Pelangi99 Lounge – Infeksi Virus yang Bisa Menyebabkan Kanker, Bukan rahasia kalau virus menyebabkan penyakit. Saat tidak di tangani, infeksi virus dapat menyebabkan berbagai komplikasi, dan salah satu yang harus di waspadai adalah kanker. Virus-virus yang dapat menyebabkan kanker di sebut “onkogonik”. Virus onkogonik dapat menyebabkan kanker karena: Pelangi99 Online
- Menyebabkan mutasi atau merusak gen sel
- Mengganggu atau menekan sistem imun
- Menyebabkan inflamasi jangka panjang
Namun, ada beberapa hal yang perlu di ingat. Tidak semua infeksi virus menyebabkan kanker. Faktor-faktor seperti sistem imun, genetik, dan lingkungan juga ikut berkontribusi. Karena banyak faktor yang dapat menyebabkan kanker, anggaplah virus onkogonik sebagai salah satu faktor pendorong perkembangan kanker.
Apa saja virus onkogonik tersebut? Inilah beberapa virus onkogonik yang infeksinya dapat mengakibatkan kanker. Harap di waspadai!
1. Human papillomaviruses
Human papillomaviruses (HPVs) adalah kelompok yang terdiri dari lebih dari 200 anggota virus. Sesuai namanya, infeksi HPV dapat di tandai dengan munculnya papilloma atau kutil, dari di mulut, alat reproduksi, hingga dubur.
HPV dapat di tularkan melalui sentuhan dan hubungan seksual, serta umumnya, tidak menampilkan gejala apa pun. Dalam kebanyakan kasus, infeksi HPV akan membaik dengan sendirinya. Namun, jika infeksi HPV tidak kunjung sembuh, maka dapat terjadi perubahan sel yang menjadi biang kerok dari jenis kanker ini:
Strain HPV yang onkogonik di sebut HPV risiko tinggi. Menurut National Cancer Institute (NCI), terdapat 14 jenis HPV risiko tinggi, dan HPV16 serta HPV18 adalah yang paling umum.
Selain itu, American Cancer Society (ACS) juga memperingatkan kalau kebiasaan merokok dan infeksi genital lainnya juga meningkatkan potensi onkogonik HPV.
Langkah pencegahan utama untuk HPV adalah dengan vaksin, baik perempuan maupun laki-laki. ACS menekankan bahwa vaksin HPV mencegah kanker akibat HPV hingga 90 persen. Rekomendasi vaksin HPV menurut ACS adalah:
- Di berikan untuk anak laki-laki dan perempuan berusia antara 9 dan 12 tahun.
- Anak-anak dan dewasa muda dari usia 13 sampai 26 tahun yang belum di vaksinasi atau menyelesaikan program vaksinasi HPV harus segera mendapatkannya.
- Vaksinasi HPV tidak di sarankan untuk orang-orang berusia lebih dari 26 tahun.
Selain itu, kaum hawa juga amat di sarankan untuk melakukan pengecekan HPV secara rutin. Untuk hubungan seksual, penggunaan kondom dan dental dam di sarankan. Memang ini tidak tidak sepenuhnya mencegah infeksi HPV, tetapi setidaknya mengurangi potensi penularan HPV antarmanusia.
2. Virus Epstein-Barr
Virus Epstein-Barr (EBV) adalah sejenis virus herpes yang menjadi penyebab mononukleosis. Selain dari tetesan kecil atau droplet, EBV juga menyebar melalui air liur saat batuk atau bersin, berciuman, dan berbagi minuman atau alat makan. EBV pun bisa menyebar melalui darah dan sperma.
Kebanyakan kasus infeksi EBV tidak bergejala. ACS menjelaskan kalau EBV bersembunyi di limfosit B. Selain mononukleosis, EBV umumnya tidak menyebabkan komplikasi serius pada kebanyakan orang. Namun, EBV dapat menjadi onkogonik dan menyebabkan:
- Kanker nasofaring
- Limfoma Burkitt
- Limfoma Hodgkin
- Kanker perut
Di lansir WebMD, hingga saat ini belum ada vaksin yang spesifik di tujukan untuk EBV. Jadi, langkah pencegahan terbaik adalah tidak mencium, berbagi makanan dan/atau minuman, serta barang pribadi dengan orang yang membawa EBV.
Selain itu, tak ada pengobatan spesifik untuk EBV. Infeksi EBV biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius. Pasien dapat meminum banyak cairan, beristirahat cukup, dan minum obat pereda nyeri dan demam untuk meredakan gejala.
3. Virus hepatitis B dan hepatitis C
Baik virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV) sama-sama menyebabkan inflamasi hati atau lever. Lalu, apa bedanya?
Hepatitis B bergejala, sementara hepatitis C asimtomatik. Alhasil, sebagian besar orang yang mengidap HCV tidak mengetahuinya dan baru tahu setelah terlambat.
HBV dan HCV sama-sama menyebar melalui cairan tubuh, seperti darah, sperma, dan sekresi vagina. Beberapa skenario penularan yang umum adalah:
- Seks tanpa pengaman
- Pemakaian jarum suntik bergilir
- Berbagi pemakaian barang pribadi yang rentan bersentuhan dengan darah, seperti pisau cukur dan sikat gigi
- Penularan dari ibu ke anak
Pasien hepatitis B bisa pulih atau malah memburuk ke tahap kronis, berbeda dengan hepatitis C yang lebih besar risikonya untuk tidak terdeteksi hingga tahap kronis. Jika hepatitis B dan C masuk ke tahap kronis, ini dapat menyebabkan sirosis, lalu kanker hati.
Jika terdiagnosis hepatitis B dan C, langkah pengobatan dan pencegahan yang tepat dapat menghambat kerusakan hati dan mengurangi risiko kanker. Ada berbagai kombinasi obat yang bisa di gunakan. Walaupun tidak menyembuhkan, tetapi obat-obatan tertentu dapat menurunkan risiko kerusakan hati yang bisa mengakibatkan kanker.
Hingga saat ini baru ada vaksin untuk hepatitis B, sementara untuk hepatitis C belum ada. Vaksin HBV direkomendasikan untuk anak-anak. Selain itu, vaksin ini juga direkomendasikan untuk orang dewasa yang berisiko tinggi, seperti:
4. Human immunodeficiency virus
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang membukakan pintu untuk acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). HIV menghancurkan sel T pada sistem imun sehingga imun sistem tidak berdaya menghadapi infeksi.
HIV menyebar melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, dan cairan vagina. Oleh karena itu, beberapa skenario umum penularan HIV adalah:
- Seks tanpa pengaman
- Pemakaian jarum suntik bergilir
- Berbagi pemakaian barang pribadi yang rentan bersentuhan dengan darah, seperti pisau cukur dan sikat gigi
- Penularan dari ibu ke anak
Sementara HIV tidak menyebabkan kanker, tetapi menurut ACS, AIDS dapat menyebabkan kanker karena sistem imun yang bertugas melawan kanker sudah di lumpuhkan. Beberapa risiko kanker yang mengintai meliputi:
HIV/AIDS tidak menyebabkan gejala, sehingga pasien sering tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, kita di sarankan untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS antara usia 13 dan 64 tahun setidaknya sekali, mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Tak ada vaksin yang dapat mencegah HIV. Jadi, modifikasi gaya hidup adalah langkah pencegahan terbaik. Apa saja? Lakukan hubungan seks yang bersih dan aman serta hindari pemakaian jarum suntik atau tindikan secara bergilir.
Terdiagnosis HIV bukanlah akhir dari segalanya. Pengobatan antiretroviral (ARV) bisa menjaga beban virus (viral load) HIV rendah sehingga menghambat kerusakan sistem imun dan memperkecil risiko infeksi penyakit hingga kanker.
