangat padat dan berisi. Sungguh aku sangat nfsu pada Diah.

Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan sksal dengan lelaki lain?

Hati Kesetiaan Yang Di Uji

Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan sks yang kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain sks dengan pria lain? Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam?

Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan sksal.

Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat. Aku ingin memprksa Diah! Wuah! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku. Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut.

Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar. Dengan kata lain, kapan Diah, wanita dengan sepasang buah dd dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya. Hati Kesetiaan

Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memprksanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing ga*rah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia.

Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami.

Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain g*la, mudah terjebak ke sana. Aku tahu suaminya, si Nisfi selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu.

Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita simpnannya yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan. Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggarahkan itu, kususun dengan cermat.

Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celna dlam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik. Hati Kesetiaan

Momen yang kupilih, adalah pada saat Diah akan tidur. Karena berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin) tanpa k*tang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu.

Kalau Diah cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, ktang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celna d*lam, tahu sendirilah.

Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat Diah pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya.

Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya. Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa ktang kecuali celna d*lam di baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya.

Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring. Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memprksa wanita bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya.

Diah terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para baj*ngan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan maaf.

“Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak. Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk dengan nafas memburu akibat n*fsu dan rasa tegang luar biasa. Diah tetap tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding.

Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemrksa,” bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya.

Tahapan selanjutnya, adalah mencumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsng itu. Sedang senjtaku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan panttnya dengan gerakan memutar, membuat Diah semakin terjepit di dinding.

Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nfsu binatang seperti diriku. Aksi mencumi dan menekan pant*t Diah terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Hati Kesetiaan

Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celna dlamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang akan kulakukan, belahan panttnya segera kubuka dan lubng ansnya kujilti secara buas. Diah terpekik.

Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkngannya dari belakang dan merba serta mermas bagian luar kemlunnya, tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjmah. Strategiku mengingatkan belum waktunya sampai ke sana.

Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

Aksi menjilt dan mermas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Diah terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang menyebutku bintang dan bajngan. Tak soal. Aku memang sudah jadi bintang bajngan. Dan sekarang sang bajngan sudah tanpa celana, telnj*ng sebagian.

“Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah.
Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta mencumi pundaknya. Lalu menempelkan btang perksaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan panttnya.

Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, merba, mermas dan memainkan putng buah dd* besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu.
“Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Hati Kesetiaan

Aku segera menc*umi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk, sekaligus memprovokasi.
“Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu,” bujukku mesra.

“Kau baj*ngan terkutuk,” pekiknya dengan marah.
Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas.

Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai kucumi. Dari sana, cumanku meluncur ke sepasang buah ddnya. Menjilt, mengggit-ggit kecil, serta menydot put*ngnya yang terasa mengeras tegang.

“Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.”
Wanita itu menggliat-gliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya.

Kujilt habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemlunnya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti. Sementara tanganku mermas dan mempermainkan buah ddnya, kedua btang pha putih dan mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka.

Diah dengan kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjnakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang lar itu secara telak membentur dua bji kejnt*nnanku. Bisa celaka jika itu terjadi.

Kalau aku semaput, wanita ini pasti lolos. Setelah berjuang cukup keras, kedua pha Diah akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilngus yang kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, lubng dan bibr kelmin wanita itu mulai menjadi sasaran ldah dan bib*rku.

Tanpa sadar Diah terpekik, saat kecpan dan permainan ujung ldahku menempel kuat di kltorisnya yang mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan ldah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggmanya, sambil tanganku terus mengusap, mermas dan memijit-mijit kedua buah ddnya.

Diah mengg*liat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu, mataku berusaha memperhatikan permukaan perut si Istri Setia ini.

Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan ldahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam lang senggmanya. Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Diah akan merasa lebih terangsng dan nikmat. Hati Kesetiaan

Gelombang rangsngan yang kuat itu kusadari mulai melanda Diah secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan mengggit bib*rnya.

Gliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua phanya bergetar. Kem*luannya banjir membasah. Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu.

Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsngan sksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah s*ks.

Diah telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nfsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsngan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya.

Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh, berada di atas Diah, memposisikan btang kejntannku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nfsu brahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsng dengan b*tang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Hati Kesetiaan

Di Antara Dua Hati Kesetiaan yang Diuji

Wajahku sendiri, masih berada diantara selangkngannya dengan ldah dan bibr terus menjilt serta menghsap kltoris dan lang kewnitannya. Pah Diah sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kel*minnya yang sudah membanjir basah.

Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur dengan dessan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nfsu, sehingga berulang kali kurasakan p*ha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan. Hati Kesetiaan

Beberapa menit kemudian menddk kurasa sebuah benda basah yang panas menyapu btang kejntannku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan ldah si Istri Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi.

Wanita ini telah menyerah. Namun sayang, jiltan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski btang kejntannku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras, besar dan panas itu.

Boleh jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal itu, menghsap btang kejntann pria yang memprksanya! Tak apa. Yang penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh.

Memposisikan btang kejntannku tepat di depan bukit kewnitannya yang sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ldahku. Aku mulai mencumi pipinya yang basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya. Diah menggelnjang l*ar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan denganku.

