Pelangi99 Lounge – Fakta Medis di Balik Fenomena Kesurupan, Siapa dari antara kalian yang pernah mengalami atau menyaksikan fenomena kesurupan? Pada kondisi ini, individu yang tampak mengalami kesurupan tidak menunjukkan dirinya sendiri dan bahkan terlihat mampu melakukan hal-hal yang di luar nalar. Sering di kaitkan dengan kerasukan makhluk halus, kesurupan umum di jadikan bahan film atau cerita horor. Pelangi99 Online
Dengan perkembangan ilmu medis dan psikiatri, fenomena kesurupan ternyata memiliki penjelasannya tersendiri. Inilah beberapa fakta di balik fenomena kesurupan dari perspektif medis. Tidak mencekam seperti yang kamu kira!
Definisi kesurupan secara medis
Berbicara dalam perhelatan Health Talk yang di siarkan langsung di Instagram pada Kamis (30/12/2021), dokter spesialis kesehatan jiwa di RS Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang, dr. Santi Yuliani, SpKJ, M.Sc, menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran, kesurupan di sebut sebagai “trance“.
Di sebabkan oleh berbagai macam faktor, dr. Santi mengatakan bahwa kesurupan atau trance bisa di bagi menjadi dua jenis:
- Possession trance disorder: pasien merasakan perasaan seperti “sesuatu yang merasuk ke dalam tubuh” sehingga ia berubah jadi orang lain.
- Di ssociative trance di sorder: pasien berubah menjadi orang lain tanpa ada rasa kesurupan.
Cukup sering terjadi, possession trance disorder umumnya di tandai dengan perubahan drastis. Perubahan-perubahan tersebut seperti perubahan suara, berbicara dengan bahasa lain, atau melakukan hal-hal yang tidak lazim di lakukan oleh individu.
Ada beberapa faktor mengapa trance bisa terjadi. Menurut dr. Santi, faktor-faktor tersebut adalah:
- Kondisi fisik
- Gangguan mood
- Gangguan psikis (halusinasi atau kecemasan atau anxiety)
Saat berada di salah satu atau seluruh kondisi tersebut dan badan merasa tegang dan waspada, pribadi pun jadi lebih sensitif atau hipersensitif terhadap rangsangan dari luar. Di tambah mendengar cerita menyeramkan atau berada di kondisi yang memicu trance, maka kesurupan lebih mudah terjadi.
Hal-hal aneh yang terjadi saat kesurupan dalam kacamata medis
Perlu di perhatikan, dr. Santi mengatakan bahwa dalam kondisi trance, seseorang bisa mengalami amnesia sesaat dan lupa apa yang terjadi atau di lakukan saat trance.
Pasien trance juga mengalami gangguan berbagai persepsi, dan salah satunya adalah persepsi rasa sakit. Oleh karena itu, dr. Santi mengatakan bahwa saat pasien menyayat tubuhnya, atau memakan benda-benda tajam yang harusnya menyebabkan rasa sakit dahsyat, mereka tak merasakannya.
Perubahan yang terjadi saat kesurupan biasanya mengikuti paparan budaya di mana pasien menetap. Dokter Santi memberikan contoh bahwa jika berada di beberapa daerah tertentu, pasien bisa bertingkah seperti makhluk setempat. Selain itu, mereka bisa berbicara dengan bahasa asing seperti Inggris, Arab, atau Mandarin, dan dialek setempat.
Tanpa sadar, pasien memiliki memori dari paparan budaya atau bahasa tersebut. Dokter Santi menjelaskan bahwa otak dapat secara sadar atau tidak sadar mempelajarinya.
Saat trance, terjadi perubahan gelombang otak. Biasa di gunakan sehari-hari, gelombang otak alfa dan beta memang membuat kita menahan diri. Namun, saat trance, gelombang otak berpindah ke teta. Alhasil, kita tak menahan diri lagi.
Tidak hanya saat kerasukan, sebenarnya perubahan posisi gelombang otak ini juga bisa terjadi saat hipnotis. Saat gelombang otak di paksa berubah ke teta, semua hambatan dalam diri pun terbuka.
Kesurupan massal dan fenomena mirroring
Sering mendengar kesurupan massal di tempat-tempat seperti sekolah atau setelah penebangan pohon tua padahal kesurupan tidak bisa menular? Fenomena ini dapat dis ebut mirroring. Saat kita melihat sesuatu, otak kita menangkap hal tersebut dan membuat kita seolah-olah berada di kondisi tersebut juga.
Karena kesurupan bukanlah penyakit yang bisa menular, memang kesurupan massal tidak masuk akal. Namun, karena kita terbawa kondisi yang sifatnya menekan kita melakukan hal yang sama, ini dapat memicu kesurupan massal.
Dampak trance pada tubuh jika terlalu sering
Saat mengalami trance, zat kimia dan/atau gelombang otak sedang tidak stabil. Perlu di ketahui, saat trance, otak memproduksi dopamin berlebihan. Dan, ketidakstabilan ini tidak bisa kembali semula begitu saja. Setelah naik, zat kimia otak tidak menjadi stabil dalam sekejap mata.
Jika sekali trance pengembalian kondisi otak bisa memakan waktu kurang lebih 1–2 minggu, dr. Santi memperingatkan bahwa kondisi otak bisa terus terpukul jika kesurupan terjadi berkali-kali. Makin lama pengembalian kondisi otak ke kondisi normal, maka makin banyak perilaku otak yang terganggu.
Saat mendengar suara yang tidak berwujud, terjadi dengan ketidakseimbangan dopamin di otak bagian samping. Di sisi lain, jika melihat sesuatu (hantu atau hal-hal mengerikan yang seolah-olah akan merasuk) yang tak di lihat orang lain, terjadi ketidakseimbangan dopamin di bagian oksipital, bagian belakang otak yang mengendalikan penglihatan.
Halusinasi visual yang di lihat ternyata juga berdasarkan memori. Pada dasarnya, dr. Santi mengatakan bahwa otak manusia tidak di desain untuk menampilkan hal-hal abstrak. Halusinasi tersebut di sesuaikan dengan persepsi kita saat itu. Sebagai contoh, pohon pisang yang umumnya di kaitkan dengan pocong.
Otak manusia berusaha menghubungkan persepsi dengan referensi yang kita ingat. Oleh karena itu, pemahaman dan manifestasi halusinasi saat mengalami trance di berbagai negara pun berbeda-beda sesuai dengan referensi yang beredar di kawasan tersebut.