5. Human herpes virus 8
Human herpes virus 8 (HHV-8) juga bisa di sebut Kaposi sarcoma-associated herpes virus (KSHV). Sesuai namanya, virus yang termasuk ke dalam golongan herpes ini memang bisa di temukan pada pasien dengan sarkoma Kaposi.
Sarkoma Kaposi adalah kanker langka di bawah kulit yang muncul dengan warna ungu kemerahan atau biru kecokelatan. HHV-8 menginfeksi sel pada lapisan pembuluh darah dan limfa. Akibatnya, sel membelah terlalu banyak dan mengubahnya menjadi sel kanker.
Menurut ACS, HHV-8 dapat di tularkan melalui seks serta pertukaran darah dan/atau air liur. Sekali tertular, maka akan terus bertahan seumur hidup. Namun, pada orang sehat, HHV-8 biasanya tidak menimbulkan masalah serius karena sistem imun tetap bisa mengontrolnya.
Oleh karena itu, lemahnya sistem imun adalah faktor utama yang meningkatkan risiko HHV-8 menjadi kanker. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker pada HHV-8 adalah:
- HIV/AIDS
- Menggunakan obat penekan sistem imun setelah transplantasi organ
- Kemoterapi
- Efusi limfoma primer
- Penyakit Castleman
6. Human T-lymphotrophic virus 1
Seperti HIV, human T-lymphotrophic virus 1 (HTLV-1) masuk dalam klasifikasi retrovirus. Karena menggunakan RNA sebagai kode genetik, maka HTLV-1 harus menempuh proses ekstra untuk berubah jadi DNA. DNA baru ini kemudian menjadi bagian dari kromosom sel dan memengaruhi pertumbuhan sel, sehingga menyebabkan kanker.
Di lansir Healthline, HTLV-1 bisa di tularkan melalui:
- Hubungan seksual tanpa pengaman dengan pembawa HTLV-1.
- Penggunaan jarum suntik secara bergilir dengan pembawa HTLV-1.
- Dari ibu pembawa HTLV-1 ke anak (tetapi risikonya bisa berkurang jika tak di berikan ASI).
- Transfusi darah (tetapi risikonya berkurang secara signifikan karena sebelum. transfusi, HTLV-1 termasuk ke dalam skrining).
Infeksi HTLV-1 umumnya tidak menunjukkan gejala. Hanya saja, infeksi virus ini di kaitkan dengan kanker adult T-cell leukemia/lymphoma (ATL). Jenis kanker ini banyak di temukan di Jepang bagian selatan, Karibia, Afrika Tengah, Amerika Selatan, dan Amerika Serikat bagian tenggara.
7. Merkel cell polyomavirus
Infeksi Virus yang Bisa Menyebabkan Kanker, Baru di temukan pada 2008 lalu, Merkel cell polyomavirus (MCV atau MCPyV) terbawa dalam sampel dari sejenis kanker kulit langka nan agresif, karsinoma sel Merkel. Karena baru, hingga saat ini, infeksi MCV masih di teliti. Di lansir ACS, MCV dapat di temukan di beberapa daerah tubuh, termasuk kulit dan air liur.
Kebanyakan orang pasti pernah terinfeksi MCV, terutama pada masa kecil. Infeksi MCV tidak menunjukkan gejala. Namun, pada beberapa kasus, MCV dapat memengaruhi DNA dalam sel kulit sehingga menimbulkan kanker sel Merkel. Di y akini, MCV adalah penyebab dari hampir seluruh kasus karsinoma sel Merkel.
Sementara penularan MCV masih tidak jelas, di duga kontak kulit dan permukaan benda yang terkontaminasi MCV adalah penyebabnya. Mengutip WebMD, seperti kanker kulit lainnya, pencegahan perkembangan kanker dari MCV meliputi pemakaian tabir surya dengan SPF minimal 30 saat beraktivitas di luar ruangan.
Itulah beberapa jenis infeksi virus yang dapat berujung pada kanker. Oleh karena itu, langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat mencegah infeksi virus atau perkembangannya menjadi kanker. Jangan sampai terlambat!