Buah ddnya kujilti dengan buas, kemudian berusaha kumasukan sedalam-dalamnya ke dalam mulutku. Tubuh Diah mengjang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit. kemudian btang kejntannku semakin kudekatkan ke bibr kemlunnya.

Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar menerima btang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh lang sanggmanya itu. Karena kurasa phanya membentang semakin lebar, sementara pinggulnya agak diangkat membuat lubng sanggmanya semakin menganga merah.

“Mbak Mar sangat cantik dan merangsng sekali. Hanya lelaki yang beruntung dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini,” gombalku sambil mencumi pipi dan lehernya.
“Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak.”

Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot di sekitar ans dan phaku agar ketegangan kelminku semakin meningkat tinggi, lang kenikmtanwanita desa yang bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos. Diah terpekik, tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Btang kejntannku terus merasuk semakin dalam dan dalam, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kel*min yang montok berbulu itu. Hati Kesetiaan

Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa pada saat lang kewnitan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya. Tubuhku kudorongkan ke depan, dengan pantt semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal atas btang kejntannku menempel dengan kuat di kltorisnya. Diah melenguh gelisah.

Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yang membara itu kulakukan. Diah kembali terpekik sambil meronta dengan mulut mendesis dan melengguh.

Tembkan btang kejntannku kulakukan semakin cepat, dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal sudut tembkannya, maupun bentuknya dalam melakukan pentrasi. Kadang lurus, miring, juga memutar, membuat Diah benar-benar seperti orang kesurupan.

Wanita ini kelihatanya sudah total lupa diri. Tangannya mencengkram pundakku, lalu menddk kepalanya terangkat ke atas, matanyaterbeliak, giginya dengan kuat mengggit pundakku. Dia orgsme! Gerakan keluar-masuk btang kejntannku kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh lang sanggma Diah, agar bisa menyentuh dan mengglas bagian-bagian sens*tif di sana.

Wanita berpinggul besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalam tempo waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya segera kuc*umi. Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat, sambil mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku. Diah cuma membisu.

Kami berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencum dan menjilti leher, telinga, pundak, ketiak serta buah ddnya. Kckan kejntannku kumulai secara perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang senstif atau G-Spt wanita ini. Hanya beberapa detik kemudian, Diah kembali gelisah.

Kali ini aku bangkit, mengangkat kedua phanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar, lalu menghjamkan btang perkasaku sedalam-dalamnya. Diah terpekik dengan mata terbeliak, menyaksikan btang kejntannku yang mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang-ulang keluar masuk diantara lub*ng berbulu basah miliknya.

Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir, wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti itu, jika bers*tubuh. Wajahnya kemudian menatap wajahku.
“Mas…” bisiknya.

Aku mengangguk dengan perasaan lebih terangsng oleh pangglan itu, kckanbtang kejntannku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Diah terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, wanita ini menjatuhkan tubuhnya di tilam, lalu menggliat, meregang sambil mermas sprei. Aku tahu dia akan kembali memasuki saat orgsme keduanya. Hati Kesetiaan

Dan itu terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yang sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai. Aku terengah dengan tubuh bermandi keringat, di atas tubuh Diah yang juga basah kuyup.

Matanya kucumi dan hidungnya kukcup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat. Kurasakan btang kejntannku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku tahu, ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgsmeku sendiri.

Tubuh Diah kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilti. Dia mengeluh. Setelah itu, panttnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga lubng ansnya ikut terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin dan mengusap-usap kl*torisnya dari belakang.

Diah berulang kali menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu. Namun beberapa menit kemudian, keinginan bers*tubuhnya bangkit kembali. tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar yang ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan membuka kakinya agak lebar.

Setelah itu dengan agak tidak sabar, btang kejntannku yang terus membesar keras, kuarahkan ke kelminnya, lalu kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Diah kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika btang kejntannku keluar masuk dengan cepat di lang sangg*manya.

Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak, sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar. Wanita ini kelihatannya sangat terangsng dengan style berstubuh seperti itu. Selain btang kejntannku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian senstifnya, dia juga bisa menyaksikan wajahku yang t*gang dalam memompanya dari belakang.

Dan tidak seperti sebelumnya, Diah kali ini dengan suara gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang. menelentangkannya di sana, kemudian menytubuhnya habis-habisan, karena aku juga sedang mempersiapkan saat org*smeku.

Aku akan melepas bendungan sprma di kepala kejntannku, pada saat wanita ini memasuki orgsmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Diah meregang keras dengan tubuh bergetar. Matanya yang cantik terbeliak. Maka orgsmeku segera kulepas dengan hujaman btang kejantanan yang lebih lambat namun lebih kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke lang kewnita*n Diah.

Kedua mata wanita itu kulihat terbalik, Diah meneriakkan namaku saat sprmaku menyembur berulang kali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam lang sangg*manya. Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis.

Aku memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat, merasakan nikmatnya orgsme yang bergelombang itu. Ini adalah orgsmeku yang pertama dan penghabisanku dengan wanita ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat pamanku. Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana. Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak bo leh, meski misalnya Diah memintanya. Hati Kesetiaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *