Uncategorized

Dari Pegawai Salon ke Gedung Perkantoran

PELANGI99 – Sepulang kantor, tubuhku menjadi tambah penat sehabis mengerjai Lia tadi. Kuparkir Mercy kesayanganku di sebah mall yang terletak tak jauh dari kantorku. Kubergegas menuju sebah salon dengan dekorasi yang didominasi warna merah itu. Dari Pegawai Salon ke Gedung Perkantoran

“Mau diapain Pak” tanya resepsionis yang cantik.
Kulihat namanya yang terpampang di d*da. Anggi, namanya.
“Creambath sama refleksi” jawabku.
“Mari dicuci dulu Pak” Anggi menyilahkanku ke tempat cuci.

Tak lama pegawai salon yang akan merawat rambutkupun datang. Kuperhatikan dia tampak masih ABG. Dengan tubuh yang kecil dan kulit sawo matang tapi bersih, wajahnya pun tampak manis dan imut. Walaupun tak secantik Lia, tapi wajahnya yang menyiratkan kemudaan dan keluguan itu menarik hatiku. Tapi yang paling menyedot perhatianku adalah bah ddanya yang besar untuk ukuran tubuhnya.

Dengan tubuh yang mungil, bah ddanya tampak menonjol sekali dibalik seragamnya yang berwarna hitam itu. Perawatanpun dimulai. Pijatan Dian, nama gadis ABG itu, mulai memberikan kenkmatan di tubuhku yang lelah. Tetapi tak kuduga setelah aku menytbuhi Lia tadi, garahku kembali timbul melihat Dian. Terutama karena bah ddanya yang tampak masih padat dan kenyal itu.

Benar-benar s*xy sekali dilihatnya, ditambah dengan celana jeansnya yang sedikit di bawah pinggang sesuai mode masa kini, sehingga terkadang perutnya tampak ketika dia memijat bagian atas kepalaku. Setelah creambath, Dianpun yang memberikan layanan refleksi.

Karena tempat dudukku lebih tinggi darinya, kadang ketika dia agak menunduk, aku dapat melihat belahan ddanya dari balik T-shirtnya yang kancingnya sengaja dibuka. Begitu indah pemandangan itu. Semenjak aku menkmati Tari, gadis SMP dulu, belum pernah aku menkmati ABG belasan tahun lagi. Terlebih dulu Tari berdda kecil, sementara aku ingin mencoba ABG berdda besar seperti Dian ini. Dari Pegawai

Akupun mengajaknya mengobrol. Ternyata dia baru lulus SMA dan berusia 18 tahun lebih sedikit. Mau melanjutkan sekolah tidak ada biaya, dan belum mendapatkan kerja yang sesuai. Dia bekerja di salon tersebut sambil mencari-cari kerja yang lain yang lebih baik.

Singkat kata, aku tawarkan dia untuk melamar di perusahaanku. Tampak dia berseri-seri mendengarnya. Aku sarankan sehabis jam kerjanya kita dapat mengobrol lebih jauh lagi mengenai pekerjaan itu. Diapun setuju untuk menemuiku di food court selepas pulang kerja nanti.

Dari Pegawai

Jam 8.00 malam, Dian menemuiku yang menunggunya di tempat yang telah disepakati itu. Kupesan makan malam sambil kita berbincang-bincang mengenai prospeknya untuk bekerja di perusahaanku. Kuminta dia mengirimkan surat lamaran serta ijazahnya secepatnya untuk diproses.

Kubilang ada lowongan sebagai resepsionis di kantorku. Memang cuma ada Noni resepsionis di kantorku, sehingga aku merasa perlu untuk menambah satu lagi. Setidaknya itulah pikiranku yang sudah diseliputi hawa n*fsu melihat kemolekan tubuh muda Dian.

Sambil berbincang, mataku terus mengagumi bah ddanya yang tampak sekal menggiurkan itu. Ingin rasanya cepat-cepat kujlat dan kuhisp sepuas hati. Dian tampak menyadari aku menatap d*danya, dan dia tampak tersipu malu sambil berusaha menutup celah T-shirtnya.

Sehabis makan malam, aku tawarkan untuk mengantarnya pulang. Sambil meneruskan wawancara, alasanku. Dianpun tidak menolak mengingat dia sudah ingin sekali pindah tempat kerja. Terlebih penampilanku membuatnya semakin yakin. Di dalam mobil, dalam perjalanan, kuteruskan perbincanganku mengenai job description seorang resepsionis di kantorku.

Sambil berbincang kucoba merba pahnya yang terbungkus jeans ketat. Sesekali tangannya menolak raban tanganku. “Jangan Pak.. malu” alasannya. Sementara itu, nfsuku sudah begitu menggelora dan motel jam-jaman langgananku pun sudah hampir tampak.

Dari Pegawai Salon ke Gedung Perkantoran

“Dian.. Terus terang saja.. Kamu memenuhi semua persyaratan.. Hanya saja kamu harus bisa melayani aku luar dalam untuk bekerja di perusahaanku.” tegasku sambil kembali mengeryangi pahnya. Kali ini tidak ada penolakkan darinya.

“Tapi Pak.. Dian nggak biasa..”
“Yach kamu mulai sekarang harus membiasakan diri ya..” kataku sambil mermas pahnya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku membelokkan setir Mercyku ke pintu masuk motel langgananku itu.

Mobilku langsung masuk ke dalam garasi yang telah dibuka oleh petugas, dan pintu garasi langsung ditutup begitu mobilku telah berada di dalam. Kuajak Dian turun dan kamipun masuk ke dalam kamar. Kamar motel tersebut lumayan bagus dengan kaca yang menutupi dindingnya. Tak lama, petugas motel datang dan akupun membayar rate untuk 6 jam.

Setelah si petugas pergi, kuajak Dian untuk duduk di ranjang. Dengan ragu-ragu dia patuhi perintahku sambil dengan gugup tangannya mermas-rmas sapu tangannya. Kusibakkan rambutnya yang ikal sebahu dengan penuh kasih sayang, dan mulai kuc*umi wajah calon resepsionisku ini.

Kemudian kucumi bibirnya yang agak sedikit tebal dan snsual itu. Tampak dia hanya bereaksi sedikit sambil menutup matanya. Hanya nafasnya yang mulai memberat.. Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan langsung tanganku dengan gemas merbai dan mermasi bah ddanya yang ranum itu.

Aku sangat gemas sekali melihat seorang ABG bisa mempunyai bah dda sesksi ini. Kuangkat T-shirtnya, dan langsung kujlati bah ddanya yang masih tertutup ** ini. Kucumi belahan ddanya yang membusung. Ahh.. Seksi sekali anak ini.

Dia masih tetap menutup matanya sambil terus mermas-rmas sapu tangan dan seprei ranjang ketika aku mulai menkmati bah d*danya. Kubuka pengait *nya yang tampak kekecilan untuk ukuran bah ddanya, dan langsung kuhisp dan kujlati bah d*da gadis ABG salon ini.

“Eh.. Eh..” hanya erngan tertahan yang keluar dari mulutnya. Dian tampak mengggit bibirnya sendiri sambil mengrang ketika lidhku menari di atas putngnya yang berwarna coklat. Dengan cepat putng itu mengeras pertanda siempunya sedang terngsng hebat.

Segara kulcuti semua pakaianku sehingga aku telnjng bulat. Kemluanku telah tegak ingin merasakan nkmatnya tubuh gadis muda ini. Akupun duduk di atas ddanya dan kuarahkan kem*luanku ke mulutnya.
“Jangan Pak.. Dian belum pernah..” katanya sambil menutup bibirnya rapat.

“Ya kamu harus mulai belajar donk..” jawabku sambil menyentuhkan kem*luanku, yang panjangnya hampir sama dengan panjang wajahnya itu, ke seluruh permukaan wajahnya.
“Katanya mau jadi pegawai kantoran..” aku mengigatkan.
“Tapi nggak akan muat Pak.. Besar sekali”
“Ya kamu coba aja sedikit demi sedikit. Dimulai dari ujungnya dulu ya sayang..” perintahku lagi.

Dianpun mulai membuka mulutnya. Kusodorkan kemluanku dan sedikit demi sedikit rasa hangat yang nkmat menjalari kemluanku itu, ketika Dian mulai menghispnya. Kuangkat kepalanya sedikit sehingga dia lebih leluasa menghispi kemluan calon bosnya ini. Dari Pegawai

Dari Pegawai Salon ke Gedung Perkantoran

“Ya.. Begitu.. Sekarang coba lebih dalam lagi” kataku sambil mendorong kemluanku lebih jauh ke dalam mulutnya. Kemudian kutarik keluar kemluanku dan kuarahkan mulut gadis ABG ini ke bah zakrku.
“Sekarang kamu jlat dan hisp ini ya.. Sayang”

Demikian selama beberapa menit aku duduk di atas dda Dian dan mengajarinya memberikan kenkmatan dengan menggunakan mulutnya. Mulutnya tampak penuh sesak ketika ia menghispi kemluanku.

Setelah puas menkmati hangatnya mulut Dian, aku kembali gemas melihat bah ddanya yang membusung itu. Kembali kunkmati bah ddanya dengan mulutku. Kembali Dian mengrang tertahan sambil mengatupkan bibirnya. Sementara itu, akupun melcuti celana jeansnya dan sekalian celna dalmnya. Tampak vginanya yang bersih tak berbulu seperti menantang untuk dignjot kem*luanku.

Tanganku meraba-raba vginanya dan tak lama menemukan klitrisnya. Kuusap-usap klitrisnya itu, sementara mulutku kembali dengan gemas menkmati bah ddanya yang besar menantang. Terdengar dengusan nafas Dian semakin dalam dan cepat.

Matanya masih menutup demikian juga dengan bibirnya. Tangannya tampak semakin keras mermas sprei ranjang kamar. Aku sudah ingin menyetbhi gadis ABG petugas creambath ini. Kurenggangkan pahnya sementara kuarahkan kemluanku ke liang nkmatnya.
“Pelan-pelan ya Pak..” pintanya sambil membuka mata.

Tak kujawab, tapi mulai kudorong kemluanku menerobos lang vginanya. Memang dia sudah tidak perwan lagi, tetapi vginanya masih sempit menjepit kemluanku.
“Ahh..” jeritnya ketika kemluanku telah menerobos vginanya. Tak kuasa lagi dia untuk menahan jeritan n*kmatnya.

Mulai kugenjot vginanya, sambil kurmas-rmas bah ddanya. Makin keras erngan Dian memenuhi ruangan itu.
“Ahh.. Ahh..” erngnya seirama dengan goyanganku. Buah ddanya bergoyang menggiurkan ketika aku memompa v*ginanya.

Sesekali kuhentikan goyanganku untuk kembali menghispi bah ddanya yang besar dengan gemas. Hampir 20 menit terus kupompa gadis ABG manis pegawai salon ini. Tiba-tiba dia mengrang dan mengjang hebat tanda orgsme. Tampak butir keringat mengalir membasahi wajahnya yang manis. Kuseka keringatnya dengan penuh kasih sayang.

Mulai kugoyangkan badanku maju mundur sehingga bah ddanya yang kenyal menggesek-gesek kemluanku dengan nkmat.

Kadang kulepaskan kemluanku dari himpitan bah ddanya untuk kemudian kusorongkan ke mulutnya untuk dihisp. Kemudian kembali kujepitkan diantara bah ddanya yang ranum itu.

Kira-kira 15 menit lamanya kemluanku menkmati kenyalnya bah dda dan hangatnya mulut Dian. Akupun merasa akan orgsme, dan tak lama kusemburkan cairan ejaklasku di atas bah dda Dian. Dengan kemluanku, kuoleskan sprmaku keseluruh permukaan bah d*danya yang sangat membuatku gemas itu. Dari Pegawai

Dari Pegawai Salon ke Gedung Perkantoran

“Pak.. Jangan bohong lho janji Bapak..” ujar Dian saat kami telah meluncur kembali di dalam mobilku.
“Oh nggak, sayang.. Cepat saja kamu kirim lamarannya ya” jawabku.

Terbayang olehnya kerja di kantor yang merupakan cita-citanya. Akupun tersenyum senang membayangkan bah dda Dian yang akan dapat aku n*kmati sepuasnya nanti.

“Terimakasih ya Pak Robert” katanya ketika dia turun dari mobilku.
“Sama-sama Dian” jawabku sambil melambaikan tangan.

Kukebut mobilku menuju jalan tol. Hari telah larut malam. Jalanan telah menjadi lenggang. Ingin rasanya cepat sampai di apartemanku setelah hari yang melelahkan ini. Tiba-tiba aku sadar kalau aku belum mentest secara seksama kemampuan Dian untuk menjadi resepsionis.

Interpersonal skill, bahasa Inggris, telephone manner, dan lain-lain. Rupanya aku hanya terbuai oleh bah ddanya yang nkmat itu. Biarlah nanti bagian HRD yang mentestnya, pikirku. . Toh aku sudah puas menkmati bah ddanya he.. He.. Dari Pegawai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *