PELANGI99 LOUNGE Berbicara mengenai seks seringkali di anggap tabu oleh sebagian orang. Di Indonesia sendiri, edukasi seks masih tergolong minim, apalagi di jadikan salah satu mata pelajaran. Kalau pun di bahas, hanya sebatas fungsi reproduksi. Nggak heran jika beberapa remaja melakukan eksperimen atau coba-coba atas dasar keingintahuan mereka yang tinggi. Risiko di Balik Seks Sebelum Menikah
Ada beberapa kekeliruan ketika mengajarkan mengenai risiko dan edukasi seks di Indonesia. Seperti hanya di jelaskan tentang reproduksi saja, satu kali penjelasan saja, di jelaskan di depan umum, nggak ada penjelasan tentang dampak emosional yang di timbulkan dan masih banyak lagi.
Efek yang paling jelas terlihat adalah risiko kehamilan yang nggak direncanakan.
Sebenarnya banyak yang sudah menyadari efek yang satu ini. Kebanyakan hanya menyadari sebatas dampak sosial saja. Padahal, di balik itu semua, ada efek tersendiri setelah kehadiran anak. Selain dampak sosial, dampak psikis dan fisik juga akan di alami. pelangi99.移动
Secara biologis, ketika seseorang melakukan hubungan seks, tubuh akan mengeluarkan beberapa hormon.
Bukan hanya secara biologis, secara ilmiah, seks melibatkan kita secara neurologis serta psikologis. Hal tersebut akan membentuk ikatan yang kuat secara mental, emosional, dan fisik, terutama ketika kita melakukannya berulang-ulang. Endorfin atau hormon bahagia yang di keluarkan saat melakukan seks bisa membuat ketagihan dan menyebabkan kita ingin mengalaminya berulang-ulang.
Hormon lainnya yang di keluarkan saat melakukan seks yakni hormon oksitosin.
Hormon ini menyebabkan kita terikat pada seseorang selama kontak intim. Beberapa orang menyebutnya “hormon komitmen” atau “molekul monogami”. Hormon ini menghasilkan keinginan untuk komitmen dan membangkitkan loyalitas. Hal itu bisa memicu rasa protektif terhadap pasangan seseorang, dan dapat menciptakan kecenderungan “cemburu”. Risiko di Balik Seks Sebelum Menikah