Pelangi99 Lounge – Penyebab Pendarahan saat atau sesudah Berhubungan Seks, Pernahkah kamu mengalami pendarahan saat atau sesudah berhubungan seks? Tak perlu cemas, sebab hal ini cukup umum terjadi. Pelangi99 Online
Berdasarkan penelitian yang di publikasikan di Journal of Menopausal Medicine pada tahun 2015, sekitar 63 persen perempuan pascamenopause mengalami perdarahan dan kekeringan vagina saat berhubungan seks.
Ada banyak penyebab mengapa terjadi pendarahan saat atau sesudah berhubungan seks, khususnya bagi perempuan. Ketahui lebih detail di sini!
Tanda penyakit menular seksual
Di lansir Netdoctor, pendarahan saat berhubungan seks bisa di akibatkan oleh penyakit menular seksual. Ia menyarankan untuk segera memeriksakan ke dokter karena bisa jadi merupakan pertanda klamidia atau gonore.
Sementara, menurut laman Self, klamidia bisa menyebabkan servisitis atau radang serviks, yang membuat vagina menjadi sangat sensitif selama berhubungan seks dan memicu pendarahan setelahnya.
Tidak di sarankan untuk menunda-nunda untuk memeriksakan diri ke dokter, sebab penyakit menular seksual bisa di obati. Makin dini di deteksi dan di obati, maka akan makin baik dan cepat pulih.
Ada polip yang tumbuh
Ternyata, polip kecil di leher rahim bisa menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks. Kulit pada leher rahim menjadi sangat tipis dan bisa berdarah akibat polip.
Di lansir Verywell Health, pendarahan saat atau setelah berhubungan seks di picu oleh pertumbuhan jinak pada serviks (polip serviks) atau uterus (polip endometrium). Polip serviks biasanya muncul pada perempuan berusia 40-50 tahun.
Di sisi lain, bentuk polip uterus adalah benjolan lunak jaringan yang menonjol dari dalam rahim. Polip uterus umumnya berkembang pada perempuan berusia 36-55 tahun. Meski sebagian besar besar polip bersifat jinak, tetapi bisa berkembang menjadi kanker.
Di picu oleh ragi dan infeksi bakteri
Mengutip Cosmopolitan, infeksi ragi atau jamur dan bakteri bisa memicu peradangan di jaringan halus yang melapisi pembuluh darah. Apabila jaringan ini meradang, maka pembuluh darah ini akan lebih rentan terhadap robekan mikro dan pendarahan. Ini umum terjadi pada perempuan di bawah usia 40 tahun setelah berhubungan seks.
Sebagai informasi, gejala infeksi ragi adalah keputihan dan gatal-gatal. Sementara itu, gejala infeksi bakteri ialah keluarnya cairan berbau busuk dan gatal. Infeksi ragi dapat di obati dengan obat antijamur dan infeksi bakteri memerlukan antibiotik secepatnya.
Di sebabkan oleh vaginitis atrofi
Perempuan yang memasuki fase pascamenopause kadar estrogennya akan berkurang dan menyebabkan dinding vagina menipis. Akibatnya, lendir yang di hasilkan sebagai pelumas untuk berhubungan seks menjadi lebih sedikit.
Kondisi tersebut di sebut sebagai vaginitis atrofi yang di tandai dengan gatal dan rasa terbakar pada vagina. Tanpa pelumas, vagina akan kering, sakit, dan berdarah saat berhubungan badan. Vaginitis atrofi bisa di atasi dengan terapi estrogen, baik dalam bentuk pil, patch kulit, atau krim.
Umumnya, vaginitis atrofi di alami oleh perempuan berusia 45-55 tahun, mengutip Healthline. Perempuan yang lebih muda juga bisa mengalaminya, tetapi jarang terjadi perdarahan postcoital (perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi).
Di akibatkan oleh endometriosis
Ternyata, endometriosis bisa menyebabkan perdarahan vagina. Ini adalah kondisi di mana jaringan yang biasanya melapisi rahim di temukan pada organ di luar rahim. Perempuan dengan endometriosis mengalami perdarahan tak teratur atau bercak darah setelah berhubungan seks.
Sementara itu, ciri khas endometriosis ialah hubungan seks dan orgasme yang menyakitkan serta pendarahan postcoital. Kondisi ini di atasi dengan terapi hormon yang efektif untuk mengurangi rasa sakit.
Rasa sakit akibat endometriosis juga bisa di atasi dengan mengganti posisi bercinta. Hindari posisi misionaris karena bisa menambah tekanan pada vagina.
Bisa jadi tanda kehamilan
Rupanya, menurut American Pregnancy Association, pendarahan setelah berhubungan seks bisa merupakan tanda kehamilan. Ini karena serviks sangat lunak dan sensitif selama kehamilan. Pendarahan ini umum terjadi pada trimester pertama.
Akan tetapi, kamu harus bisa membedakan pendarahan karena serviks sensitif dan keguguran. Pendarahan biasa hanya terjadi sesekali dengan intensitas ringan dan volume sedikit. Namun, jika pendarahan terjadi terus-menerus dengan intensitas berat dalam jumlah banyak, maka kamu perlu memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Mungkin, ini pertanda kanker serviks
Terakhir, pendarahan setelah berhubungan seks kemungkinan adalah pertanda kanker serviks. Ini terjadi karena ada perubahan atau kelainan pada leher rahim.
Ada banyak faktor perubahan pada leher rahim, misalnya peradangan, infeksi, hingga perubahan atau pertumbuhan sel kanker. Oleh karena itu, deteksi dini kanker serviks bisa di upayakan dengan rutin melakukan Pap smear.
Jangan meremehkan kanker serviks, sebab di tahun 2018, ada 570 ribu perempuan yang di diagnosis kanker serviks setiap tahunnya. Data ini diambil dari studi yang di lakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Itulah beberapa penyebab pendarahan saat atau setelah berhubungan seks. Bila kamu mengalaminya, terlebih ada gejala-gejala yang sudah di sebutkan di atas tadi, sebaiknya periksakanlah dirimu ke dokter agar mendapat diagnosis akurat. Bila memang ada masalah, maka kamu bisa segera mendapat perawatan.