BERITA UNIK

Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia

Pelangi99 Lounge – Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keberagaman budaya tertinggi di dunia. Keberagaman tersebut juga tercermin pada begitu beragamnya ritual pemakaman tradisional yang ada di Indonesia. Berikut ini adalah 5 contoh tradisi pemakaman unik yang hanya ada di Indonesia. Pelangi99 Online

Membakar Mayat

Membakar Mayat

Ngaben adalah upacara pemakaman yang berasal dari Bali. Pelaksanaan ngaben hampir selalu bakal menarik perhatian orang-orang di sekitarnya karena ngaben kerap di gelar secara besar-besaran dan melibatkan banyak peserta.

Karena upacara ngaben di laksanakan secara akbar, ngaben pun memerlukan biaya yang besar. Itulah sebabnya biasanya upacara ngaben hanya di lakukan oleh golongan mampu. Namun golongan yang kurang mampu juga bisa melakukan upacara ngaben dengan cara melakukannya secara massal alias patungan.

Upacara ngaben selalu di ikuti dengan pembakaran atau kremasi mayat. Tujuannya adalah untuk menyucikan arwah jenazah saat pergi meninggalkan dunia. Penggunaan api juga di maksudkan untuk menghormati Dewa Brahma, salah satu dewa dalam agama Hindu yang bisa menjelma menjadi api.

Sebelum upacara ngaben di langsungkan, tubuh jenazah akan di mandikan terlebih dahulu di rumah keluarga yang di tinggalkan. Setelah selesai di mandikan, jenazah kemudian akan di bawa menuju lokasi pembakaran sambil di arak.

Dalam arak-arakan tersebut, para anggota keluarga yang di tinggalkan akan ikut berparade sambil membawa foto sanak keluarganya yang sudah meninggal. Sejumlah orang yang memainkan gamelan juga turut mendampingi arak-arakan ini.

Sesampainya di lokasi tujuan, jenazah kemudian akan di bakar dan abunya di masukkan ke dalam buah kelapa. Buah kelapa berisi abu tersebut selanjutnya di hanyutkan ke laut atau sungai. Tujuannya supaya hal-hal buruk yang masih ada pada jenazah segera hanyut alias menghilang.

Memasukkan Mayat Bayi ke Dalam Pohon

Memasukkan Mayat Bayi ke Dalam Pohon

Toraja adalah nama dari suku yang berasal dari Sulawesi Selatan. Suku ini terkenal dengan rumah adatnya yang bernama tongkonan. Tongkonan amat mudah di kenali dengan melihat atapnya yang panjang dan melengkung. Atap tongkonan sendiri di buat dalam kondisi di mikian supaya nampak mirip dengan kapal.

Selain rumah adatnya, suku Toraja juga terkenal dengan ritual pemakaman bayinya. Pasalnya dalam ritual pemakaman khas suku Toraja, mayat bayi tidak di kuburkan dalam tanah, melainkan di makamkan di dalam batang pohon. 

Hanya bayi yang berusia 6 bulan ke bawah yang di makamkan dengan ritual demikian. Bayi yang hendak di makamkan dalam pohon juga haruslah bayi yang belum memiliki gigi.

Ada alasan tersendiri mengapa suku Toraja memiliki ritual pemakaman bayi di batang pohon. Menurut keyakinan masyarakat Toraja, bayi yang meninggal saat belum genap berusia 6 bulan masih berada dalam kondisi suci. Jadi proses pemakaman bayi tersebut harus di buat sedemikian rupa supaya jenazah sang bayi seolah-olah kembali ke rahim ibunya.

Pemakaman bayi di batang pohon hanya boleh di lakukan pada pohon tarra. Batangnya yang lebar dan getahnya yang banyak menyebabkan pohon ini nampak seperti rahim manusia yang menampung kembali bayinya saat ada jenazah bayi yang di makamkan di dalam batang pohon.

Posisi pohon yang di gunakan untuk memakamkan bayi di sesuaikan dengan status sosial dari keluarga jenazah bayi. Semakin tinggi status sosialnya di masyarakat, maka posisi makamnya di pohon akan semakin tinggi. Satu pohon tarra bisa di gunakan untuk memakamkan banyak bayi sekaligus.

Mengawetkan Jadi Mumi

Mengawetkan Jadi Mumi

Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia. Pulau ini terletak di ujung timur Indonesia. Meskipun penduduk di pulau ini dari segi fisik terlihat serupa, Pulau Papua aslinya merupakan pulau yang di huni oleh beragam suku. Satu dari sekian banyak suku tersebut adalah suku Asmat.

Suku Asmat memiliki ritual pemakaman yang bakal mengingatkan kita akan ritual pemakaman Mesir Kuno. Pasalnya saat ada anggota suku asmat yang meninggal, jasadnya akan di awetkan menjadi mumi.

Tidak semua orang Asmat bakal di jadikan mumi seusai meninggal. Hanya mereka yang memiliki kedudukan tinggi dalam komunitas suku setempat yang mayatnya bakal di jadikan mumi, misalnya kepala suku.

Tidak lama setelah seseorang meninggal, jasadnya akan di baluri dengan ramuan khusus yang berfungsi sebagai zat pengawet. Sesudah itu, tubuh jenazah tadi akan di tempatkan di depan perapian yang sedang menyala dalam posisi duduk. 

Saat asap mengenai tubuh jenazah, tubuh jenazah akan berubah menjadi hitam. Panas yang di lepaskan oleh asap juga membantu membuat tubuh jenazah menjadi semakin awet dan tahan terhadap proses pembusukan. 

Tubuh jenazah tadi kemudian akan di bawa ke hadapan orang banyak setiap kali perkampungan tersebut menggelar acara yang di hadiri oleh banyak orang. Tujuannya supaya penduduk yang masih hidup bakal senantiasa mengingat keberadaannya.

Menaruh Mayat Tanpa Menguburnya

Menaruh Mayat Tanpa Menguburnya,Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia

Trunyan adalah nama dari sebuah desa yang terletak di sebelah timur Danau Batur, Pulau Bali. Desa ini terkenal karena penduduknya tidak pernah menguburkan mayat penduduknya. Saat seorang warga desa setempat meninggal dunia, jasadnya hanya akan di geletakkan begitu saja hingga membusuk dengan sendirinya.

Jenazah tersebut tentunya tidak di letakkan di sembarang tempat, melainkan di suatu lokasi khusus yang terletak di sebelah Danau Batur. Seme Wayah adalah nama dari lokasi di mana warga Trunyan biasa meletakkan jenazah.

Saat seseorang berkunjung ke Seme Wayah, mereka bakal langsung di suguhi pemandangan tulang belulang manusia atau bahkan mayat yang terbaring di lantai hutan. Sejumlah jenazah juga nampak berada dalam sangkar bambu supaya jenazahnya tidak di makan oleh hewan liar.

Meskipun mayat-mayat tadi di biarkan tergeletak begitu saja di atas tanah, nyatanya bau busuk tidak tercium dari Seme Wayah. Pasalnya di Seme Wayah terdapat pohon yang memancarkan bau khusus hingga bau dari mayat-mayat tadi tidak tercium.

Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia, Hanya kaum pria Trunyan yang boleh membawa jenazah hingga ke Seme Wayah. Masyarakat Trunyan percaya bahwa jika ada perempuan Trunyan yang nekat memasuki Seme Wayah, maka desa mereka akan di timpa bencana.

Mengajak Mayat Makan Bersama

Mengajak Mayat Makan Bersama,Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia

Satu lagi ritual pemakaman unik dari suku Toraja di Sulawesi Selatan. Ma’Nene adalah nama dari ritual khusus tersebut. Ritual ini hanya di lakukan oleh masyarakat Baruppu yang tinggal di pelosok Toraja Utara. 

Ritual Ma’Nene tidak di lakukan setiap ada mayat yang meninggal, namun hanya setiap tiga tahun sekali. Waktu sesudah panen di pilih sebagai waktu untuk melakukan ritual ini karena penduduk setempat sudah tidak lagi sibuk mengurus ladang.

Mayat-mayat yang hendak di ikutkan dalam ritual Ma’Nene akan di makamkan terlebih dahulu di dalam gua yang terletak di Desa Sinalang. Uniknya- mayat-mayat yang ada di dalam gua kondisinya nampak masih baik dan tidak membusuk. Penduduk sekitar percaya kalau hal itu di sebabkan oleh adanya zat khusus di dalam gua yang membantu mengawetkan mayat.

Menjelang pelaksanaan ritual Ma’Nene, mayat-mayat akan di keluarkan dari gua dan kemudian di mandikan. Sesudah itu, mayat-mayat tersebut akan di dandani dengan pakaian lengkap sesuai dengan jenis kelaminnya.

Jika mayatnya adalah pria, maka mayat tersebut akan di pakaikan setelan jas lengkap. Namun jika mayatnya berjenis kelamin wanita, mayatnya akan di pakaikan  gaun pengantin. 

Ritual Pemakaman Unik yang Hanya Ada di Indonesia, Jika sudah, warga kemudian menggelar acara makan bersama sambil di temani dengan mayat berpakaian lengkap tadi. Bagi masyarakat Toraja, tradisi ini membantu mempererat tali silaturahmi. Mereka juga percaya bahwa jika mereka sampai tidak melakukan Ma’Nene, ladang mereka akan di serang oleh hama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *